Jemarimu adalah Mulutmu (Status dari Pacitan)

Oleh-oleh dari Pacitan kemarin. Piknik Pacitan – Ponorogo ? bersama Bopo lan Ibu.

Kapan terakhir kau bercuap bercanda dengan sekitarmu? Elastiskan otot-otot mulut dan wajah dengan berbincang. Interaksi nyata hasilkan ekspresi tawa, melongo, terbelalak, menyipit dan kadang tak sadar mengupil.

Beri rasa pada hati dengan cerita kesedihan, empati, keheranan, kebahagian dan terkadang mrinding.

Hal itu bakal terjadi jika mau untuk berbaur. Keluar dari kamar dan segera berbincang dengan sesama. Merasakan keramaian hidup dengan bersilaturahmi. Bisa jadi di tetangga, pos kamling, berkomunitas, berorganisasi, dan bahkan di dalam moda transportasi.

Di video ini, tampak Bapak mengantar Ibu saya rutin seminggu 2x PP dari Wonosobo (Pacitan) ke Ponorogo utk HD (cuci darah). Tamasya dalam bus katanya. Disitu mereka bisa bertemu teman lama, saudara, kerabat jauh, bahkan kenalan baru. Perbincangan seru selalu membahana dalam bus. Itulah salah satu kebahagiaannya. Piknik sekaligus silaturahmi. Menghayati kembali makna lagu ciptaan Ibu Sud, Naik-Naik Ke Puncak Gunung. Mrinding!

Era milenial akrab dengan digitalisasi. Interaksi terbangun dari jemari. Keheningan jadi makanan sehari-hari. Semoga sadar diri silaturahmi adalah bagian dari kebahagiaan sejati hidup ini.

Let’s speak up!


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *