From under the same moon

Thank you so much to Dans for letting me touch his beautiful image 🙂

Dear Mooncake,

Dipojok kota sepi Belgia, Perwelz. Caulier telah memulai produksi birnya sejak tahun 1930-an. Itu berarti ratusan purnama sudah dilewatkan seluruh anggota keturunan keluarga untuk melakukan eksperimen terhadap proses pembuatan anggur terbaiknya. Dan hari ini mereka menyakini, jika bir yang proses fermentasi awalnya dilakukan pada saat fajar menjelang malam purnama akan mampu menghasilkan rasa yang berbeda. Ya, rasanya dinilai menjadi lebih kuat dan lebih lama tertinggal dimulut.

Ribuan tahun sudah, dan begitulah Purnama. Setia ada dengan memeluk mitos, legenda dan cerita yang sama. Disini, hari ini mungkin kita lupa, atau hanya sedikit dari kita yang menyadari jika kegilaan menjelang dan malam Purnama juga benar-benar ada, masih ada. Perhatikan saja, menjelang puncak malam Purnama arus lalu lintas terutama dikota kota besar akan bisa dipastikan mendadak padat merayap jauh lebih pekat dari biasanya. Suara bising mesin fotokopi, fax, printer atau orang-orang yang saling bicara bersahutan didalam ruang kerja pun akan terdengar jauh lebih riuh dari biasanya. Kamu juga akan berkeringat lebih banyak dari biasanya. Detak jantungmu? akan dengan mudah terasakan. Lalu jika tak tepat mengatur alunan nafas, isi kepalamu bisa jadi akan mendadak kusut berantakan dan hanya akan membuatmu jadi jauh lebih emosional. Oh jangan lupa juga bagaimana laut yang dengan penuh kuasa mengirim ombak untuk dengan liarnya menampari bibir daratan dikota kota kecil pinggiran pantai.

Oh Dear, thats too much, but can you see that true? :”)

Well sweetheart, besok malam adalah puncak Purnama, dan jam enam kemarin sore (Kamis 21/01/2010) Merapi ditasbihkan berstatus siaga satu karena aktivitasnya yang sudah melewati batas centil normal. Oh, jangan lupakan berita tentang sekelompok orang yang akhir-akhir ini merasa dirinya paling benar itu juga mulai menuai keresahan. Cuaca? pun semakin sulit diprediksi. Dan jika semua gejolak itu datang dihari-hari menjelang bulan penuh, bolehlah kiranya demi melanggengkan kuasa Purnama kita bersepaham pendapat jika itu bukan kebetulan.

Sebagai perempuan yang begitu mengagumi Purnama, mungkin kalau boleh menyarankan, ada baiknya kita sit back and relax sebentar. Meninggalkan tumpukan kertas kerja untuk lalu memberikan tubuh kesempatan bernafas dengan lebih wajar, tenang dan normal. Duduk manis bersama orang-orang tersayang untuk saling berbagi tentang remeh temeh hari sepertinya pilihan yang baik. Intinya sebenarnya membiarkan hari mengalun lambat. Larut merasakan, menikmati dan membiarkan Sang Luna juga menikmati putaran waktunya dengan tanpa perlu tergesa. Mungkin dengan begitu, all the fullmoon madness that actually stay around, tak akan terlalu menyita rasa dan pikiran. Justru sebaliknya.

Hmmm, saya jadi teringat sebuah lagu juara yang dengan manisnya menjadi soundtrack film Breakfast at Tiffany nya Audrey Hepburn, juga masih menjadikan rembulan sebagai object of affectionnya. Moon River.

Two drifters, off to see the world
There’s such a lot of world to see
We’re after that same rainbow’s end, waitin’ ’round the bend
My huckleberry friend, moon river, and me

Have a lovely rainy Friday my Dear Mooncake, wish fullmoon treated you good, til the rest of the week 🙂

Yours,
Soe


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *