Tradisi Medelokan Penganten

Tradisi medelokan penganten adalah sebuah tradisi yang ada di desa adat Kerobokan dan mungkin ada juga di desa atau daerah lainnya di Bali. Tradisi medelokan penganten ini seperti namanya merupakan kegiatan medelokan (menengok / kondangan) ke rumah penganten baru. Kegiatan ini dilakukan oleh Sekeha Teruna-Teruni atau biasa disingkat menjadi STT. STT adalah sebuah organisasi kepemudaan yang kedudukannya biasanya di bawah sebuah Banjar. Banjar adalah sebuah organisasi adat yang berada di bawah sebuah Desa Adat. Desa Adat dan Banjar adalah organisasi adat di Bali yang bisa dikatakan sebagai nyawa kehidupan adat dan beragama di Bali. Jadi STT merupakan generasi penerus dan tulang punggung untuk mewujudkan slogan “ajeg bali” yang selama ini digaungkan oleh pemerintah dan masyarakat di Bali.

Tradisi medelekokan penganten ini hanyalah salah satu diantara banyak kegiatan lain yang menjadi program kerja sebuah STT. Kegiatan lain misalnya pembuatan ogoh-ogoh, penggalian dana, perayaan ulang tahun dan lainnya. Tidak jarang juga ada STT yang melakukan kegiatan bakti sosial. Hebatnya, STT ini tetap eksis sejak jaman dulu hingga kini walau hanya berkedudukan di bawah adat dan juga dengan pendanaan yang lebih banyak secara mandiri.

Kembali tentang tradisi medelokan penganten, kegiatan ini umumnya dilakukan pada malam hari di hari pernikahan atau sehari setelah hari pernikahan. Ada yang menggabungkan kegiatan medelokan penganten ini dengan acara resepsi namun ada juga yang khusus dalam sebuah acara tersendiri. Kalau di desa adat Kerobokan, umumnya tradisi medelokan penganten ini dilakukan secara tersendiri.

Tradisi medelokan penganten ini dihadiri oleh Kelihan Banjar, Kelihan (ketua) STT dan seluruh anggota STT. Seluruh hadirin baik laki-laki maupun perempuan menggunakan pakaian adat madya, sedangkan mempelai tentunya menggunakan pakaian adat yang lebih spesial. Selain dari anggota STT mempelai pria, hadir juga anggota STT dari mempelai wanita. Jika kedua mempelai berasal dari banjar yang berlainan, maka dalam acara tersebut akan bertemulah dua kelompok STT. Tentunya tidak sedikit dari mereka yang sudah saling kenal.

Acara tradisi medelokan penganten biasanya dimulai sekitar pukul 20.00. Kedua mempelai akan duduk di depan para hadirin, di sebuah kursi mempelai yang sudah dihias sedemikian indah. Sedangkan hadirin, para tetua dan tuan rumah duduk menghadap ke depan. Acara dibawakan oleh MC dengan susunan acara yang umumnya dimulai sambutan-sambutan dari tuan rumah (biasanya tetua dari mempelai), Kelihan Banjar, Ketua STT. Kemudian diikuti dengan kesan dan pesan dari beberapa anggota STT yang dipilih. Disinilah mental para anggota STT diuji untuk berbicara di depan banyak orang, apalagi biasanya diminta menggunakan bahasa Bali halus. Tidak sedikit yang menjadi tertawaan karena banyak diantara mereka sangat grogi ketika berbicara, bahkan ada yang tidak mampu berbicara sepatah kata pun ketika berdiri di depan.

Acara puncak dalam tradisi medelokan penganten biasanya disebut dengan acara “Sekapur Sirih”. Acara ini akan dibawakan oleh MC khusus yang biasanya suka melawak. Dalam acara ini kedua mempelai akan diminta berdiri dan diwawancarai atau lebih tepatnya dijahilin, bahkan seringkali kedua mempelai diminta melakukan hal-hal khusus, konyol dan lucu. Misalnya mereka diminta berdiri saling membelakangi lalu diminta menebak pernak-pernik pakaian pasangannya, maksudnya untuk membuktikan apakah mereka saling perhatian. Atau mereka diberi pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab dalam sebuah kertas, lalu dicocokkan apakah jawabannya sama.

Dalam acara puncak tradisi medelokan penganten yang paling khas adalah saat kedua mempelai diminta berdiri saling berhadapan, kemudian ada satu orang yang memegang sumping (kue nagasari) dengan sebuah garpu, lalu kedua mempelai diminta memakan/menggigit kue itu tanpa menyetuhnya. Jadi terlihat seperti akan berciuman. Kadang yang memegang agak jahil, ketika akan digigit kue itu dipindah sehingga terlihat benar berciuman. Oya, karena acara inilah dulu tradisi medelokan penganten ini lebih dikenal dengan acara “ngalih sumping”, di samping itu dulu konsumsi yang dibagikan untuk undangan acara sumping. Kini seiring perkembangan jaman, sumping tidak lagi menjadi menu utama, diganti dengan berbagai kue lainnya. Bahkan sudah menjadi hal lumrah dalam acara medelokan penganten para undangan juga disuguhkan makanan seperti halnya acara resepsi.

Oya, dalam acara tradisi medelokan penganten juga biasa diselipkan berbagai acara hiburan, seperti musik akustik dan lainnya. Jika ada dana lebih, ada juga yang menambahkan acara hiburan tradisional seperti joged bumbung, topeng, lawak dan lainnya.

Demikianlah tradisi medelokan penganten, semoga tradisi ini tetap ada dan terus terjaga. Karena banyak sekali nilai positif yang bisa diambil dalam tradisi medelokan penganten ini. Pertama tentu saja dalam menjaga kekompakan dan persatuan di kalangan generasi muda, meningkatkan solidaritas dan kepedulian terhadap sesama dan lingkungan. Melalui kegiatan medelokan penganten ini generasi muda juga bisa banyak belajar tentang organisasi, belajar berbicara di depan umum dan ikut melestarikan budaya dan bahasa Bali. Dan masih banyak lagi hal-hal positif lainnya. Selain oleh para generasi muda di internal STT masing-masing, para orangtua selaku warga adat di Banjar juga wajib terus membimbing dan memberi perhatian kepada generasi mudanya.

Baca Juga:


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *