dulu, saya adalah seorang day-dreamer. tidak hanya waktu malam, bahkan saat terjagapun saya bermimpi.
agak susah memisahkan antara mimpi dan khayalan, kecuali dari waktu ketika kita mengalaminya. mimpi ketika kita terjaga, menurut saya itu adalah khayalan. dan itu membahayakan. seringkali saya menginginkan sesuatu atau menjadi sesuatu, tapi hanya sebatas itu. Usaha paling jauh yang pernah saya lakukan adalah menuliskannya di dream-book, tidak lebih. oya, juga beberapa blog yang awal muasalnya ingin untuk menulis novel, cerpen, pusi dan lain-lainnya, tapi terhenti begitu saja ๐
seiring dengan waktu, saya semakin tidak pernah peduli dengan mimpi. tak ubahnya bunga tidur, semua hilang begitu saya terbangun. bahkan sekarang, saya tak lagi ingat mimpi apa semalam. yang menyebalkan, hampir setiap malam saya bermimpi, dan karena tidak ingin mengingatnya, secara otomatis saya memang tak mengingatnya. yang tersisa adalah perasaan senang, sedih, mood yang berantakan ketika terbangun. ternyata itupun tidak lebih baik.
sekarang, mimpi buat saya adalah keinginan sekian waktu ke depan. tak lagi muluk2 mau jadi apa lima atau sepuluh tahun lagi. ingin keliling eropa dan menetap disana. mimpi buat saya adalah apa yang saya akan lakukan minggu depan, bagaimana saya bisa memasak, mencuci baju dan menyelesaikan pekerjaan. korden warna apa yang kelak akan saya gunakan untuk rumah baru yang selesai akhir tahun, dan apa yang saya persiapkan untuk pendidikan anak lanang.hal-hal semacam itulah.
tak lagi ada obsesi dan ambisi. membiarkan semua berjalan apa adanya. saya lebih menikmati saat ini, tak tergesa untuk sampai ke “sana”. Suami seringkali bilang, semua akan ada waktunya. dan dengan apa yang terjadi, saya setuju dengan pendapatnya itu.
prioritas hidup telah berubah, saya menjadi lebih realistis. beberapa hal sederhana menjadi begitu penting. dan lainnya tak lebih dari bunga untuk membuat hidup lebih berwarna ๐
Leave a Reply