tujuhbelasan untuk satu tujuan

di hari kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-66, saya bingung, bimbang, ragu..yaa,wajar sih,saya sebagai remaja emang lagi masa-masa labil gitu. sebut saja masa pencarian jati diri, seperti gambar terakhir di Poetica Grafica dari Kang Ayip,”kita harus ban66a sama siapa?” daripada saya sok2 nasionalis pasang profil picture merah putih, twibbon merahputih, bawa2 bendera merah putih, tapi ga tau artinya, lebih baik  saya merenungi dulu arti kemerdekaan, dan Indonesia.

oleh karena akhir-akhir ini kinerja otak agak melambat, yang sepertinya memerlukan libur panjang *alasan aja sih* jadi sampe tanggal 16 agustus blum juga ada ide mau ngapain, ya udah deh, saya naikin bendera aja, saya suka melihat bendera berkibar-kibar di angkasa, saya culik Komang Edi, tetangga saya yg kelas 5 SD, utk naikin bendera, setalah bendera berkibar, saya paksa dia utk ikut hormat, dia bingung, saya suka dia bingung. huhahaha

lagi khusyuk memandangi sang saka merah putih yang merahnya mulai agak oranye, mirip2 bendera pusaka gitu, pak ketua pemuda sms, ngajak kumpul2 di warung depan, mau ngbrol utk buat lomba apa besok di bale banjar. singkat cerita, rapat ditutup dengan, “lombanya ga masalah, yg penting ada pesertanya”. yeaah..masalah di banjar ini adalah uhm..entahlah, saya juga bingung, entah pemalu, atau pemalas, tak peduli atau pura-pura tak mendengar, yg pasti susah sekali mengumpulkan anggota sekehe teruna-teruni atau karang tarunanya. mari kita lihat besok 😉

“kepada kawan2 stt.yowana dharma kerthi, diharap datang ke banjar, lomba-lomba memperingati HUT Republik Indonesia akan segera dimulai” suara si Kucit terdenger nyempreng dari pengalo-aloan alias speaker di banjar, saya segera berjalan kaki menuju banjar, sekalian memantau lingkungan sekitar dan motret bendera, mumpung langit sedang biru cerah ceria, dan siapa tau ketemu adik yg disitu ituu..*shaalalalaa*, oke, mari jalan, mari jepret!

yak..sampai di banjar, cuma ada Kucit yg sibuk wara-wiri. ga lama, dateng Koming Puji – anaknya pak Puji, dateng bawain alat-alat lomba semacam dua bungkus krupuk, 2 roll tali rafia, 1 gulung tali kemong, 1 kresek guli/kelereng, beberapa biji paku, sudah jelaslah kami akan debus..eh, lomba. bahan sudah siap, trus..pesertanya manaaaa? setelah menunggu 1 jam 45 menit, hanya muncul beberapa anak, kami pasrah, ya udah deh.kalian aja yang lomba…kami tutup itu jalan di ujung tegal sari dengan semena-mena, gerobak sampah kami selonjorkan di ujung jalan. yang mau lewat kami “arahkan” lewat jalan belakang melalui PCA. yeaah! kita mulai lomba makan krupuk dengan brutal dan berisik. ternyata kebrutalan itu mengundang warga yang lain, akhirnya banyak juga yang ikut lomba…yuhuww!

dan inilah para juara,ditemani para tetua..eh,senior 😀

memang sih,kami agak brutal dalam perancanaan dan pelaksanaan, nutup jalan dengan semena-mena, tapi inget katanya bli Jun di bungklangbungkling, gpp sekali-sekali, biar pernah krama balinya ngerasa sebagai pemilik tanah sendiri, sebelum semuanya dikuasai investor luar.

daripada susah mikirin tingkahpolah yg ditipi, mending kita mulai dari yang terdekat, kepalkan tangan, dan tinju ke udara dengan penuh semangat!

merdekaa!


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *