Mewujudkan Rumah Miskin Sampah dengan 10 Hal ini

Apa enaknya miskin sampah? Ini pengalaman saya mewujudkan rumah miskin sampah. Masih banyak praktik yang belum dirangkum, mulai dengan 10 hal ini dulu yuk.

Apakah sampah merupakan tanggung jawab tukang kebersihan saja? Saya yakin masalah sampah adalah tanggung jawab kita bersama. Indonesia telah mengalami darurat sampah. Baik sampah plastik maupun sampah organik menumpuk bercampur aduk di tempat pembuangan sampah.

Kewalahan dengan volume sampah yang membludak di tempat pembuangan akhir, membuat sampah-sampah rumah tangga sempat tak dapat diangkut lagi untuk dibuang ke TPA. Maka dari itu marilah mencoba mengurangi sampah dari sumbernya.

Mengurangi sampah bisa dilakukan dari diri sendiri, banyak cara yang bisa kita lakukan. Kita bisa mulai dari yang paling mudah hingga mencoba ke tingkat yang menantang. Banyak hal yang telah saya coba untuk mengurangi sampah, dan semuanya memang bukan pekerjaan membalikkan telapak tangan. Perlu merubah pola pikir dan pola kebiasaan yang sudah lama.

Ini sejumlah hal yang saya coba sampai sekarang.

1. Nol sampah pembalut

Untuk agenda bulanan seorang wanita yang rutin tidak bisa terelakkan adalah menggunakan pembalut sekali pakai setiap datang bulan. Sampahnya udah nggak bisa dibayangkan lagi banyaknya. Maka dari itu saya balik ke cara yang lebih kuno lagi yaitu pakai pembalut kain, tapi didesain dan dijahit secara ergonomis.

Persis kayak pembalut sekali pakai, ada sayapnya, bisa dikancing supaya nggak bergeser di celana dalam. Bedanya hanya ini dicuci dan dijemur untuk dipakai lagi, bukan langsung dibuang! Sebelum ada pembalut sekali pakai yang berbahan plastik, orang-orang tua jaman dulu, neneknya nenek kita pakai pembalutnya dari kain juga, kan? Nah sekarang modelnya lebih nyaman.

Lalu saya juga pakai cawan menstruasi. Cawan ini terbuat dari silikon yang berstandar medis. Bisa dipakai berulang-ulang juga, tidak sekali pakai buang. Fungsinya adalah menampung darah haid di dalam liang vagina. Mirip seperti tampon letak pemakaiannya, tapi cara kerjanya beda.

Tampon menyerap darah haid, setelah dipakai langsung dibuang. Sedangkan cawan menstruasi atau menstrual cup menampung darah haid layaknya cawan dan setelah penuh bisa dikosongkan, bilas, pakai lagi. Saat haid sudah selesai, saya cuci dengan sabun kewanitaan dan keringkan lalu simpan di dalam kantun katun bersih. Karena nggak ada sampah lagi yang saya hasilkan saat datang bulan, rasanya seneng banget! Pakai pembalut kain maupun cawan menstruasi bagi saya sama-sama nyamannya serta lebih bertanggung jawab terhadap limbah plastik yang bisa dikurangi.

2. Sampo-sabun tanpa kemasan sekali pakai

Untuk keperluan mandi dan perawatan tubuh, mulai dari sabun mandi, shampoo, pasta gigi, losion badan dan juga deodoran saya menggunakan yang kemasannya juga bertanggung jawab. Misalnya sabun mandi, saya pilih yang bisa dibeli “telanjang” atau tanpa bungkus.

Sabun seperti ini bisa didapatkan di toko curah atau beli di produsennya langsung. Ada juga sabun mandi batangan yang kemasannya kertas, dan itu masih ok, kok. Untuk shampoo, saya menggunakan shampoo batangan dan kemasannya ada yang pakai wadah aluminium tapi ada juga yang tanpa wadah alias beli isi ulang.

Lalu untuk losion pelembap badan, saya pilih yang bentuknya padat, jadi wadahnya dari aluminium juga. Kalau nggak, bisa pakai yang mudah aja yaitu balurin minyak VCO ke badan. Khusus untuk pasta gigi dan deodoran saya beli yang buatan lokal dan handmade berwadah aluminium. Ke depannya, setelah produk tersebut habis, saya akan mencoba membuat isi ulang pasta gigi dan deodoran sendiri dari minyak VCO dan baking soda dicampur sedikit minyak atsiri favorit.

3. Bawa botol minum, beli airnya saja di warung

Satu hal penyumbang sampah botol plastik adalah pola konsumsi terhadap air minum kemasan. Untuk itu saya selalu berusaha membawa air dalam botol minum sendiri kemana-mana, baik untuk saya maupun untuk anggota keluarga yang lain. Saya persiapkan juga anak saya pergi ke sekolah dengan membawa botol minum. Membawa botol minum membuat penghematan uang jajan dan juga lebih sehat karena air minum dibawa dari rumah.

Dengan membawa botol minum sendiri saya juga membiasakan keluarga untuk minum air putih dari pada minum minuman kemasan yang ada beraneka ragam pilihan rasanya. Tentu lebih sehat minum air putih dari pada minum air soda, bukan? Lalu jika saya kehabisan air minum saat dalam perjalanan keluar, biasanya saya beli di warung. Cukup airnya saja untuk diisi ke botol minum saya. Biasanya biayanya jauh lebih murah dari pada beli air dalam kemasan, bahkan bisa gratis.

4. Bekal ke sekolah

Hal lain yang dapat dilakukan kedua adalah membawa bekal makanan untuk sekolah atau ke tempat kerja. Saya biasanya memberikan anak saya bekal biskuit atau roti ke sekolah. Untuk saya sendiri, bisa membawa buah potong atau buah utuh seperti jeruk atau pisang ke tempat kerja. Kita bisa bawa bekal cemilan sendiri atau juga bekal makan siang.

Membawa bekal sama hemat dan sehatnya dengan membawa air minum sendiri. Manfaat lainnya adalah bisa mengurangi kemasan plastik dari makanan ringan yang biasa dikonsumsi sebagai cemilan

5. Tas kain di motor dan pintu rumah

Kemudian, saya tidak lupa membawa tas kain kemana-mana. Penggunaan tas kresek sudah lama membudaya pada masyarakat Indonesia. Sudah saatnya, nih, kita ganti kresek dengan tas yang dapat dipakai lagi, seperti tas katun, tas polyester atau tas jaring.

Banyak alternatif dari kresek, tapi perlu membiasakan diri untuk ingat membawa tas alternatif tersebut. Saya biasanya lipat-lipat kecil tas katun ke dalam tas utama saya dan juga ditaruh di bawah bagasi motor. Ada juga tas yang saya gantung di dekat pintu rumah. Ketika perlu belanja ke tukang sayur depan rumah atau ke warung tetangga, saya tinggal cangking tas yang tergantung di dekat pintu.

6. Wadah to go

Ada kalanya saya juga membeli makanan di luar. Supaya tidak menimbulkan sampah plastik, saya bisa makan di tempat. Tapi kalau perlu bawa pulang makanan untuk keluarga di rumah bagaimana? Saya persiapkan dulu sebelumnya untuk membawa wadah dari rumah.

Kalau sudah berencana untuk beli makanan dibawa pulang, saya bisa persiapkan membawa wadah. Kalau perlu membeli makanan yang tidak terencana sebelumnya, biasanya saya tidak ada persiapan wadah. Untuk mengantisipasi hal tersebut, saat jalan-jalan keluar saya bawa juga wadah makanan cadangan yang kosong.

7. Pesan tanpa sedotan atau minuman hangat

Selanjutnya, menolak penggunaan sedotan plastik jika memesan minuman di tempat makan. Ini hal yang mudah namun kita harus gerak cepat dan memberitahukan lebih awal kepada pramusaji.

Supaya tidak terjadi saat pesanan minuman datang, sedotan sudah dicelupkan ke dalam gelas minuman kita. Sebenarnya malah biasanya saya makan di warung makan tetap membawa air minum sendiri. Kalau perlu pesan minuman saya lebih memilih jeruk hangat atau teh hangat. Memesan minuman hangat membuat saya tidak memerlukan sedotan.

8. Buat pupuk kompos untuk sampah dapur

Cara yang lebih menantang lagi untuk mengurangi sampah adalah dengan membuat tempat mengompos sampah organik rumah tangga. Tempat kompos ada bermcam-macam, baik itu lubang galian di halaman, bak dari kayu, wadah dari pot, takakura, gentong dan sejenisnya.

Berbagai cara untuk mengompos bisa disesuaikan dengan keadaan di rumah. Cara saya mengompos di rumah adalah dengan membuat lubang galian di tanah. Sampah sisa dapur seperti potongan sayur, kulit buah, kulit bawang, cangkang telur, juga sampah kertas, karton (yang tidak ada bagian anorganiknya seperti lapisan plastik atau aluminium foil), dan dedaunan kering di halaman bisa dikumpulkan di lubang kompos.

Sebelum masuk ke lubang kompos, sampah di dapur saya sediakan wadah baskom khusus untuk sisa bahan organik dan tong sampah untuk sampah umum seperti plastik kemasan. Maka sampah organik tidak tercampur dengan bahan yang anorganik. Dengan adanya lubang kompos di rumah, sampah organik jadi lebih terpisah dari sampah plastik. Apalagi rata-rata 50% sampah rumah tangga yang dihasilkan adalah sampah organik sehingga adanya lubang kompos bisa mereduksi volume sampah di rumah sampai setengahnya.

9. Eco-enzyme pengganti sabun cuci

Selain masuk ke lubang kompos untuk mengembalikan kesuburan tanah, sisa bahan organik juga dapat dijadikan eco-enzyme. Kulit buah seperti kulit jeruk, kulit buah naga dan kulit pisang pernah saya jadikan bahan pembuatan eco-enzyme.

Eco-enzyme itu hasil fermentasi bahan organik dengan gula dan air. Perbandingannya adalah kulit buah:gula:air sama dengan 3:1:10. Campuran ketiga bahan tersebut bisa kita taruh di botol plastik dan kita biarkan selama tiga bulan. Perlu menggunakan botol platik karena dalam satu bulan pertama akan dihasilkan gas, dan botol plastik bisa mengembang cukup baik menahan tekanan gas.

Manfaat dari eco-enzyme cukup banyak juga. Bisa digunakan sebagai sabun cuci piring, mencuci baju, membersihkan kaca, mengepel lantai dan mencuci motor. Selama ini yang pernah saya coba adalah menggunkan eco-enzyme untuk mengepel lantai, mencuci piring dan mencuci motor.

Memang tidak berbusa seperti sabun konvensional, tapi cukup efektif membersihkan. Sekali lagi kalau belum terbiasa memang tidak nyaman karena tidak ada efek busa yang dihasilkan dari pembersih alami ini. Kebaikan yang bisa diberikan dari eco-enzyme adalah lebih ramah di kulit dan mengurangi zat pencemar kimiawi di lingkungan.

10. Mulai sekarang dan perlahan

Itulah langkah-langkah kecil yang saya lakukan untuk menncegah timbulan dan mengurangi volume sampah. Hal-hal tersebut bisa dilakukan mulai dari diri sendiri, dari keluarga dan dari rumah.

Terkadang saya juga bisa lupa untuk membawa kotak bekal, kadang juga anggota keluarga yang lain salah membuang sampah anorganik ke wadah sampah organik untuk dikompos. Semua hal itu wajar selama masih proses ke arah pembiasaan hal yang baru. Saya yakin, seiring dengan penerapan kebiasaan baru dan perubahan pola konsumsi maka tentu sampah plastik dan sampah organik bisa berkurang dengan sendirinya.

The post Mewujudkan Rumah Miskin Sampah dengan 10 Hal ini appeared first on BaleBengong.


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *