Enigma, 1

hai udara, terima kasih membangunkanku pagi tadi dan tangan lebih bersahabat dengan gagang sapu. Tidak ada spidometer di sepeda abu itu, tidak ada angka yang menunjukkan dengan jelas; seberapa jauh antara rumah dan warung bubur tempat kami berhenti. Ubud, jantung itu di Timur. Adalah asap klakson dan bebunyi yang berlari, dan semangat yang melindap: ayo ayo kamu bisa. Adalah jeda yang segan meregangkan sendisendi yang kaku. Lama, lama sekali antara telapak dan pedal tak pernah bersama sejauh jarak yang lama. * Hihi, ceritanya lagi pingin puitis bikin curhatan pagi tadi. Tapi ya kok gagal. :p subuh antara ingin yang saling berseteru, kacau. Salam sejuta kasih. Filed under: POTRET PERJALANAN, Puisi


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *