DAMPAK TAILING TERHADAP EKOSISTEM PESISIR DAN KELAUTAN*
—————————————————————————————
Oleh: Yani Sagaroa**
I. PENDAHULUAN.
Nampaknya, dampak negatif dari pembangunan khususnya kerusakan lingkungan pada sector pesisir dan kelautan di NTB akan semakin panjang daftarnya. Ini terkait dengan adanya ancaman baru berupa pembuangan tailing kelepas pantai selatan Sumbawa, oleh perusahaan pertambangan ribuan juta ton tailing kedasar laut (Submarine Tailing Disposal) akan mengubur kehidupan bawah laut dan hal ini jelas merupakan ancaman serius bagi kelestarian sumbaerdaya hayati laut dan pesisir.
Sebagaimana diketahui bahwa kekayaan potensi pesisir dan kelautan kita telah mampu memberikan penghidupan bagi masyarakat pesisir, dan sector ini pada tahun 1990 mampu memberikan kontribusi pembangunan terhadap GDP nasional mencapai 24% atau senilai Rp. 42 triliun. Selain itu sector ini juga mampu memberikan sumbangan peningkatan kebutuhan gizi hewani bagi berjuta-juta penduduk Indonesia dan bahkan dunia.
Oleh PT.NNT Tailing ini akan dialirkan dalam bentuk lumpur melalui system pemipaan (pipa berdiameter 900 mm) dari konsentrator kepantai Selatan Sumbawa diteluk Senunu dengan kecepatan aliran 2.010 – 6.163 ton /jam, dan sejauh 3,2 km dari garis pantai, tailing akan dialirkan melalui pipa bawah laut pada kedalaman 100 m.
Kegiatan penambangan scala besar seperti yang dipraktekkan oleh PT.NNT harus dikontrol dengan ketat, karena membawa dampak negative yang sangat komplek dan mempengaruhi micro cosmos disekitarnya. Mengenai limbah, ada beragam jenis limbah yang dihasilkan oleh aktivitas pertambangan terbuka seperti ini, antara lain limbah batuan, limbah cair, limbah padat dan limbah gas. Limbah batuan yang mengandung sulfida akan ditimbun disekitar Tongo Loka dengan kapasitas 1.500 juta ton, disebelah utara Open Pit.
Dampak panting akibat limbah-limbah diatas pada tahap oprasi meliputi:
v Perubahan iklim mikro pada tapak tambang terbuka, tempat penimbunan limbah batuan dan tapak pabrik pengolahan.
v Menurunnya kwalitas air sungai Sejorong.
v Paras air yang lebih rendah di daerah sekitar tambang terbuka dengan akibat menurunnya debit mata air.
v Kemungkinan menurunnya kualitas air tanah disekitar tempat penimbunan limbah batuan Tongoloka.
v Tertimbunnya habitat-habitat sungai pada Brang Santong dan Brang katala dimana limba batuan akan ditempatkan; pengenangan habitat sungai lain oleh waduk Santong.
v Menurunnya kualitas habitat-habitat sungai pada daerah aliran Brang Sejorong, yang sebagian diimbangi dengan terciptanya habitat waduk yang baru.
v Menurunnya kualitas udara diakibatkan oleh emesi SO2, dan juga diakibatkan karena debu yang dihasilkan oleh tambang dan sepanjang jalan-jalan proyek.
Dampak lanjutan dari hal diatas jelas akan mempengaruhi kwalitas kesehatan dan kehidupan masyarakat, sedangkan mengenai dampak negative limbah tailing akan dipaparkan secara khusus pada bagian lain dari tulisan ini.
II. DEFENISI DAN PROSES TERBENTUKNYA TAILING.
Tailing adalah limbah batuan / tanah halus sisa pengerusan dan pemisahan (estraksi) mineral yang berharga (tembaga, emas, perak) dengan bahan tambang. Tailing terdiri dari 50% praksi pasir halus dengan diameter sekitar 0,075 – 0,4 mm dan 50 % terdiri dari praksi lempung dengan diameter kurang dari 0,075 mm.
Bahan tambang baik itu batuan, pasir maupun tanah setelah digali dan dikeruk, lalu estrak bumi (mineral berbahaya) yang persentasenya sangat kecil dipisahkan lewat proses pengerusan, bahan tambang yang begitu banyak disirami dengan zat-zat kimia (cianida, mercury, Arsenik dll) lalu bijih emas tembaga atau perak disaring oleh Carbon Filter, proses pemisahan dan penyaringan mineral ini menyisakan Lumpur dan air cucian bahan tambang yang disebut tailing , mineral berharga diambil sedangkan tailing akan terbawa bersama zat-zat kimia yang mengandung logam berat/beracun.
Tailing mengandung beberapa sifat kimia seperti: klorida; perak; arsen; alumunium; besi; merkuri; magnesium;nikel; seng; natrium; dll.sifat kimia ini selain tercampur pada proses pencucian dan pemisahan mineral berharga dengan bahan tambang, tapi juga zat-zat kimia ini berasal dari batuan alami dengan senyawa kimia dari luar, tentunya hal ini akan meningkatkan konsentrasi senyawa logam berbahaya.
Tabel. Sifat kimia fraksi tailing pada emas dan tembaga
Parameter
|
Kisaran konsentrasi (mg/I) |
pH Lab | 8,4 – 8,5 |
Klorida | 800 – 2900 |
Sulfat | 140 – 200 |
Total Karbon Organik | 4,9 – 6,7 |
Perak | <0,01 |
Aluminium | <0,10 |
Arsen | <0,0020 – 0,0037 |
Kalsium | 60 – 170 |
Kadmium | <0,005 |
Tembaga | <0,010 |
Krom | <0,010 |
Besi | <0.030 |
Merkuri | <0,0020 |
Timbal | <0,005 |
Magnesium | <3,6 – 16 |
Nikel | <0,020 |
Selenium | <0,0020 – 0,0020 – 0,0031 |
Seng | <0,020 |
Natrium | 45 – 360 |
Kalium | 23 – 48 |
Sumber : ANDAL Batu Hijau PT. Newmont, 1996
System pembuangan limbah bawah laut (Submarine Tailing Disposal) ini diadopsi dari metode yang telah diterapkan oleh 23 pertambangan didunia, terutama di Canada yang mendapat protes kuat dari Aktivis lingkungan dan masyarakat. Sudah belasan tahun system ini di stop di Canada namun hingga kini belum ada tanda-tanda perbaikan ekosistem bahwa laut pada tempat tailing ini di buang. Amerika Serikat sendiri pembuang tailing kesungai atau kelaut tidak diperbolehkan, untuk di Indonesia metode ini nampaknya akan menjadi model pembuangan limba tailing di masa yang akan datang, sehingga hal ini perlu kita cermati dan kritisi secara bersama-sama, dan ini merupakan tantangan besar bagi upaya perbaikan kwalitas sumberdaya pesisir dan kelautan kita. System pembuangan tailing kedasar laut ini untuk pertam kalinya di Indonesia telah di praktekkan di Teluk Buyat Manadu Sulawesi Utara oleh PT. Newmont Minahasa Raya, seperti diketahui kasus yang dihadapi nelayan teluk Buyat sebagian warga didapati darahnya terkontaminasi zat kimia berbahaya, dari pengalaman pertama ini telah terbukti teknologi ini tadak aman dan membawa dampak yang luar biasa pada sumberdaya hayati pesisir dan kelautan, pembuangan tailing kelaut cendrung hanya memindahkan permasalahan dari darat kelaut, dan jangan lupa bahwa di dasar laut ini ada kehidupan. Sementara itu pula, pada awal tahap produksi PT.NNT telah tercatat tiga kali kebocoran pada bagian darat pipa tailing, yaitu :
- 16 Oktober 2000, kebocoran pertama terjadi hingga menimbulkan ledakan pada pipa dekat dengan chocke station – pinggir Pantai Rantung Teluk Senunu.
- 28 November 2000, berdasarkan hasil investigasi Tim Tambang loh Sumbawa pada hari Kamis tanggal 4 Januari 2001, kebocoran terjadi pada badan pipa sebelah kiri – 3 km dari arah konsentrator atau menuju Teluk Senunu di daerah Kebo Pongol, sebelah Desa Tongo Kecamatan Pembantu Sekongkang. Terlihat lubang kecil berukuran lebih kurang 1 cm dilapisi cor-coran/las-lasan bergaris tengah 50 cm, yang dari hasil muncratannya telah mematikan 1 are lahan rumput (tanaman) disekitarnya dan merubah warna tanah menjadi coklat muda. Menurut pengamatan masyarakat sekitar yang sering melewati lokasi, kebocoran tersebut telah terjadi sekitar awal bulan Desember 2000.
- Berdasarkan hasil investigasi Tim Tambang loh Sumbawa Kamis, 25 Januari 2001 dan siaran pers oleh pihak PT. NNT sehari sebelumnya. Kebocoran yang terjadi pada Senin, 22 Januari 2001 bahkan terjadi hampir pada seluruh bagian potongan pipa yang panjangnya 7 – 8 m. Hal itu terlihat dengan dipenuhinya bagian atas pipa oleh bekas cor/las, di sisi kirinya terdapat beberapa lubang bediameter 30 – 40 cm dengan tera angka 1 – 31 yang berjarak lebih kurang 25 cm sepanjang pipa, demikian halnya sisi kiri bawah pipa (namun tanpa tera angka). Luberan tailing yang dihasilkan merusak 1,5 – 2 are areal tanaman (rumput) dibawahnya dan merubah warna tanah menjadi krem. Bukan itu saja, tim juga menemukan adanya indikasi terjadinya kebocoran sebelumnya di 2 (dua) lokasi berdasarkan warna bekas las/cor/tambalan yang tampak tidak terlalu lama. Lokasi pertama – 300 meter dari kebocoran kedua, berbentuk persegi dengan tera angka 1 – 20an yang jarak antaranya berkisar 25 – 30 cm sehingga lebar bekas kebocoran lebih kurang 60 – 70 cm. Pada lokasi kedua, 1 km dari lokasi pertama, bentuk yang terlihat sama dengan yang pertama berukuran lebar lebih kurang 150 cm.
III.DAMPAK TAILING TERHADAP EKOSISTEM LAUT.
Pembuangan tailing akan selalu mengandung resiko yang besar bagi lingkungan, pembuangan didaratpun bila tempatnya tidak tepat dan aman, senyawa kimia/logam berat berbahaya yang dikandungnya bisa menjalar dan berproses sejauh 10 – 20 mil, bahkan bisa terbawa hingga kelaut, apalagi dibuang secara langsung kelaut tentunya logam berat berbahaya ini akan terurai lebih bebas. Ada beberapa dampak negatif yang sangat besar bila tailing di buang kelaut, antara lain.
Pertama, pembuangan tailing kelaut dapat mengakibatkan penurunan kwalitas air laut, meningkatnya kekeruhan dapat menyebabkan gangguan pada biodata laut dan menghambat penetrasi cahaya matahari kebawah perairan laut. Biota bentik (benthos) yang habitanya berada di dasar perairan akan terkubur dan mengakibatkan kematian masal, peningkatan kekeruhan dan padat tersuspensi akan menyebabkan tertutup / hilangnya organ makanan benthos. Ikan-ikan, kerang dan hewan laut lainya yang selama ini mengkonsumsi benthos (makanan utama ) akan mati atau bermigrasi ke zona yang aman, dari hal ini jelas akan menurunkan produksi perikanan, habitat penting seperti terumbu karang dan hewan-hewan karang dan ini menyebabkan pemusnahan habitat seperti yang saat ini sudah terjadi di Teluk Buyat Manado Sulut. Terhambatnya penetrasi cahaya matahari juga sangat mempengaruhi keberlanjutan ekosistem bawah laut, dan sangat mengganggu keseimbangan bagi proses kimiawi dan biologis perairan, untuk terjadinya proses fotosintesa sangat membutuhkan cahaya matahari yang cukup, bila proses fotosintesa terganggu produktufitas fitoplangton akan berkurang dan ini akan menyebabkan menurunnya oksigen yang larut dalam air laut, oksigen sangat dibutuhkan oleh biota air.
Kedua, pencemaran air laut akibat terkontaminasi bahan pencemaran logam berat berbahaya yang terkandung dalam praksi tailing, seperti telah dipaparkan pada bagian lain dari tulisan ini, bahwa tailing mengandung beberapa zat kimia seperti cianida, arsenik, kadmium, klorida, mercury, selenium dan lain-lain, baik itu yang berasal dari batuan alami maupun asupan dari luar pada proses pengolahan, pencucian dan pemisahan mineral berharga (emas,tembaga dan perak) dari bahan tambang. Cairan dan Lumpur tailing yang sangat asam memiliki nilai PH antara 2 – 3, pada kondisi perairan dan limbah ber PH rendah berbagai senyawa kimia berbahaya sangat mudah larut dan terurai dalam air, dan bila ini terjadi akan sangat berbahaya bagi biodata laut dan manusia penguna air laut tersebu, rendahnya nilai PH akan meningkatkan daya racun berbagai zat kimia dan senyawa toksit diperairan.zat-zat kimia beracun seperti cianida, arsen, merkuri, kadmium akan sangat berbahaya bagi habitat pesisir,
cianida dalam jumlah yang kecilpun dapat mematikan ikan bila terkontaminasi air sungai, arsen logam berat beracun ini juga jauh mengerikan karena mampu mencabut nyawa manusia, mercury dapat menyerang otak, ginjal hati dan system saraf pada manusia, kadmium adalah senyawa beracun bagi manusia dan bisa menyerang ginjal dan pelunakan tulang belakang. Senyawa kimia beracun ini akan sangat berbahaya bila dikonsumsi oleh organisme laut, akan mematikan ikan, kerang dan bila tidak mati logam berat beracun ini akan terurai dan terakumulasi dalam tubuh biota laut, bila ini dikonsumsi oleh manusia akan menyebabkan petaka berupa penyakit atau bisa menyebabkan kematian, hal ini pernah menggegerkan jepang, seperti yang pernah terjadi di Minamata pada tahun 1950-an. Daerah yang paling tinggi potensi bahayanya bagi biota laut ada pada radius 50 meter dari lokasi pembuangan tailing.
Ketiga, pembuangan tailing kedasar laut akan mengakibatkan pendangkalan dasar laut, melihat volumenya yang sangat besar maka laut yang menampung tailing ini berpotensi besar akan menjadi dangkal, dampak lanjutan dari pendangkalan ini akan menaikan permukaan air laut. Selama ini issu tentang akan naiknya permukaan air laut yang disebabkan oleh pemanasan global dan melelehnya es dikutup utara sudah ramai dibicarakan, dan kini nampaknya tailing yang dibuang didasar-lautpun ikut andil dalam mempercepat proses naiknya permukaan air tersebut, dampak lanjutan dari hal ini jelas akan mengancam perkampungan nelayan dan kota-kota dipinggir pantai serta akan menenggelamkan pulau-pulau kecil yang rendah.
KESIMPULAN DAN PENUTUP
Dampak dari pembuangan tailing pertambangan kedasar laur dapat disimpulkan menjadiu tiga dampak utama yaitu; penurunan kwalitas/peningatan kekeruhan air laut; terkontaminasinya bahan pencemar logam berat berbahaya pada air laut; terjadinya pendangkalan dasar laut. Dari masing-masing dampak yang dipaparkan bahwa bermaca-macam dampak negatif lanjutan yang lebih dahsyat pada habitat dan ekosistem pesisir dan kelautan, pembuangan tailing kelepas pantai selatan Sumbawa oleh PT.NNT jelas akan membawa dampak yang hebat mengingat arus dan gelombang yang sangat kuat sering terjadi pada zona perairan ini, perairan laut selatan yang berbatasan langsung dengan perairan lepas Internasional (zona ekonomi ekslusif), serta perairan laut wilayah Australia ini juga rawan dengan tsunami seperti yang pernah terjadi sekitar tahun 70 an pada sekitar lokasi ini.
System pembuangan tailing kedasar laut akan dijadikan model pembuangan limbah pada masa yang akan datang, maka selayaknyalah kita mencermati/mengkritisi persoalan ini secar seksama, permasalahan ini akan memjadi tantangan besar bagi masyarakat pesisir dan pemerhati serta aktivis lingkungan, tindakan semacam ini tidak dapat kita terima dan mesti di tolak ……………………….STOP ………pembuangan tailing kelaut ……………laut lebih berharga dari pada emas. …Jangan jadikan Sumbawa Minahasa ke dua!!!.
Leave a Reply