“gorengan, kak. gorengannya masih panas..”
dilihatnya seorang anak laki-laki dengan wajah ceria menawarkan gorengan padanya. bukan wajah yang asing, sekian bulan lalu dia juga pernah melihat wajah yang sama, masih dengan senyum yang sama, dan di tempat yang sama. ehm, sebenarnya bukan tempat yang benar-benar sama, tapi bisa dibilang masih disitu-situ juga. jika dulu anak laki-laki itu menawarinya gorengan tepat di pintu sebuah mall di kawasan pejaten, kali ini di halte busway di dekat mall tersebut.
seperti sebelumnya, hari inipun dia menolak. selain karena dia bergegas ingin bertemu temannya, dia juga sedang batuk dan hampir kehilangan suara. meskipun begitu, tak membuat anak lelaki itukehilangan senyumannya. dia tetap menawarkan sekotak gorengan pada orang-orang lain, masih dengan senyum di wajahnya.
dan di sebuah kedai kopi itu dia menemukan seorang wanita sedang duduk sendirian. sungguh, dia sangat merindunya. sangat banyak cerita yang ingin dikisahkan, sangat banyak keingintahuan yang hendak ditanyakan. lebih dari dua bulan sejak terakhir bertemu, dua bulan yang penuh dengan kejadian.
segelas coffee latte, dan segelas cappuchino. tentang bali, tentang pekerjaan baru, tentang rasa bersalah, tentang rencana untuk menikah, tentang sebuah perjalanan.
yadnya, karma, norma. betapa manusia tak bisa lepas dari nasib, mengalami serangkaian pelajaran untuk menuju fase selanjutnya. memang ada pilihan untuk lari, tapi tak ada pelajaran yang lebih indah dari mengalami sendiri.
tak pernah mudah untuk menyatukan dua kepala dan hati, apalagi dua keluarga dengan latar belakang dan pengalaman yang berbeda. lagilagi, semuanya adalah fase, semua adalah pembelajaran. dan tak jarang ada kesedihan. tapi ingatannya kembali pada anak lelaki yang dia temui di tangga tadi.
bahagia adalah sebuah pilihan, bukan?
Leave a Reply