Buku Pagebluk di Akar Rumput: Kembali ke Pelukan Ibu Alam

10 fotografer di Indonesia merekam kondisi para warga akar rumput bertahan di tengah pagebluk Covid-19. Mendengar cerita-cerita domestik di tengah pandemi menjadi refleksi bagaimana daya lenting masyarakat.

Dari 10 cerita dirangkum menjadi foto bercerita dalam buku Pagebluk di Akar Rumput. Persoalan ekonomi masih menjadi potret terbanyak yang diceritakan dalam buku ini. Namun diingatkan juga tentang kepercayaan cara bertahan masyarakat adat dalam menghadapi wabah. Cerita tentang hutan yang menjadi handalan masyarakat adat.

Seperti salah satu cerita menarik yang ditemukan Michael Eko Hardianto. Menemukan bagaimana kebiasaan masyarakat Suku Punan dalam menghadapi setiap wabah. Diceritakan tentang masyarakat Desa Punan Adiu Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara yang memiliki kepercayaan tentang hutan sebagai penyelamat di kala krisis.

Pandemi Covid menyebabkan Suku Punan kembali ke hutan. Di hutan Suku Punan bertahan secara mandiri mengatasi persoalan pangan. Mereka terbiasa mengumpulkan tanaman atau hewan hutan untuk pangan. Di hutan mereka melakukan segala aktivitas. Pandemi menjadi masa penyadaran agar tetap menjaga ekosistem hutan sebagai sumber ketahanan pangan utama.

Melalui tulisan singkat ini, Michael dapat memotret daya adaptasi masyarakat yang berbeda-beda. Sekaligus dapat menjabarkan alasan mengapa hutan itu menjadi hal yang sangat dijaga oleh masyarakat adat.

Begitu juga potret yang didapatkan di daerah-daerah lain. Dilihat dari keseluruhan topik yang disajikan dalam buku Pagebluk di Akar Rumput dapat disimpulkan pandemi menjadi momen refleksi kembali ke pelukan ibu. Seperti cerita-cerita dari Nyoman Jenek di Bali yang dirangkum Johannes P. Christo. Menceritakan momen pandemi membawa Nyoman Jenek kembali menyemai kehidupan dari ibu pertiwi dengan bercocok tanam.

Begitu juga potret yang dituliskan Armin Septiexan mengulas cerita Tudesmit, pemuda asal kupang yang merantau ke Bali bekerja di bidang pariwisata. Pandemi mengajak ia kembali pulang ke rumah ibu angkatnya. Merawat ternak di kampungnya menjadi peralihan Tude agar dapat bertahan hidup di tengah pandemi.

Potret dari berbagai sudut pandang mengajak pembaca melihat lebih riil aktivitas-aktivitas yang dilakukan masyarakat di akar rumput menghadapi pandemi. Pembaca bisa melihat lebih dekat realitas yang disajikan dalam 5-10 foto-foto dari masing-masing cerita. Hanya saja, buku foto story ini sepertinya memilih konsep agar tidak dibawa dalam perjalanan. Penyajian foto yang dicetak dalam kertas foto tebal dan mengkilap menambah berat buku ini. Ditambah desain sampul surat yang dibuat dari bahan tebal menambah berat buku jika untuk dibawa.

Ukuran buku yang cukup besar memberikan ruang foto terlihat jelas. D sisi lain untuk pembaca cukup melelahkan ketika membaca. Sehingga buku memang lebih cocok dibaca di atas meja. Namun, cerita-cerita menarik dan foto yang menggugah, membuat kita betah dalam membaca setiap halaman buku Pagebluk di Akar Rumput.

The post Buku Pagebluk di Akar Rumput: Kembali ke Pelukan Ibu Alam appeared first on BaleBengong.id.


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *