Tawaran Iklan Memperbesar Penis Adalah Penipuan; Anda Sesungguhnya Jauh Lebih Normal Dari Yang Anda Bayangkan!

Anda rajin membaca surat kabar, majalah atau masih punya waktu untuk browsing internet? Pernah menyadari betapa banyak iklan yang menawarkan untuk memperbesar penis terpampang di media? Apakah Anda sempat berpikiran yang sama dengan jutaan laki-laki lain di dunia ini untuk memperbesar penis? Sebaiknya pikirkan kembali semuanya baik-baik.

Awal bulan lalu seorang laki-laki, 21 tahun, datang dengan penis bengkak tidak beraturan setelah disuntikkan minyak orang-aring oleh temannya. Kasus ini hampir serupa dengan beberapa korban suntikan silikon cair sebelumnya. Seminggu yang lalu laki-laki berusia 42 tahun datang bersama istri keduanya yang berusia 24 tahun. Mengeluh penisnya sakit, bengkak dan mati rasa. Ternyata di pangkal penisnya terpasang karet gelang berwarna hitam mengikat erat pangkal penis, yang disebutkan pemberian dari seorang dukun kenalannya. Istrinya bahkan tidak menyadari dan baru tahu hari itu. Laki-laki ini datang untuk menghilangkan rasa sakitnya, bukan membuka karetnya, dia takut kalau karet dibuka sembarangan maka penisnya akan mengkerut dan mengecil, seperti yang disampaikan si dukun. Tentu saja beberapa kasus ini hanyalah sebagian kecil dari upaya laki-laki memperbesar penisnya.

Laki-laki dan Ukuran Penis

Di samping berfungsi sebagai alat reproduksi, penis juga berperan penting dalam menjalankan fungsi rekreasi dalam hubungan seksual. Selalu muncul banyak diskusi yang tiada habisnya mengenai penis, termasuk tentang ukuran ideal untuk dapat membawa kepuasan seksual bagi laki-laki dan pasangannya. Sebuah mitos populer tentang ukuran penis yang turun temurun terkonsepsi sejak lama dan masih dipersepsikan oleh banyak laki-laki adalah “ lebih besar, lebih baik” (Hanifah,2007). Secara turun temurun berbagai cara tidak logis dan tidak ilmiah telah dilakukan untuk memperpanjang ukuran penis, yang ternyata dapat mengakibatkan efek buruk,  akhirnya malah mengorbankan fungsi penis itu sendiri. Tentu saja ini adalah mitos yang perlu diluruskan. Secara histologi, penis tersusun dominan oleh jaringan ikat (mulai dari uretra, jaringan erektil corpora cavernosa dan corpora cavernosum serta tunika albuginea) lalu serabut otot polos dan hanya sedikit saja serabut otot bergaris. Karena lebih banyak jaringan ikat dan hanya sedikit otot bergaris, maka sejak pubertas mencapai puncak di usia 16-17 tahun, ukuran penis sudah tidak bisa lagi mengalami perubahan. Sedangkan sebelum usia tersebut ukuran penis masih bisa berkembang karena pengaruh hormon, terutama testosteron.

Ukuran penis yang dikategorikan normal itu seberapa panjang dan berapa diameternya, belum banyak terdokumentasikan secara resmi. Kalaupun ada yang melakukan studi, hasilnya masih sangat bervariasi. Salah satunya, menyebutkan bahwa ukuran panjang penis saat tidak ereksi rata-rata berkisar antara 7,6 – 10,2 cm. Sedangkan saat ereksi panjang rata-rata penis adalah 12,7 – 17,8 cm (Francoeur, 1991).  Untuk data orang Indonesia secara resmi malah belum ada. Kemungkinan akan berbeda dengan standar rata-rata yang disebutkan oleh riset Francoeur. Dalam sebuah tulisan, seorang dokter ahli andrologi sempat menyebutkan bahwa ukuran penis rata-rata laki-laki Indonesia, kemungkinan kisarannya adalah 7 cm saat tidak ereksi dan menjadi dua kali lipat ketika ereksi (Setiawan N,2008).

Ketakutan laki-laki bahwa ukuran penisnya terlihat terlalu kecil untuk memuaskan pasangannya saat berhubungan seksual seringkali menjadi sebuah alasan jamak. Namun, justru sejumlah penelitian menunjukkan bahwa kebanyakan laki-laki yang berpikir penis mereka terlalu kecil sesungguhnya memiliki penis berukuran normal (Mulhall JP, 2001). Alasan lain yang sering muncul adalah untuk meningkatkan kepercayaan diri.

Secara fisik, ukuran penis tidak berpengaruh bagi tercapainya orgasme dan kepuasan seksual perempuan, selama penis dalam keadaan normal sesuai perkembangan seharusnya. Orgasme dan kepuasan seksual perempuan lebih ditentukan oleh kualitas ereksi, kemampuan mengontrol ejakulasi dan keterlibatan emosional terhadap pasangan (Pangkahila W, 2008).

Laki-laki dan Praktek Memperbesar Penis Yang Menyesatkan

Telah banyak upaya keliru yang dilakukan laki-laki selama ini untuk melakukan pembesaran penis. Tanpa disadari hal ini menjadi sasaran kalangan-kalangan yang tidak bertanggung jawab untuk mendapatkan keuntungan komersial yang tidak logis. Hal ini sudah berlangsung turun-temurun dan ratusan tahun lamanya, bahkan terjadi di seluruh dunia. Nama seperti “Mak Erot” pun sangat kondang sebagai ikon pembesaran penis di Indonesia. Padahal sudah jelas pada banyak kasus, yang terjadi setelah melakukan prosedur memperbesar penis adalah banyak penis yang mengalami deformitas baik secara fisik maupun fungsi seksual (Pangkahila W, 2008). Tentu saja korban praktek-praktek tidak ilmiah seperti ini tidak muncul ke permukaan karena mereka tidak berani untuk mengungkapkan kasusnya secara terbuka, yang akhirnya sering kali masyarakat menjadi tidak mengetahui akan adanya akibat buruk dari praktek-praktek pembesaran penis yang tidak ilmiah seperti ini.

Yang mengkhawatirkan adalah justru banjirnya informasi dilakukan kalangan  komersial yang menawarkan berbagai jenis praktek memperbesar penis yang promosinya seolah-olah menampilkan dukungan dari para ahli untuk mendapatkan kesan logis, ilmiah dan bisa dipertanggungjawabkan. Tetapi jika dicermati akan terlihat bahwa klaim keamanan dan efektivitasnya tidak terbukti. Pihak komersial seperti ini hanya  mengandalkan testimonial, data yang bias dan menampilkan gambar-gambar keberhasilan yang tidak otentik.

Alat-alat bantu yang ditujukan secara komersial untuk pembesaran penis dapat berbahaya bagi kesehatan seksual laki-laki yang bisa mengakibatkan kerusakan permanen pada penis. Kalau coba dicermati kembali apa yang bisa diakibatkan oleh upaya pembesaran penis tersebut adalah sebagai berikut:

  • Suntikan silikon cair tentunya sangat berbahaya karena dapat menyebabkan kerusakan penis secara permanen. Beberapa riset juga menyebutkan adanya dugaan silikon cair  dengan kejadian kanker.
  • Pijatan tangan (manual massage) yang secara tradisional sering dikombinasikan dengan pemberian makanan tertentu (misalnya ketan lemang) dan penis dimasukkan ke alat tertentu (misalnya bambu). tetap dapat mengakibatkan efek buruk seperti luka lecet, pembengkakan hingga rasa nyeri.
  • Pompa (vacuum) sempat populer sebagai alat terapi disfungsi seksual, tetapi bila digunakan dalam waktu lebih lama daripada yang direkomendasikan malah dapat merusak jaringan elastis di penis. Sesungguhnya menggunakan pompa hanya menciptakan ilusi sehingga penis terlihat menjadi lebih besar, tetapi jarang berhasil secara permanen.
  • Pil, obat oles, obat tempel (patch) dan bahan lain (misalnya rendaman teh). Tidak satupun dari produk-produk ini terbukti bekerja dan beberapa mungkin dapat berbahaya  jika dosisnya sembarang, misalnya yang mengandung hormon.
  • Peregangan dengan beban (traction) adalah metode yang sangat riskan karena dapat menyebabkan kerusakan permanen pada penis. Tidak ada bukti ilmiah bahwa teknik ini dapat menambah ukuran penis.
  • Operasi atau pembedahan penis (phalloplasty) secara medis masih dapat direkomendasikan untuk kepentingan non-kosmetik. Operasi dapat dilakukan untuk merekontruksi penis yang mengalami cidera parah, misalnya akibat kecelakaan, atau misalnya penis terpotong (seperti dalam kasus populer John Bobbitt). Sedangkan untuk kepentingan pembesaran penis dengan memotong otot dasar penis tidak dianjurkan. Memang penis dapat terlihat menjadi lebih panjang tapi hasilnya tidak memuaskan dan kemungkinan malah berdampak buruk karena bila otot dasar penis tidak kuat, penis tak akan dapat ereksi dengan baik.

Lalu, Apakah Berarti Operasi Bisa Menjadi Pilihan?

Sebenarnya kebutuhan untuk operasi pembesaran penis sangat jarang. Jenis phalloplasty dengan tujuan memperbesar penis yang masih dikerjakan adalah Enhancement Phalloplasty dan Girth Enhancement. Ada dua prosedurnya yaitu memperpanjang penis dan memperbesar diameternya. Caranya adalah pemotongan pada ligamentum suspensorium penis, yang memfiksasi pangkal penis pada tulang pubis. Bagian yang melekat pada tulang akan dilepaskan sehingga akan menjadi jatuh dan terlihat lebih panjang.  Sedangkan untuk membuat penis lebih tebal melibatkan pemindahan lemak dari bagian tubuh yang berotot tebal, bokong atau perut dan menyuntikkan lemak ke penis.

Rupanya tidak satupun dari teknik-teknik ini terbukti aman atau efektif. Memotong ligamentum suspensorium dapat menyebabkan ereksi penis menjadi tidak stabil. Suntikan lemak ke penis terbukti tidak ada manfaatnya. Justru ada potensi risiko dari teknik-teknik ini seperti infeksi, hilangnya sensasi kulit, pendarahan yang berlebihan hingga hilangnya fungsi penis. Society for the Study of Impotence menyatakan tidak ada studi independen termonitor yang obyektif mengenai keamanan atau keberhasilan dari metode ini, sehingga disebutkan operasi ini tidak lebih dari sebuah experimental surgery (operasi percobaan) saja. Disebutkan juga bahwa kebanyakan pasien yang menjalani operasi ini tidak puas dengan hasilnya.

Masih Banyak Hal Yang Bisa Dilakukan

Sekitar 89% perempuan mengaku puas dengan ukuran penis pasangannya (Otis A, 2005). Namun faktanya, banyak laki-laki mengalami “small-penis syndrome” atau kekhawatiran akan ukuran penisnya yang dianggap kecil. Menurut Journal Urology BJU International, laki-laki yang mengalami sindrom tersebut mencapai sekitar 45%. Tak heran bila masih begitu banyak beredar tawaran di situs-situs internet untuk memperbesar dan memperpanjang ukuran penis.

Tetapi justru sebagian perempuan mengatakan bahwa laki-laki yang memiliki penis terlalu besar bukanlah sebuah kabar baik. Selama hubungan seksual, penis yang ukurannya lebih dari rata-rata dapat menyebabkan rasa ketidaknyamanan hingga rasa sakit. Dalam banyak kasus, ukuran penis adalah soal preferensi pribadi bagi laki-laki dan pasangannya. Yang lebih utama adalah relasi seksual dan komunikasi seksual yang baik, jadi tidak hanya ukuran fisik semata.  Terlebih perlu disadari bahwa peka rangsangan pada vagina (G-spot)  terletak di sepertiga bagian luar vagina. Jadi, sebetulnya sangat tidak relevan memperpanjang atau memperbesar ukuran penis demi kepuasan pasangan.

Sesungguhnya banyak hal lain yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kepercayaan diri dan pemahaman seksual yang baik bersama pasangan. Hal-hal berikut bisa dilakukan:

  • Berkomunikasi seksual yang lebih baik dengan pasangan. Termasuk berusaha berdiskusi terbuka tentang segala apa yang ada di diri dan pada pasangan.
  • Meningkatkan penampilan diri. Olahraga teratur tentu saja dapat membuat perbedaan besar. Juga kebiasaan hidup sehat, makan berimbang, menghentikan kebiasaan buruk (merokok, alkohol), menjaga berat badan tetap ideal. Kebugaran fisik yang lebih baik tidak hanya membuat terlihat lebih menarik, tetapi juga dapat mengembalikan performa seksual yang lebih baik.
  • Rapikan rambut pubis. Rambut pubis atau rambut kemaluan yang tidak rapi di sekitar dasar penis dapat membuat penis tidak tampak menarik. Bahkann pencukuran rambut pubis  dapat meningkatkan sensitivitas di sekitar dasar penis.
  • Berdiskusilah dengan dokter yang memahami kesehatan seksual. Banyak laki-laki akhirnya merasa nyaman dengan keyakinan bahwa mereka “normal” atas rekomendasi seorang ahli.

Sekali Lagi, Pembesaran Penis Adalah Mitos

Banyak masyarakat yang terperangkap di dalam mitos mengenai ukuran penis yang lebih besar lebih dapat memuaskan pasangan. Sedangkan yang sebenarnya jauh lebih berpengaruh adalah kualitas ereksi dan kemampuan mempertahankan ereksi. Ukuran penis, sejauh ini dapat dikatakan tidak lebih dari sekedar penampakan fisik saja dan tidak mewakili fungsi dan kualitas hubungan seksual, selama ukurannya masih dalam rentang normal. Ini adalah salah satu contoh dari puluhan bahkan ratusan mitos tentang seks yang menyesatkan dan beredar luas dikalangan masyarakat bahkan praktisi kesehatan. Hal ini membuktikan bahwa pengetahuan mengenai seksualitas di masyarakat masih rendah.  Yang justru sangat penting untuk dilakukan saat ini adalah mengedukasi seluruh lapisan masyarakat agar memiliki pengetahuan yang memadai, termasuk tentang seksualitasnya. Atas dasar pengetahuan yang baik ini akan terbentuk persepsi yang sehat dan dasar perilaku seksual yang sehat. Terakhir, diharapkan juga kepada media agar secara sadar bisa memilah informasi yang benar secara selektif termasuk mengeksklusi iklan yang kontraedukatif dan menyuburkan mitos, mengingat fungsi media masa sebagai agen untuk mencerdaskan masyarakat. Jadi tidak ikut menipu masyarakat. Karena sampai saat ini semua iklan tentang pembesaran penis adalah sebuah penipuan publik.

Daftar Rujukan:

Francoeur, RT.1991. A Descriptive Dictionary and Atlas of Sexology.

Hanifah, L. 2007. Jamu dan Praktek-praktek Kelamin. LP3Y. Yogyakarta.

Mulhall, JP. 2001. Serial assessment of efficacy and satisfaction profiles following penile prosthesis insertion and penile surgery. Journal of Urology 165(5):1042A.

Otis, A.2005. Common Penis Problems and Condition. New York. Cornell University Press.Ithaca.

Pangkahila, W.2005.  Disfungsi Seksual Pria.Cetakan Pertama.Jakarta.Perpustakaan Nasional RI.

Pangkahila, W.2008.  Konsultasi Seksologi. Tabloid Gaya Hidup Sehat. http://community.kompas.com (akses 10 September 2009).

Schill, WB. 2006. Surgical Procedures in Andrology. In: Andrology for Clinician. Springer-Verlag.Berlin.

Setiawan, N. 2008. Memperbesar penis, Mitos? Kompas Online.http://kompas.com (akses 10 September 2009).

* Ditulis untuk Pfizer Award of Sexology 2009.


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *