Kamis, 28 Oktober 2010
Hari ini merasa sedikit pening…
Midlle test, Statistik pula…
Muka merah, pasrah, hendak menyerah…
Tapi semangat berusaha tetap membara…
Jam 1 siang hendak memejamkan mata sejenak, merasa sore hingga malam nanti saya membutuhkan tenaga ekstra untuk tetap bercuap ria dan tetap menularkan virus spirit ke banyak orang. Tidak terpejam juga mata ini, hingga jam 3 saya mengambil laptop dan mengetik beberapa pertanyaan untuk acara Talkshow BEM FK UNUD 2010. Jam 4, diantar Esta saya langsung meluncur ke kampus lagi.
Hari ini menjadi moderator tentang talkshow Pendidikan Profesi dan Sumpah Pemuda dengan Narasumber Prof. Manuaba dan Elfira Nacia. Setelah dibuka oleh PD III FK UNUD( Dr. Mitha), kamipun mendapat suguhan menarik dengan pemutaran video pergerakan Dokter-dokter jaman dulu ketika berjuang di medan pertempuran. Kemana semangat juang para dokter itu saat ini? Kita sedang mengalami krisis social (begitu kata ibu PD III FK UNUD). Prof. Tjakra Manuaba berpesan kepada para generasi muda agar mencintai profesi apapun yang ditekuni serta jangan sekali-kali melupakan sejarah. ”Karena dengan mengetahui sejarah kita akan dapat menghargai perjuangan para pahlawan” Imbuh beliau. Narasumber dari perwakilan pemuda, Elfira Nacia mengajak rekan-rekan muda untuk ikut aktif/ memberdayakan diri dalam kegiatan yang positif serta untuk menambah pengalaman dan jejaring nantinya. Setelah kegiatan tanya jawab, talkshow berakhir pukul18.15 wita. Sedikit berdebar juga karena jam 18.30 saya harus segera meluncur ke Br. Batukandik untuk mengikuti kegiatan penyuluhan kesehatan bersama Manu Waluya Youth Club. Harap-harap cemas sayapun langsung mengirim pesan singkat kepada Estalita untuk segera menjemput saya di kampus. 5 menit kemudian Esta datang dan tepat sekali ketakutan saya pun terjadi, Esta lupa membawa helm dan kami harus kembali lagi kerumah utnuk mengambil helm dulu.
Ngebut, mungkin sudah trauma akibat kecelakaan dahulu. Tapi tidak berlaku untuk saat ini. Tepat pukul 18.57 Wita sampailah saya di balai banjar Batukandik. Tampak banyak warga sudah berkumpul. Dan tanpa babibubebo lagi acara langsung dimulai. Ya Tuhan ku, ternyata saya tidak memandu acara sendiri karena saya tandem bersama ”Sri’ anggota STT di banjar tersebut (berharap Sri akan menjadi partner yang baik) dan memang lancar-lancar saja walaupun ada beberapa kesalahan kecil. Akan tetapi kesalahan tersebut tak terasa lagi setelah kedua pemateri (Prof. Kartini dari BOA dan dr. Witha dari MWPH) menghipnotis warga yang semula asyik mengobrol bak dalam goa. ^_^. Acara penyuluhan kesehatan berakhir dengan makan nasi bungkus bareng di rumah dr. Hartawan. Sederhana, namun menyenangkan. Karena saya juga mendapatkan ilmu tentang verticulture dan pangan sehat.
Itulah perjalanan saya selama 1 hari dalam mengisi kegiatan sumpah pemuda tahun ini. Tidak dalam acara demo di terik matahari ataupun dalam tenang malam renungan. Tapi setiap pemuda memiliki cara tersendiri untuk merayakan hari sumpah pemuda. Dalam perayaan sumpah pemuda kali ini, Saya tidak mengucap sumpah pemuda atau membaca undang-undang dasar 1945, saya juga tidak menyanyikan lagu Indonesia Raya 3 Stanza, atau mengheningkan cipta. Tapi saya tetap merayakan Hari sumpah pemuda dengan rasa kebangsaan saya seutuhnya. Tanpa beban. Bebas dan merdeka. Karena semua tentang Indonesia ada dalam sanubari saya. Dan semangat kepemudaan itu menggelora di dada saya.
SELAMAT HARI SUMPAH PEMUDA.
PEMUDA BERSATU, BANGSA KUAT DAN MAJU..
HIDUP INDONESIA!!
MARI BERSEMANGAT…..
Leave a Reply