UWRF 2022 dan Sesi-sesi Menggugah Pikiran

Foto: Gus Agung/UWRF

Ubud Writers & Readers Festival (UWRF) kembali digelar tahun ini. Festival sastra tahunan ini akan dihelat mulai 27 Oktober hingga 30 Oktober 2022. Tahun ini ke-19 festival ini diselenggarakan.

Memayu Hayuning Bawana, menjadi pilihan tema yang diangkat dalam pada festival kali ini. Memayu Hayuning Bawana sendiri merupakan filosofi Jawa kuno yang mempunyai makna prinsip dasar yang kami pelihara, jaga, dan percantik semesta ini.

Bawana berarti dunia, di mana ia bukan hanya bentuk fisik tetapi juga alam yang berkultur dan spiritual. Memayu merupakan jalan yang dipertahankan di planet ini menuju jalan abadi untuk keharmonisan yang universal. UWRF mewujudkan filosofi ini ke dalam Uniting Humanity, dimana akan membuka beraga program untuk menghormati kapasitas kemanusiaan yang akan memperkuat ikatan sebagai individu dan dunia sebagai kolektif.

Mengangkat tema dan filosofi menarik tiap tahunnya membuat tak heran jika pekan festival sastra ini banyak dikunjungi oleh para pecinta sastra. Salah satunya Stine, perempuan asal Australia yang datang ketiga kalinya untuk festival ini. Menurutnya, festival tahun ini sedkit lebih kecil dan tidak banyak nama besar yang hadir dalam gelaran festival tahun ini, namun dia mengatakan bahwa hal tersebut tidak masalah karena masih banyak diskusi lain yang menggugah pikiran.

“Saya pikir festival tahun ini lebih kecil dan saya cukup menyukainya dan tidak banyak nama-nama besar yang hadir, tapi saya masih pikir itu menarik dan ada banyak diskusi yang sangat menggugah pikiran. Jadi saya sangat menikmatinya,” ujarnya sambil menyeruput teh yang ia bawa.

Stine juga mengungkapan dirinya datang ke UWRF 2022 untuk mengikuti diskusi-dikusi yang menarik yang berlangsung selam empat hari festival. “Nah, besok, saya akan pergi dan mendengar tentang bom Bali, juga tentang apa yang terjadi di Ukraina, Jadi ya, saya mencari hal semacam itu, diskusi politik, menurut saya hal itu sangat, sangat menarik,” ungkapnya.

Ditanya perihal perbedaan penyelenggaraan festival tiap tahunnya, Stine mengungkapkan bahwa dulu beberapa acara digelar di beberapa venue, dan menurut dia agak susah untuk menjangkaunya. Menurutnya, kali ini festival diadakan terpusat di satu tempat, jadi cukup mudah untuk berpindah mengejar sesi-sesi yang lain.

Sementara, untuk pembicara, acara tahun sebalumnya lebih banyak mendatangkan nama-nama besar. Hal itu juga menurutnya sangat menarik, namun bukan berarti festival tahun ini tidak menarik. “Saya bisa paham, dan mungkin mereka akan datang lagi di masa mendatang, dan hal ini tidak membuat banyak perubahan,” jelasnya.

Bukan hanya pengunjung yang datang berulang ke UWRF, Jannie, perempuan asal Singapura datang untuk pertama kalinya ke festival sastra di Ubud ini. Jannie mengungkapkan bahwa dirinya datang ke Ubud setelah melakukan browsing di internet. Selain itu, dia juga mengatakan bahwa dirinya merupakan pecinta sastra.

“Saya seorang guru bahasa dan sastra, saya dulu mengajar di sekolah, tapi sekarang saya sudah pensiun. Tapi saya masih melakukan bimbingan belajar dan saya selalu tertarik pada penulis dan menjadi pembaca, jadi saya menemukan tulisan merupakan sesuatu yang sangat kuat, sesuatu yang sangat indah, dan sesuatu yang sangat komunikatif dan ekspresif. Itulah sebabnya saya ada di sini,” katanya.

Selain itu, Jannie bercerita bahwa kunjungan ini merupakan kunjungan pertamanya ke Bali. Dia yang datang ke UWRF bersama seorang teman. Selain menikmati acara-acara di UWRF dia juga menyempatkan untuk menikmati berbagai fasilitas wisata yang ada di Ubud.

“Selain itu, ini adalah pengalaman baru. Saya dan teman saya, kami belum pernah ke Bali sebelumnya. Jadi itulah mengapa kami melakukan apa yang kami sebut perjalanan yang penuh nilai sehingga kami bisa menghadiri festival, serta berwisata, Ya. saya sangat menikmati suasananya, rasa makanannya, kesenangannya, dan juga bertemu orang baru,” jelasnya.

Selanjutnya, Ia mengatakan sebagai pengunjung yang telah berumur, Jannie memberi catatan, akses toilet yang mudah ditemui merupakan hal yang penting bagi dia. Namun, secara umum Jannie sangat senang mengikuti UWRF tahun ini.

(English version)

Ubud Writers and Readers Festival 2022: a thought-provoking discussions

Foto: Gus Agung/UWRF

The Ubud Writers & Readers Festival (UWRF) will be held again this year. This annual literary festival will be held from 27 October to 30 October 2022. This year will be the 19th year.

Memeyu Hayuning Bawana, became the chosen theme for this festival. Memeyu Hayuning Bawana itself is an ancient Javanese philosophy that has the meaning of the basic principles that we maintain, protect and beautify this universe.

Bawana means our world, where it is not only a physical form but also a cultural and spiritual nature. Merging is the path we maintain on this planet to the eternal path to universal harmony. UWRF embodies this philosophy into Uniting Humanity, which will open a variety of programs to honor human capacities that will strengthen our bonds as individuals and the world as a collective.

Bringing up interesting themes and philosophies every year, it is no wonder that this literary festival week is visited by many literary lovers. One of them is Stine, a woman from Australia who came for the third time to this festival.

According to her, this year’s festival is a little smaller, and not many big names are present at this year’s festival, but he said that it doesn’t matter because there are still many other thought-provoking discussions.

“I think it’s smaller and I quite like that and they not as many kinds of big well-known names, but I still think it’s really, really interesting and there’s a lot of very thought-provoking discussions. So I’m really enjoying it. Well, I’m going to see tomorrow’s highlight, go and see about the Bali bombings, and also about what’s happening in Ukraine. So oh yeah, I am looking at for that kind of thing, more political discussions, I am finding that very, very interesting,” she added.

Asked about the differences in the organization of the festival each year, Stine said that in the past several events were held in several venues, and according to him it was rather difficult to reach them. According to him, this time the festival was held centrally in one place, so it was quite easy to move to catch up with other sessions. Meanwhile, for speakers, the previous year’s event brought more big names. He also thinks it’s very interesting, but that doesn’t mean this year’s festival isn’t interesting.

“Well, it was, it was, you know, it had the other events up there and also had some events in done in downtown. There are quite like that. It’s all in one spot because it’s much easier to get around. You can switch around easier and there were some really big names in international names and that was interesting.

“I can totally understand that that probably will come back again because of in the future, but I don’t think it’s a big minus,” she added. Not only repeated visitors that come to UWRF this year, Jannie, a woman from Singapore came for the first time to this literary festival in Ubud. Jannie revealed that she came to Ubud after browsing the internet. In addition, he also said that he is a lover of literature.

“Well, because number one, I’m a literature and language tutor. But yeah, I used to teach in school, but I’m retired now. But I still do tutoring and I’m always interested in writers and being a reader myself. So I have found the written word something very powerful, something very beautiful, very communicative, and expressive. That is why we are here,” she answered.

In addition, Jannie shared that this visit was her first visit to Bali. He came to UWRF with a friend. In addition to enjoying events at UWRF, he also took the time to enjoy various tourist facilities in Ubud. “This is a new experience. Me and my friend, have never been to Bali before. So that is why we are doing what we call the value traveling so that we put to this four-day festival, as well as touring, and do the usual touristy things. Do all those fun things as well. Yeah. And then experience the food, the massages, the pleasures, and also meet new people.”

Furthermore, as an elderly visitor, Jannie said that the availability of toilets that were easily found was an important thing for her. However, in general, Jannie is very happy to join.

The post UWRF 2022 dan Sesi-sesi Menggugah Pikiran appeared first on BaleBengong.id.


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *