Hari ini 17 Agustus 2010, peringatan 65 tahun kemerdekaan Republik Indonesia. Setiap bulan Agustus merupakan bulan yang penuh dengan lomba-lomba dalam rangka menyambut tujuhbelasan (istilah utuk peringatan hari proklamasi Indonesia). Balap karung, panjat pinang, gebuk bantal, lari kelereng, gerak jalan, sampai lomba gapura hias kerap diadakan diberbagai daerah baik yang tingkat banjar, RT, Desa, sampai tingkat kecamatan. Berbagai macam lomba tersebut menambah kemeriahan bulan Agustus selain banyaknya bendera dan ornamen merah putih yang menghiasi rumah dan perkantoran.
Sebuah eforia…
Tahun lalu saya ngikut acara pitulasan bersama Bali Blogger Community (BBC) yang mengadakan kunjungan ke Panti Jompo Wana Seraya, Denpasar. Dengan tajuk Merayakan Pitulasan Bersama yang Terlupakan, BBC mencoba berbagi kecerian Agustus dengan para sepuh (lansia) setelah pada peringatan pitulasan 2008 mengunjungi RSJ Bangli.
Bagaimana dengan Tahun ini? Awalnya saya sempat bersemangat untuk pitulasan bersama teman-teman BBC untuk mengunjungi lapas anak Gianyar di Karangasem untuk berbagi kecerian Agustus bersama anak-anak yang terengut kemerdekaannya. Saya baru 2 kali mengunjungi lapas Anak itu, salah satunya sempat saya tulis disini. Namun rencana pitulasan kali ini batal karena tidak kunjung mendapat ijin dari pihak pembina lapas. Alasan yang diberikan pihak lapas membuat saya gusar. Mereka beralasan, hari ini adalah tanggal merah dan mereka hanya ngantor untuk mengikuti upacara bendera saja. Artinya, ketika BBC memaksakan untuk kesana, akan mebuat para pegawai lapas kehilangan sedikit kemerdekaannya untuk menikmati pitulasan dirumah masing-masing. Sebuah dilema Rencana B yang disiapkan, untuk pitulasan di pasar Badung dengan para pedagang pun batal karena mempetnya persiapan dan ijin yang belum keluar samapai kemarin (16 Agustus 2010).
Akhirnya, hari ini saya hanya melakukan aktifitas rumahan dan berkeliling kota Denpasar. Dalam perjalan pulang dari silahturahmi di rumah Pak De Yanuar saya berpapasan dengan segerombolan pemuda yang mengendarai motor beriringan dengan ugal-ugalan dan tidak memakai helm. Suara klakson dan raungan knalpot yang sangat keras mengiringi nyanyian perjalanan mereka. Lagu Hari Merdeka mereka nyanyikan dengan teriakan lantang disertai kibasan bendera merah putih berukuran jumbo membuat pengguna jalan lain mengurangi kecepatan dan menepi kepinggir jalan. Tiba-tiba saya merasa tidak MERDEKA saat berpapasan dengan mereka.
Bendera merah putih saja tidak cukup kawan.. Indonesia butuh karya nyatamu..
Dirgahayu Negeriku.. Jayalah Selalu..
Leave a Reply