Lokasi foto, Komplek reruntuhan Candi Ratu Boko, Prambanan. Koleksi pribadi.
Dear Ayah,
Setelah menghabiskan beberapa jam mengalir lambat dalam arus lalu lintas yang merayap padat dibilangan Sunset Road Kuta sampai Simpang Siur lalu sedikit kearah Sanur tadi, jam enam sore lewat tiga puluh menit akhirnya aku tiba juga di Danes Art Verandah di bilangan Hayam Wuruk Denpasar. Sesampainya disana, aku disambut manis oleh Riri, sepiring besar spaghetti carbonara dan teman teman dari Popo Danes Architect. Ayah tau? menjelang malam tadi itu, aku diberi kesempatan untuk menjadi presenter sebuah acara kota yang bagiku sangatlah prestisius, sebuah kehormatan, Architects Under Big Three! Am so darn happy Yah.
Ingat dulu ditengah tahun 2007 saat aku pulang kerumah untuk berlibur? kita duduk berdua diteras rumah sambil membolak balik majalah majalah property dari Bali yang didalamnya ada foto seorang arsitek Bali dengan banyak karya yang luar biasa cantik itu? Nah, beranda tempat aku hadir untuk berbagi cerita itu adalah miliknya Yah. Ajaib ya? bagaimana semesta bergerak bersama kita mengantarkan kita mewujudkan apa yang sempat terselip dalam selaksa lapisan keinginan kita.
Time flies ya Yah? 4 tahun sudah ternyata aku berani berpisah jauh darimu. Dan tahukah Yah? aku tak pernah menyangka jika kehadiranku begitu dihargai dikota yang luar biasa ini. Tak pernah menyangka jika 4 tahun perjalananku dinilai beberapa orang layak untuk bagi. Rasanya begitu melegakan & menyenangkan sekali. Sekali lagi Engkau benar Yah, jika saja dulu aku tak pernah berani mengambil keputusan untuk meninggalkanmu, aku pasti tak akan pernah bisa merasakan pengalaman manis yang ini *peluk*.
Lalu kembali keacara presentasi itu, seperti biasa perempuan kecilmu ini masih saja terkadang melewatkan sejumput kecil hal penting. Menjelang presentasi,aku membiarkan selembar catatan pendamping tertinggal dimobil. Hasilnya? presentasiku tak bagus Yah. Sama sekali jauh dari impressive. Aku gugup. Tak siap. Tak runut. Ada banyak hal yang tak disampaikan. Ada banyak hal baik yang lupa kubagi. Membuatku tiba-tiba begitu menginginkan sosokmu hadir diberanda sesaat tadi.
Dan seperti biasanya pula, perempuan kecilmu inipun kuasa bertahan. Dalam semua garing, berpegang The Secret of Kepepet, dua jam itupun berakhir sudah, aku beroleh banyak kawan baru yang lucu dan menyenangkan. Beberapa ide tentang project project arsitektur non profitpun aku bagi disana. Separuh malam tadi berakhir dimeja makan banyak kursi yang semuanya tak henti henti tergelak tertawa berbagi.
Yah, teman teman menganggap aku sudah besar. Mereka mengira aku perempuan dewasa. Padahal, jauh didalam sini, aku masih saja selalu setia merasa jika aku akan selamanya menjadi putri kecilmu yang lucu. Yang hatinya akan bungah jika melihat sosokmu hadir dikejauhan. Yang tak sabar naik kebahumu lalu tertawa berputar putar bersamamu. Nah kan, sekarang aku jadi rindu sangat bersandar padamu :’)
Yang tersayang kakak senior sekaligus ayahku semata wayang, tak akan banyak yang bisa putri kecilmu ini lakukan untuk bisa membuatmu melambung berbangga akan hadirku. Selain selalu mensyukuri setiap jengkal hidup seperti yang selalu kau ajarkan. Selalu menghargai setiap detik menit waktu, pemberian Sang Maha Segala yang tak akan pernah bisa diulang. Selalu berusaha melakukan yang terbaik dikesempatan terkecil yang diberikan oleh orang lain. Ajaranmu akan selamanya dihatiku. Percayalah. Sebuah kehormatan bagiku bisa menyandang kebesaran namamu. You are my bestest. Oh iya, peluk cium salam sayang untuk perempuan luar biasa disampingmu itu, aku tunggu SLJJ nya Shubuh nanti 😉 You’re both my bestest.
Thank you with love,
Sakti Soediro
a note to remember. a daughter note.
Leave a Reply