Tetaplah Menyenangkan, Bani..

Jadi, anak kami sudah lima tahun sekarang. Dan, dia makin menyenangkan.

Ya, tentu saja. Ada yang bilang, tidak ada yang sempurna selain anak kita sendiri. Begitu pula pendapat kami tentang Bani Nawalapatra, anak kami.

Kemarin dia genap berusia lima tahun. Kami merayakannya dengan sederhana saja, tiup lilin berangka 5 di atas kue ulang tahun. Kasih selamat. Potong kue. Makan kuenya bersama. Lalu, selebihnya adalah rasa syukur dan doa.

Bersyukur karena Bani jadi anak menyenangkan juga membanggakan. Menyenangkan karena dia mau belajar dan dikasih tahu. Contohnya soal masuk sekolah. Dari semula males, pelan-pelan dia malah bersemangat dan terus bersemangat.

Kalau melihat temannya yang masih suka nangis pas mau ke sekolah, tentu saja kami senang. Bani sudah melewati masa-masa seperti itu.

Kami juga relatif bisa mendidiknya untuk hal-hal tertentu. Katakanlah, yang sederhana, soal jajan. Ketika teman-teman di gangnya bisa sampai jajan lima kali sehari, dari pagi sebelum sekolah sampai malam menjelang tidur, Bani belum tentu jajan sekali dalam sehari. Paling pas mau ke sekolah untuk bekal.

Dia juga cepat belajar, terutama soal game. Kalau sudah pegang iPad atau laptopnya, dia tak bisa berhenti. Dan cepat sekali mengerti permainan yang aku sendiri pun sering tak mengerti sama sekali. Meski belum bisa baca, dia dengan cepat memahami instruksi game, memainkan lalu menang. Kadang-kadang aku merasa dia ajaib soal game ini. Dia membanggakan.

Cuma ya itu. Dia sepertinya sudah pada tahap kecanduan game ini. Baru bangun tidur, dia langsung cari iPadnya. Pas mau bobok pun dia kadang-kadang sambil memeluk iPad hadiah dari detik.com ini. Sesekali ini yang menyebalkan, saking asiknya main kadang-kadang malah malas mandi.

Karena itu, kami bikin kesepakatan bersama. Inilah salah satu strategi kami mengasuh anak, seperti Bani. Semua aturan untuk dia harus kami diskusikan bersama. Dia boleh setuju, tapi juga boleh menolaknya.

Tapi, tak selamanya mulus sih. Kadang-kadang juga dia masih menyebalkan dan melanggar kesepakatan. Tak apa. Kami memakluminya. Bagaimana pun juga dia masih anak-anak. Kami biarkan dia dengan segala kurang lebihnya.


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *