Panti Asuhan Alas Kasih Negara Jembrana

Panti Asuhan ini terletak di kota Negara, tepatnya di jalan Ngurah Rai, orang asli Negara pasti tau jalan ini. Hanya ada dua jalan utama di kota ini yang membelah kota dari ujung timur hingga ujung selatan, dan jalan Ngurah Rai adalah jalan utama yang letaknya di selatan, jika dari arah Denpasar, saat tiba di pertigaan masuk kota, beloklah ke kiri. Sebelum sampai ke Panti Asuhan ini kita akan lewati dua Rumah Sakit (atau klinik..lupa).

Jika pertama kali mencari panti asuhan ini perlu keteletian khusus, sebab papan namanya agak masuk kedalam dan dihalangi oleh tembok bangunan sekitarnya. Demikian juga yang kami rasakan ketika berkunjung kesini. Penunjuk jalan kami yang sudah survey lokasi hari sebelumnya sempat ragu apakah kami sudah melewatinya atau belum, dimaklumi sih, karena mereka saat datang ke panti ini dari arah yang berbeda dengan saat kami sekarang, mereka mengambil jalan dari arah barat kota.

Dari jalan utama letak panti ini agak masuk ke dalam sekitar 50 hingga 75 meter. Jalan masuk masih berupa tanah dengan gabungan pecahan beton dan paving blok, dengan lebar seukuran mobil. Jadi jika kalian kesini dengan bus, sepertinya kalian bakal berjalan kaki kedalam.

Begitu kalian tiba di ujung jalan ini, papan nama panti terpampang jelas “Panti Asuhan Alas Kasih Negara”. Begitu masuk ada prasasti batu putih di sudut tembok, berisi tulisan dari donatur eropa. Terdapat beberapa blok kamar. Blok selatan dan blok utara, yang setelah ngobrol dengan pengelolanya, saya baru tahu jika blok selatan adalah kamar khusus perempuan dan blok utara milik laki-laki.

Satu baris dengan kamar laki-laki, di ujung timurnya terdapat ruang pertemuan, cukup besar, rapi, lengkap dengan seperangakat alat band, sound system dan beberapa baris kursi. Rupanya anak panti disini juga mungkin pengelola aktif latihan musik. Buktinya, saat kami berkunjung, suguhan pembuka adalah band gabungan pengelola dan anak panti, kreatif.

Menempel dengan ruang pertemuan ada dapur dan ruang makan. Disini mereka makan bersama, sekalian cuci alat-alat makan. Saat membawa barang-barang bakti sosial, tempat ini kami letakan seluruh barang bawaan. Di tempat ini juga saya ngobrol banyak dengan salah satu pengelola, beliau adalah pemimpin panti ini, bapak Dalbiadi S.Th, yang sudah 28 tahun memimpin panti, ya, sudah lama betul.

Awalnya panti ini bergerak di yayasan Kristen, namun kini telah menjadi panti asuhan umum yang menerima anak-anak yatim dari seluruh suku, dari berbagai agama dan kepercayaan. “Tak ada diskriminasi di panti ini, semua anak memikul hak dan kewajiban yang sama”, ujar bapak pengelola.

Dulunya panti terletak di pinggir jalan, namun kian lama seiring pertambahan anak asuh, panti ini membangun tempat baru yang terletak agak kedalam dari jalan utama. Tempat yang baru ini, memiliki kamar lebih luas, halaman yang lapang dan menunjang seluruh aktivitas panti sehari-hari. “Total luas panti ini sekitar 28 are”, jelas bapak Dalbiadi yang tahun ini genap berusia 63 tahun.

Satu kamar tidur berisi beberapa tempat tidur tingkat. Satu tempat tidur tingkat diisi oleh empat anak. Tempat tidurnya terlihat kokoh dan kuat, kayu yang dipakai buat kelihatanya bukan kayu sembarangan, kalo ga kamper pasti jati. Seprai dan selimut terlihat rapi, terlipat, sepertinya mereka memang dibiasakan untuk hidup rapi dan bertanggung jawab dengan tempat tidur sendiri.

bersambung.. 


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *