Minggu, 29 november 2015, Redite Paing Sinta, minggu pagi yang cerah ceria, selayaknya hari-hari di sasih kalima & kanem pada penanggalan bali, seperti minggu sebelumnya, saya masih belajar konsisten untuk menyempatkan olahraga seminggu sekali, olahraga pilihan saya: bersepeda. namanya juga pemula, kita mainnya yang deket-deket dulu ya, ga usah ikutin Mahayanthi atau om Marlo atau Ajik Samas, jadi start dari rumah di Biaung, biasanya ke sekitar Sasih, Ketewel, Sukawati, Tohpati, dan minggu ini saya pilih Sanur, karena banyak mba’ lucu lari-lari di pantai spot untuk nambah foto instagram. saya lupa kalau hari ini adalah Banyupinaruh, sehari setelah hari Saraswati, biasanya digunakan sebagai moment mebayuh atau menyucikan diri di tempat berair, seperti danau, sumber mata air, sungai, loloan, atau pantai.
matahari baru terbit, langit sudah biru cerah, setel GPS, buka endomondo, setel playlist, kayuh sepeda! di bypass Prof. Mantra sih masih santai-santai aja, di padanggalak juga masih woles, kendaraan ga terlalu ramai ga terlalu sepi juga, hingga akhirnya mendekati pertigaan pantai matahari terbit, tiba-tiba antrean kendaraan memenuhi jalan, dan ujungnya tampak di perempatan KFC-Sanur Paradise. wow, “ada apa ini?”, “ada dinosaurus tersesat?”. sambil nyelip-nyelip diantara mobil dan motor, sampailah saya di perempatan ujung kemacetan, ternyata ga ada dinosaurus maupun ultraman yang lagi berantem, yang ada “cuma” warga kota yang menuju pantai Sanur, tapi ngantre sampe perempatan dan traffic light tak berfungsi, stuck. biasanya saya belok disana dan kemudian menyusuri pinggir pantai hingga pantai karang, tapi sepertinya bukan pilihan bijak, saya teruskan mengayuh sepeda ke selatan menuju pantai “men weti” atau pantai segara (iya tau, udah pantai kok segara…–a), baru saja belok tiba-tiba antrian kendaraan sudah mengular juga, wadaw! semua menuju pantai, kendaraan se-chaos ini biasanya ditemui jika ada event Sanur Village Festival, ya sudahlah, lanjut saja ke selatan belok di pantai Sindhu aja, belum juga perempatan pantai Sindhu, udah terlihat antrean panjang kendaraan. akhirnya saya putuskan langsung saja ke pantai Duyung, dari sana menyusuri pesisir balik ke Utara, menuju pantai Duyung, memang terlihat antrean kendaraan di setiap jalan masuk ke pantai. menggagumkan.
akhirnya tiba di pantai Duyung, lebih ramai dari biasanya tapi masih lebih sepi dibandingkan pantai sebelumnya, rencananya hingga di pantai duyung menghubungi temen yg suka main ke sini, tapi males lah, rame begini, belum lagi nungguin dia, bisa-bisa pulangnya kesiangan, trus panas, trus males –temen ga niat. saya lanjutkan perjalanan, misi berikutnya adalah mencari dagang lumpia. kunjungan ke pantai di sekitar Sanur tak lengkap tanpa mencicipi lumpia. sama seperti hari minggu tanpa doraemon, ultraman tanpa powerbank, atau kamu tanpa diriku.
sambil cari dagang lumpia, dan liat mba-mba lucuk angle bagus untuk stok instagram, ternyata pantai rame banget di hari Banyupinaruh, iyak, rame pake banget. tapi untunglah ditengah keramaian ini sudah diantisipasi oleh persatuan pedagang lumpia pantai sanur, mereka sudah menambah stok sehingga supply lumpia cukuplah untuk pengunjung dan tidak sampai terjadi kericuhan, tapi sedihnya, lumpia klo hari minggu dan hari spesial makin mahal, 2 potong lumpia+tahu+cabe seharga 6ribu! biasanya 5ribu udah meluber (T.T)
pulangnya lewat hotel Inna Bali Beach trus ke perempatan yang macet pertama tadi, ternyata masih macet juga, semangat ya pak satpam & pak polisi & pegawe disekitar sana yang mesti kerja di hari minggu dan terjebak macet.
info tambahan:
Dulu sekitar 2 tahun yang lalu sih masih punya temen sepedaan, jaman #Kayuhmalamminggu masih rame ada esha, sanjay, atik, nina, ogik, trus sepedaan minggu pagi sama atik & nina, itupun ketika atik masih bajang, sekarang atik sibuk ngempu Sakha, nina memilih menjadi instruktur Yoga dan pindah mencari jatidiri di Ubud
info tambahan lagi:
udah mau upload, eh speedy mati lagi, lelah nih tiap minggu diginiin sama speedy. lelah!
Leave a Reply