Kejadian ini saat saya jaga malam di RS Sanglah tanggal 29 Juni 2010, sekitar pukul 22.00 datang seorang remaja dengan klinis luka tembak senapan angin di kepala, kata koas yang mengantar sebuah peluru tembus melalui kepala bagian belakang dan meninggalkan lubang di occipital.
Pasien dalam keadaan sadar baik, kepalanya dibalut perban. Segera saya lakukan ct scan kepala irisan axial sejajar OML. Mode yang saya pilih adalah Spiral dengan ketebalan irisan 5 mm, pitch 3 mm, maksudnya agar bisa di olah dengan baik oleh software nantinya.
Memang dalam irisan ct scan tampak gambaran beberapa proyektil peluru antra lain berada di petrosum dan beberapa bagian otaknya. Melalui pengukuran jarak saya dapatkan jarak antara lubang masuk peluru di occipital hingga proyektil terdalam di petrosum sejauh 12.4 cm, cukup jauh menurut saya kalau ini adalah hasil dari senapan angin. Saya dulu pernah terkena pentalan peluru di jari tangan tapi untungnya tidak menimbulkan luka, lecet pun tidak, cuma bengkak dan sakit. Jadi melihat gambar ini pikiran saya wah ini bukan hasil dari senapan angin, proyektilnya terlalu besar untuk sebuah peluru senapan angin dan jarak masuk peluru pun terlalu jauh kedalam.
Terdorong oleh penasaran saya tanya kepada koas yang mengantar bagaimana kejadiannya. Koas bercerita bahwa pasien ini ditembak oleh ayahnya sendiri dari jarak kurang lebih 10 meter karena sang ayah mengira anaknya adalah monyet buruan. Ditempat pasien ini tinggal memang lagi banyak monyet yang merusak lahan perkebunan, jadi pada suatu malam pasien ini diajak ayahnya untuk menghalau dan berburu monyet-monyet tersebut. Pasien terjun duluan kedalam kebun sementara ayahnya mengintai dari belakang.
Sebuah ranting dan semak terlihat bergoyang, sang ayah kemudian membidik dan melepaskan tembakan ke arah semak yang bergoyang namun apa daya ternyata yang kena adalah kepala sang anak. Selesailah acara berburu tersebut berganti dengan kepanikan.
Di rumah sakit sang ayah mengaku senapan yang dibawa adalah senapan angin yang biasa digunakan untuk menembak burung, sehingga senapan ini juga lazim dibilang senapan burung. Yah apalah namanya yang jelas senapan ini telah melukai seorang anak dan dampaknya sangat jelas. Untuk trauma seperti ini hasil akhirnya kalau tidak berujung pada kematian pasti itu cacat tetap.
Keluar dari ruangan CT Scan saya tidak mengetahui kabar dari pasien ini hingga tulisan ini saya publish di blog. Namun yang pasti menurut analisa koas dan beberapa sejawat radiografer, pasien ini pasti akan dioperasi untuk mengeluarkan proyektil dan menyetop perdarahan dalam oak yang terjadi.
Pesan yang dapat diambil, jangan berburu bersama anak tercinta, tapi kalau memang hobi saat akan membidik dan menekan pelatuk pastikan anak ada didekat kita atau kita mengetahui dimana keberadaan anak. Sebaiknya tidak cuma anak tapi siapa pun itu yang kita ajak saat berburu.
Darah masuk ke ventrikel 3
Leave a Reply