Menjelajah Kerinci yang Mistis

danau-kerinci Beginilah risiko bekerja mendukung petani, harus mau menjelajah pedalaman berjam-jam.

Begitu pula ketika aku ke Kerinci pekan ini, 19-21 Februari. Jalanan selalu tak mudah, seperti ketika ke Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat ataupun desa-desa di Flores, Nusa Tenggara Timur.

Kondisi jalannya sama, berkelok-kelok, naik turun, dan rusak di sana sini.

Satu lagi, jauuuuuh banget.

Bandara terdekat dari Kerinci, yang masuk Provinsi Jambi, justru di Padang, ibu kota Provinsi Sumatera Barat. Jaraknya sekitar 250 km. Karena jalan berkelok-kelok naik turun plus rusak di banyak tempat, maka perlu waktu sekitar 7 jam. Berangkat dari Padang sekitar pukul 3 sore, kami tiba di Sungai Penuh, Kerinci sekitar pukul 10 malam.

Tapi, perjalanan lama dengan banyak jalan rusak itu terobati oleh pemandangan selama di jalan. Bukit. Danau. Jurang. Kebun. Kabut tipis. Semua yang berlapis-lapis membentuk suasana adem dan mistis.

Sayangnya aku tak bisa menikmati atau sekadar melihat Gunung Kerinci, ikon tempat ini. Ketika kami lewat di sana, waktunya sudah malam. Gunung setinggi sekitar 3.800 meter itu tak lagi kelihatan.

Untunglah masih ada Danau Kembar yang kami lewati ketika masih di wilayah Sumatera Barat, tepatnya di Kabupaten Solok. Disebut Danau Kembar karena ada dua danau berdekatan di sini. Satunya di atas, satunya di bawah. Tapi, seperti tak ada kegiatan wisata apa pun di danau cantik itu.

Danau lain yang bisa dinikmati di Kerinci tentu saja Danau Kerinci. Danau seluas kira-kira 3.000 hektar ini berada di Kabupaten Kerinci. Aku melintasi dan kemudian mampir danau ini pada hari kedua di Kerinci.

Aku tak menyangka danau ini begitu dekat dengan Sungai Penuh, kota di mana aku menginap. Paling hanya 15 menit dengan akses jalan bagus dan datar. Hamparan sawah dan bukit memanjang di kiri kanan jalan selang-seling dengan beberapa desa ke danau ini.

Sebatas yang aku lihat, tak banyak kegiatan di danau bagus dengan air tenang. Di satu titik, dua orang sedan mandi dan berenang. Di tempat lain, ada yang sedang mancing. Di tempat lainnya, ada yang sudah selesai menjala ikan dan kemudian menambatkan perahunya.

Satu warung yang memasang papan nama sebagai tempat wisata sudah tutup. Tak ada kegiatan wisata sama sekali. Beberapa warung kecil lain malah sudah terlihat kusam dan berdebu tanpa kegiatan.

Potensi alam berupa danau cantik ini terlihat minim sekali pemanfaatannya untuk pariwisata. Atau jangan-jangan malah tidak ada sama sekali?

Cantiknya Kerinci terlihat pula pada bukit-bukit yang terbaring sepanjang kabupaten ini. Sepanjang perjalanan dari Sungai Penuh hingga kemudian dari wilayah Kerinci, bukit-bukit ini terhampar sepanjang jalan.

Cuma ya.. begitu deh. Jalanan di sana sini masih rusak parah meskipun ada pula yang mulus dan bagus. Sebagian jalanan yang rusak itu terlihat ironis dengan rumah-rumah mewah warga di pedalaman Kerinci hasil jual beli kayu manis di kabupaten ini.


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *