Tak Usah Galau Kalau Di-unfollow

Rasanya ada sebagian dari diri yang hilang ketika follower berkurang.

Padahal, dunia maya kadang tak seiring sejalan dengan dunia nyata. Meski tak lagi follow di Twitter, bukan berarti orang yang unfollow itu kemudian tak berteman.

Sebaliknya, ketika meng-unfollow orang di Twitter. Ada sedikit perasaan tak nyaman sebenarnya. Agak kasihan dengan si pemilik akun yang mungkin berpikiran sama denganku: tak senang karena followernya berkurang. Tapi, bagaimana lagi. Aku sudah tak tahan. #lebay

Bagiku, yang sebenarnya tidak tegaan, ada beberapa alasan unfollow seseorang. Ini di antara sekian alasan unfollow tersebut.

Terlalu banyak RT
Bawaannya males kalau lihat garis waktu (time line) seseorang isinya cuma retwit, retwit, dan retwit alias RT, RT, dan RT. Menurutku ada tiga jenis penyalahguna RT alias RT abuser ini.

Pertama, mereka yang kerjanya memang hanya RT dan RT. Kesannya dia tidak kreatif karena bisanya cuma meretwit kicauan orang. Cuma sesekali, sih, wajar. Fungsi Twitter kan salah satunya sebagai amplifier alias menerukan informasi itu. Tapi, kalau terus-terusan RT, ya, jelas tidak layak difollow.

Penyalahgunaan RT kedua adalah menggunakan RT untuk menjawab (Reply). Ini, sebenarnya debatable. Ada yang totally menyebut RT untuk menjawab itu sebagai penyalahgunaan. Tapi ada juga yang masih memperbolehkan. Contoh RT untuk menjawab itu begini. Sip RT @antonemus @13Rudi rud, sori tadi ga balas SMS. pulsa habis. silakan kasih kontakku ke dia yg tak boleh disebut di sini. :) .

@13Rudi ini sebenarnya hanya menjawab kicauan @antonemus yang menyebutnya dalam kicauan. Kalau dia hanya menjawab Sip, si @antonemus itu juga akan tahu. Tak perlu menjawab dengan RT.

Namun, bagiku, RT untuk menjawab boleh saja asal pertanyaannya memang pendek. Dengan cara ini orang yang tidak tahu konteks kicauan tersebut bisa segera tahu tanpa harus klik In reply to di bawah aku si pengicau.

Ketiga, RT bisa sampai dua atau tiga dalam satu kicauan. Contohnya ini. Puny band indie? RT “@DodeDode: :D RT @thanintaann: Tag @whiterosebali @MyMiniTamagochi RT @ayudcempaka: tmen2 yg. Ada tiga RT dalam satu kicauan. Itu bikin males baca ketika melihatnya. Nah, aku paling neg kalau melihat sepanjang garis waktu orang isinya RT, RT, dan RT itu.

Terlalu personal
Ya, tentu saja. Orang bikin akun Twitter itu memang untuk berbagi apa saja terkait pemilik akunnya. Bisa pengalaman, pikiran, perbuatan, perasaan, apa saja. Tapi, kalau isinya benar-benar tidak penting bagiku, untuk apa aku ikuti.

Status tidak penting itu, misalnya, update cuma satu dua kata tanpa makna. Misalnya, garing, kering, miring, piring, dan semacamnya. Lha, kalau dia ratu twitter seperti @sherinamunaf sih oke-oke saja update status satu-satu, seperti merem, melek, cipokan, dan seterusnya. Itu tentu saja wajib diikuti. #twitmesum.

Kicauan terlalu personal ini makin terasa mengganggu kalau aku tidak kenal secara personal baik online maupun offline dengannya sementara dia juga bukan selebritis. Oke-oke saja dia update hal-hal sepele kalau aku kenal secara pribadi. Tidak harus kenal langsung (offline) tapi juga online. Kadang-kadang malah menyenangkan mengikuti status tak jelas begini karena malah bisa bercanda.

Kerjanya jawab kuis
Salah satu fungsi Twitter memang untuk hiburan. Makanya kuis-kuis tidak jelas semacam @kuIsBowBow itu laris manis. Begitu juga dengan kuis-kuis lain. Yap. Hak tiap orang ikut dan menjawab kuis-kuis semacam itu. Kalau hanya sekali dua kali sih sah-sah saja. Lha, kalau seluruh kicauannya yang membanjiri garis waktuku isinya cuma jawab kuis, tentu saja itu akan mengganggu. Buat apa aku ikuti?

Sepi sekali
Bisa jadi ketika dia membuat akun Twitter cuma untuk tahu. Lalu, setelah itu, garis waktunya tak bertambah sama sekali. Sepi. Kalau cuma sehari atau seminggu sih tap apa. Lha kalau sampai berbulan-bulan atau bertahun tak diperbarui juga ya tinggalkan saja. Tidak berguna mengikuti garis waktu yang telah mati suri seperti ini.

Misuh-misuh tak karuan
Alasan ini jarang aku pakai sebenarnya. Apalagi kalau misuhnya dengan tanda pagar seperti #nurdinturun, #bubarkannFPI, dan semacamnya. Justru keren membaca kicauan-kicauan semacam.

Tapi, maki-maki itu jadi aneh kalau aku baca di garis waktu orang yang tak kita kenal secara langsung tentang hal tak jelas yang membuatku juga bingung. Lha, kalau yang misuh itu Raja Jancuk @sudjiwotedjo sih tak apa.

Lebih males lagi kalau baca garis waktu orang itu penuh makian, umpatan, dan semacamnya hanya gara-gara diunfollow. Aduh, kalau diunfollow tak usah melow bin galau. Ambil saja sisi positifnya. Kita harus memperbaiki kicauan biar terdengar lebih merdu dan enak dibaca.

Foto dari memegenerator.net.


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Hosted by BOC Indonesia