Assalamualaikum,wr,wb. Om Swastiastu. Salam Sejahtera bagi kita semua.
Yang terhormat Founder TDA, Presiden TDA 5.0 dan para jajaran Board of Director (BOD) TDA. Jajaran Majelis Wali Amanah. Sahabat pengurus wilayah dan daerah TDA seluruh Indonesia. Anggota TDA Bali. Salam hormat dan Salam Scale Up!
Alhamdulillah, puji syukur pada Tuhan YME atas rahmatNya kita berkumpul disini. Pada Musyawarah Kerja Nasional I TDA 5.0 di hotel Nirmala, Denpasar.
Terima kasih telah memberi kesempatan Bali menjadi tuan rumah Mukernas kali ini. Atas nama TDA Bali, saya sampaikan apresiasi dan terima kasih kepada pengurus pusat TDA 5.0 memilih kami di Bali.
Mukernas ini pun tidak akan asik tanpa sentuhan tangan-tangan perkasa dari panitia TDA Bali. Ada 20 an anggota panitia dan belasan relawan yang dipimpin oleh Mas Rifky Hadi. Silakan berdiri para panitia dan relawan dan mari beri applaus pada mereka.
Kita semua bernaung di organisasi yang punya visi dan misi mulia. Kita datang kesini dalam rangka berkontribusi positif untuk peradaban.
Faktanya? Jalan jalan. Selfie di bedugul. Pantai Kuta, dll hehehe. Terima kasih telah ‘buang recehan’ di Bali hahaha.
Di arena Mukernas ini ada booth oleh-oleh khas Bali dan booth tour. Silakan bagi sahabat yang belum sempat beli oleh-oleh, bisa order dulu. Dan yang belum punya rencana tour, silakan merapat ke meja booth Basado Tour.
Kembali pada keberadaan kita disini, sejatinya memang berupaya berkarya dan berkontribusi positif bagi daerahnya masing-masing melalui jalur ekonomi.
Meski waktu kita terbagi, urusi usaha, keluarga dan urusi TDA, saya sepakat dengan Dir Deny Zemoxa tentang kuasanya Tuhan. Semakin kita urusi TDA dan membagikan apa yang kita punya, Tuhan akan selesaikan pula urusan kita. Amin.
Kita di TDA akan banyak mengurusi orang yang ingin jadi pengusaha. Mereka akan beranjak dari kuadran pekerja menjadi Usaha Kecil Menengah (UKM). Namun perpindahan itu tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Tidaklah mulus. Begitupula para UKM yang ingin meningkatkan diri. Mereka butuh ilmu, butuh trik dan tips agar selamat dan scale up.
Saya punya contoh kasus yang berkaitan dengan profesi saya di dunia digital marketing. Ada UKM yang punya produk tas dan sepatu kulit. Selama puluhan tahun dia buatkan tas dan sepatu kulit itu untuk pelanggannya dari negeri seberang sana. Dia merasa usaha nya begitu-begitu saja. Sedangkan pelanggannya semakin tahun semakin getol punya aset banyak. Bisa bangun villa, bisa keliling dunia dan buka outlet-outlet baru.
Setelah diselidiki, ternyata harga jual produknya itu gunakan harga pasaran di Indonesia. Sedangkan oleh pelanggan dari negeri seberang, produk itu di beri merk dan branding yang bagus. Pelanggan itu bisa menjualnya ke pasar internasional 10 x lipat melalui website. UKM itu jual produknya Rp. 250.000 ke pelanggan. Kemudian oleh si pelaggan itu di jual kembali seharga 250 USD ke pasar internasional.
Ada lagi contoh petani garam di Amed, Karangasem. Garam Amed punya keunggulan bersodium rendah, proses pembuatannya unik dan organik melalui 3 tahapan. Garam Amed banyak digunakan chef hotel berbintang di Bali, bahkan internasional. Banyak dipuji oleh masyarakat di luar negeri sana yang testimonial melalui forum online tripadvisor. Namun yang terjadi dilapangan adalah, garam-garam itu di beli dalam bentuk karungan dari petani/pengusaha garam di Amed. Oleh pelanggan dari negeri seberang itu diberi kemasan dan branding yang bagus. Lagi-lagi dijual berkali lipat di pasar modern, baik itu di kota sini maupun di luar negeri. Melalui website maupun berada di supermarket.
Ada pula pengrajin ukiran dan silver. Produk mereka dibeli pelanggan dari negeri seberang. Pengrajin ini dibuat ketergantungan menjual produk ke pelanggan tersebut. Awalnya pembayaran ke pengrajin lancar. Lama kelamaan, pelanggan itu memberi tempo pembayaran. Kadang dibayar sebulan kemudian, dua bulan, bahkan lebih. Lama kelamaan pengrajin itu kehabisan ‘darah’. Kemudian anggap jadi pengrajin tidak menguntungkan lagi. Pelanggan dari negeri seberang itupun beralih ke pengrajin yang lain. Pola nya pun serupa. Maka tidak heran bila banyak pengrajin yang beralih profesi menjadi tukang bangunan.
Dari cerita fakta tersebut, ternyata UKM kita ini lemah dalam kemampuan digital, lemah secara branding dan lemah secara managerial usaha.
Mereka butuh sentuhan kita-kita ini yang di TDA. Saya tahu cara nya agar mereka scaled up! Yaitu dengan cemplungkan mereka ke TDA! Kita berbagi tentang digital marketing, branding, manajemen usaha secara detail dan bahkan hadir sebagai sahabat bagi mereka. Konsep Scale Up ini mampu membuat anggota nya get up speak up, dan speed up menuju scale up!
Semoga Mukernas ini mampu menghasilkan resolusi dan tindakan nyata merangkul mereka para UKM. Agar Indonesia menjadi makmur dengan kontribusi dari TDA!
Mohon maaf atas segala kekurangan atas pelayanan kami di Mukernas ini. Semoga kekurangan ini menjadi bahan evaluasi bagi Mukernas mendatang.
Terima kasih.
Wassalamualaikum,wr,wb. Om Çanthi Çanthi Çhanti Om. Selamat siang.
24 Juli 2017, Hotel Nirmala – Denpasar
Hendra W Saputro
Ketua TDA Bali untuk sambutan MUKERNAS I TDA 5.0 yang dihadiri oleh 200 peserta perwakilan 61 daerah dan 15 wilayah TDA di Indonesia dan luar negeri.
#tda #mukernastda #scaleupspirit #tangandiatas
Leave a Reply