Pemandangan Langka Ujung Timur Pulau Bunga

Di sisi kanan kami ada kebun kering dengan model terasering, di sisi kiri ada pantai, di depan sana ada gunung berapi. Keren sekali….

Kami baru balik dari Dusun Hokobopo, Desa Bokang Wolomatang, Kecamatan Titehena, Kabupaten Flores Timur. Aku dan Ibrahim, teman dari Yayasan Ayu Tani, selesai liputan tentang petani kacang mete di ujung timur pulau Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT) ini.

Tempat di mana kami berhenti sore itu, sekitar pukul 3, kami lewati ketika berangkat dari Hokeng, Kecamatan Wulanggitang sekitar dua jam sebelumnya. Karena harus cepat sampai lokasi untuk liputan dulu, maka kami tak berhenti sama sekali. Tapi, aku sudah berniat kalau balik untuk berhenti sebentar.

Dan begitulah. Ketika kembali usai liputan, kami berhenti di titik ini. Menurutku, titik di Desa  Nobo (?) ini merupakan titik terbaik. Di sini kami bisa melihat kebun terasering di sisi kanan, pantai di sisi kiri, dan di depan nun jauh di sana ada gunung berapi Lewotobi.

Bagiku ini pemandangan langka. Setidaknya aku belum pernah melihat di berbagai tempat yang pernah aku kunjungi: kebun terasering, pantai, dan gunung berapi bisa dinikmati di satu titik.

Kebun terasering di sisi kanan terlihat kering. Tanahnya gersang. Tanaman yang ada cuma jagung. Ada sisa-sisa pembakaran lahan. Tidak ada petani di sana. Sepertinya, lahan di sini masih menggunakan pola tanam tebas dan bakar (slash and burn), salah satu ciri khas petani di kawasan Flores dan Timor.

Laut di sisi kiri merupakan pantai timur Flores. Di sebelah timur pulau dari Bahasa Portugis yang berarti bunga ini terdapat gugusan pulau-pulau lebih kecil. Ada Pulau Lembata, Adonara dan Solor. Ada juga pulau-pulau lebih kecil lagi yang terlihat samar-samar karena jauhnya. Gugusan pulau ini terlihat berkabut pekat memberi nuansa mistis.

Lalu, gunung jauh di depan sana, Lewotobi, terlihat anggun dengan lereng kering dan awan di sekitar puncaknya. Gunung berapi selalu menyimpan misteri di balik ketenangannya. Seperti Merapi yang anggun tapi bisa tiba-tiba memusnahkan puluhan, ratusan, atau bahkan ribuan nyawa ketika mengeluarkan isi perutnya. Untungnya, sore itu Lewotobi terlihat kalem. Tenang.

Begitu pula dengan suasana di tempat kami berdiri. Agak sepi. Meski ini jalan utama dan satu-satunya, hanya ada satu dua kendaraan lewat jalan ini. Seperti umumnya daerah di Indonesia timur, daerah ini pun jarang penduduk meski sarana transportasi sudah bagus.

Kota terdekat ke tempat ini adalah Larantuka, ibukota Kabupaten Flores Timur. Waktunya sekitar 1,5 jam. Kalau dari Maumere, ibukota Kabupaten Sikka yang punya bandara terbesar di Flores perlu waktu sekitar 3 jam.

Seperti juga daerah lain di Indonesia timur, belum banyak yang mengenalkan tempat secantik ini sebagai tempat tujuan jalan-jalan. Promosi wisata Indonesia melulu Bali, Bali, dan Bali. Padahal, Bali sepertinya sudah jenuh dengan pengembangan pariwisata. Pulau kecil ini terlalu banyak menanggung beban sebagai tempat wisata utama di Indonesia.


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Hosted by BOC Indonesia