Penulis: Arabella Weir, Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2004)
Totally “Pane-full”. Frase inilah yang pertama kali terbesit di benakku ketika membaca lembar demi lembar novel karangan Arabella Weir ini. Bukannya ceritanya tentang cewek sakit parah atau kisah kehidupan yang menguras air mata atau apa. Justru novel ini sesungguhnya merupakan literatur ringan dan penuh lelucon yang ditulis seorang aktris dan komedian terkenal. Kalimat “does my bum look big in this” sendiri diambil dari salah satu show sketch komedi Weir yang bertitel “The Fast Show“. Lalu apa yang membuat novel ini terasa menyedihkan?
Penceritaan kehidupan Jaqueline M. Pane, seorang Koordinator Senior bagian konferensi di Pellet Corporation di mulai dengan perkenalan diri, sebagaimana lazimnya novel-novel ber-genre chicklit. Mengambil bentuk diary, cerita dimulai dengan keluhan Jackie tertanggal 3 Januari. Jackie mengeluh tentang kehidupan cintanya yang tidak sukses dengan mantan pacarnya yang pindah kerja ke New York, si Perfect Peter. Ada juga keluhannya mengenai ketakutan Jackie akan ukuran tubuhnya yang, menurutnya, besar. Meski dalam novel dijelaskan bahwa ukuranpaling besar yang dicobanya hanyalah sampai pada nomor 16. Kupikir itu termasuk normal. Seharusnya.
Pertama kali membaca novel ini, aku menyerah bahkan sebelum mencapai pertengahan cerita dan baru melanjutkannya dengan setengah hati tiga hari kemudian sampai tuntas. Itu pun sambil mengutuk penokohan Jackie yang begitu paranoid terhadap berat badannya dan pikiran-pikiran buruknya terhadap semua orang, tanpa terkecuali. Dan terus terang saja, sepanjang waktu membaca aku rasanya ingin mengocok isi kepala Jackie yang terasa sangat penuh oleh hal-hal menyedihkan seperti itu.
Awalnya kupikir aku mengalami kelainan karena menganggap pengisahan ini tidak menarik lantaran banyak membaca respon positif terhadap buku ini dengan menyebutnya lucu. Namun setelah banyak browsing – termasuk memanfaatkan fasilitas internet kantor ketika jam makan siang tadi – ternyata banyak juga yang berpendapat sama denganku. Keluhan-keluhan Jackie barangkali lucu di awal. Tapi siapa sih yang tidak bosan disuguhi keluhan dari awal buku sampai habis? Terlebih, aku tidak menemukan alasan kuat Jackie menjadi begitu paranoid. Si Perfect Peter kan tidak meninggalkannya karena Jackie terlihat gemuk. Dia tidak pernah mengalami penolakan sosial dan dia punya dua orang lelaki hebat yang jatuh cinta setengah mati padanya.
Sebetulnya sih idenya bagus, terlebih ini merupakan ungkapan obsesi Weir terhadap kehidupan nyatanya. Dan dalam novel pun, akhirnya Jackie memang melakukan sesuatu yang berguna dengan menulis buku tentang kepercayaan diri dan merasakan kehidupan yang sempurna bersama Andy Canfield. Tapi untuk mencapai bagian itu, sepertinya jalan yang harus dilalui terlalu panjang dan kering.
Rating (**)
Leave a Reply