KEMERDEKAAN BERMURAL ADALAH KEBEBASAN BEREKSPRESI

Jaga bersama kemerdekaan berkesenian dan beli kaus ini di Toko Koalisi Seni.

Pengawasan melekat di dunia nyata pula maya adalah ekspresi pemerintahan mega paranoia. Sensor yang cenderung brutal dan sapu bersih, belakangan kian banal menimpa jagat berkesenian jalanan: mural. Ini laku pra-kondisi yang mengamputasi demokrasi. Berbahaya jika kita diam saja, menganggap semua baik-baik saja. Karena pelakunya adalah “orang baik”, maksudnya pasti baik. SRSLY?

Kini saatnya kita, rakyat, turut menjaga marwah demokrasi seraya mengambil sikap waspada seperti senandung Efek Rumah Kaca di lagu “Jalang”,

“Siapa yang berani bernyanyi
Nanti akan dikebiri
Siapa yang berani menari
Nanti kan dieksekusi ….”

Seniman visual Ika Vantiani dan Naomi Cassyane merespons lagu “Jalang” itu dengan kolase yang visual kuncinya adalah mata sebagai lambang pengawasan dan gunting—simbol sensor.

Mari dukung upaya bersama mendorong kebebasan berkesenian di Indonesia bareng Koalisi Seni, yang menggagas kolaborasi #merekabilangkamijalang ini.

Caranya, beli hasil kolaborasi ini di Toko Koalisi Seni. Hasil penggalangan dana bakal dipakai buat advokasi kebebasan berkesenian, dan 2,5% akan disalurkan ke pegiat seni terdampak pandemi lewat platform bagirata.id.

The post KEMERDEKAAN BERMURAL ADALAH KEBEBASAN BEREKSPRESI appeared first on RUDOLF DETHU.


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *