Sri Rama Salah Kostum

Bali, mungkin tidak hanya pantas mendapat julukan pulau seribu Pura. Harusnya ada pula julukan pulau berjuta patung karena disini hampir ditiap sudut kota, bahkan pedesaan banyak terdapat patung dengan berbagai ukuran dan bentuk. Ada diantara patung tersebut yang menjadi landmark bagi kawasan tertentu seperti patung Bayi no Problem (Patung Sakah) yang menjadi ciri khas Ubud, Patung Dewa Ruci di Kawan Kuta, hingga patung Singa Ambara Raja di Kota Singaraja, Buleleng. Patung-patung yang dibangun dan dipahat dengan jiwa seni tinggi ini menjadi salah satu daya tarik Bali. Tidak hanya itu, patung biasanya juga dibuat dengan konsep tertentu sehingga selain mengandung nilai keindahan juga memiliki nilai cerita bahkan nilai pendidikan.

Patung Arjuna dengan kereta perang dan Khrishna sebagai kusirnya. 
Patung ini berada di pusat  kota Gianyar. 

Namun ternyata tidak semua patung itu dibuat dengan pemahaman konsep yang benar. Beberapa hanya menonjolkan nilai keindahan dan melupakan konsep pendidikan yang seharusnya dapat disampaikan melalui sebuah patung. Kadang kala informasi yang disampaikan justru salah dan malah terlihat aneh bagi mereka yang paham. Salah satu yang mengusik kami (saya dan Bli) adalah patung di Kebun Raya Bedugul ini. Dari rangkaian patung yang menceritakan Epos Ramayana ada bagian yang melenceng dari cerita.


Ini adalah patung yang mengisahkan Rama saat memanah Kijang Kencana atas permintaan Shinta. Di Patung ini Rama mengenakan baju kebesaran kerajaan lengkap dengan mahkota. Padahal jika berdasarkan cerita sesungguhnya, kisah Rama memanah kijang ini terjadi saat Rama, Shinta dan Laksmana sedang dalam masa pembuangan (meski pembuangan yang dimaksud tidak dalam makna sesungguhnya tapi lebih kepada pemenuhan Dharma seorang anak kepada Ayahnya). Jadi dalam masa itu Rama sebagai seorang pertapa dan mengenakan aktribut pertapa. Menanggalkan semua kemewahan kerajaan. Bahkan diceritakan mereka tidak memakai alas kaki.

Patung Rama memanah Kijang di Kebun Raya Bedugul
Rama yang digambarkan sedang memanah kijang emas utusan 
Rahwana. Dalam adegan ini situasinya seharusnya 
Rama sedang dalam masa ‘pembuangan’ di Hutan 
dengan pakaian dan kehidupan sebagai pertapa. 
Tanpa baju kebesaran sebagai pangeran bahkan tanpa mahkota.

Sungguh sebuah kesalahan yang bagitu lumayan fatal karena berdampak pada kesalahan informasi. Apalagi cerita yang diangkat adalah Ramayana. Sebuah Epos yang tidak hanya bernilai sastra tapi juga menyimpan nilai-nilai sejarah, moral, dan spiritual.


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *