“Mimpi adalah kunci. Untuk kita menaklukkan dunia,” kata Nidji dalam lagunya.
Kami meyakininya ketika berdiskusi di rapat akhir tahun Sloka Institute. Rapat tahunan kami adakan untuk refleksi apa saja yang telah kami kerjakan pada tahun sebelumnya sekaligus merencanakan apa saja program dan kegiatan tahun depan. Satu hal yang menyenangkan karena kami ternyata masih bisa berjalan tapi juga kian bertambah, setidaknya jumlah orang dan kegiatannya.
Persis setahun lalu, kami memulai program juga dengan mimpi-mimpi. Di dinginnya tepian Danau Batur kami mendiskusikan apa saja yang kami ingin wujudkan selama 2010. Kami bermimpi sesuai pendekatan appreciative inquiry (AI), hal yang amat baru kami tahu. Prinsip utama AI adalah bekerja itu harus mengandalkan potensi, bukan karena adanya masalah.
Inilah sebagian mimpi kami tahun lalu: mengadakan pelatihan jurnalisme warga secara rutin sepanjang tahun, menambah ruangan kantor, mengadvokasi Keterbukaan Informasi Publik di Bali, mengadakan pelatihan teknologi informasi, tetap rajin berdiskusi, dan mendorong agar DPRD Bali membuat website.
Impian terakhir itu tak terwujud sama sekali. Bahkan, kami belum juga melakukan pedekate dengan DPRD. Tapi, beberapa impian lain ternyata terwujud juga. Kelas menulis jurnalisme warga sudah kami lakukan lima kali sepanjang 2010. Ruangan sudah bertambah satu lagi dan kini jadi ruang kelas dan diskusi.
Lalu, advokasi KIP juga sudah berjalan. Ada uji Badan Publik, diskusi bersama kawan-kawan LSM dan pemerintah, dan lobi ke Dinas Perhubungan, Informasi, dan Komunikasi Bali. Di Sloka juga makin rajin ada diskusi ataupun kelas-kelas kecil. Misalnya Kelas Jurnalisme Warga (Kamisan) dan Ngenet Jumat Sore (Ngejuss). Mimpi kami banyak terwujud juga meski modal dana kami pas-pasan.
Dan, justru inilah pelajarannya. Ketika memimpikan program, kami tak terlalu memikirkan besarnya modal dana yang kami punya. Tentu saja itu perlu dan harus. Tapi, ketika kemudian kami jalan, ternyata kami bisa saja nemu modal itu. Aku merasa, dana itu datang dengan sendirinya ketika kami sudah bekerja.
Tak hanya modal dana, jaringan dan peluang itu juga akan datang ketika kami serius bekerja. Terlalu menggampangkan mungkin. Tapi, itu setidaknya kami alami bersama di Sloka selama ini.
Modal kami lebih banyak modal sosial: teman, jaringan, kepercayaan, ide-ide baru, dan tim kecil yang rajin bekerja: Gus Tulank, Intan, Gung WS, Lode, dan aku sendiri. Juga dukungan dari buwanyak lembaga yang mendukung kami. Bali Blogger Community (BBC), Indonesian Parliamentary Centre (IPC), Persma Akademika, ACCESS Tahap II, dan banyak komunitas ataupun lembaga lain yang bekerja bersama kami.
Bersama-sama pula kami selesai membuat rencana kerja setahun ke depan selama dua hari di akhir tahun 2010 lalu. Rencana kerja sudah tersusun rapi. Setahun ke depan, saatnya beraksi. Agar rencana kami tak cuma jadi mimpi.
Leave a Reply