Bajingan Itu Bernama Gendo

Deklarasi tolak reklamasi di Bali selalu diikuti puluhan ribu peserta. Foto Arimbawa Ndud

Deklarasi tolak reklamasi di Bali selalu diikuti puluhan ribu peserta. Foto Arimbawa Ndud

Pada 31 Juli 2016, ribuan massa aksi kembali turun ke jalan.

Massa kembali dengan tuntutan menolak rencana reklamasi Teluk Benoa. Massa berbaju putih dengan gaya baju adat ringan Bali memenuhi jalanan dengan membawa atribut bendera dan perlengkapan aksi lain. Aksi kesekian kalinya ini tetap diikuti ribuan peserta.

Selalu menggetarkan hati para pembela pertiwi.

Turunnya krama desa bersama para pemimpin adatnya, Bendesa Adat, patut menjadi catatan dalam sejarah pembangunan pariwisata di Bali ini. Perencanaan yang penuh rekayasa dengan mengabaikan kearifan lokal dan mengorbankan nilai-nilai kesucian telah memantik gelora perlawanan yang sungguh menggetarkan.

Desa Adat yang selama republik ini berdiri selalu menjadi anak penurut akan titah pemerintah di Jakarta, kini menggeliatkan nada perlawanan! Tidak satu tetapi sudah 39 Desa Adat mengikrarkan diri dalam satu kesatuan perjuangan mempertahankan kehormatan tanah Bali dalam balutan Pasubayan Desa Adat.

Desa Adat di Bali yang selama ini cendrung bersifat otonom ekslusif dan disibukkan dengan urusan ritual keagamaan di wilayahnya saja kini bangkit dengan kesadaran bersama untuk membela kesucian tanah Bali. Desa-desa pesisir selatan Bali dari sisi barat hingga ke timur telah berbulat tekad menolak rencana reklamasi teluk Benoa dan atas nama harga diri, persaudaraan dan menjaga kesucian tanah Bali desa-desa yang tidak ada di pesisir pantai pun turut serta dalam gerakan penolakan reklamasi.

Kesadaran kolektif yang muncul bukanlah pekerjaan yang mudah dan singkat. Prosesnya panjang, tahunan dan memerlukan konsistensi yang sangat mantap.

Gendo saat menerima pernyataan sikap dari Desa Adat Kuta awal tahun lalu. Foto Anton Muhajir.

Gendo saat menerima pernyataan sikap dari Desa Adat Kuta awal tahun lalu. Foto Anton Muhajir.

Sangar

Adalah seorang anak muda I Wayan Suardana yang biasa dipanggil Gendo dengan teman-temannya yang membangun kesadaran akan pentingnya penyelamatan Teluk Benoa dari rencana para investor yang hendak mengurugnya menjadi daratan baru untuk akomodasi pariwisata baru.

Kegigihan Gendo menunjukkan kecurangan-kecurangan yang dilakukan investor beserta para pejabat di Bali untuk memuluskan rencana edan itu, layak mendapat acungan jempol. Gendo boleh saja berpenampilan norak dengan rambut gondrong dan wajah yang sangar. Kesannya preman habis!

Tetapi dia telah mampu mengkordinir para ahli di bidangnya untuk membuat kajian tandingan terhadap kajian yang dibuat untuk kepentingan investor oleh akademisi yang bisa dibayar itu.

Saya sempat beberapa kali bertemu dan berbicara dengan Gendo, tentang bahaya rencana reklamasi Teluk Benoa bagi eksistensi lingkungan dan manusia Bali. Pemikiran dan rencana advokasinya jelas bukan hasil pemikiran preman jalanan yang bermodal sangar doang. Ada otak dan ketulusan yang meluncur dari mulutnya.

Boleh saja Gendo dicap sebagai preman intelektual, bisa saja dia dianggap orang bayaran dari musuh reklamator. Tetapi kegigihannya, keseriusannya dan kemampuannya menyatukan para bendesa sungguh-sungguh menunjukan, Gendo telah mendapatkan Taksunya untuk memimpin perlawanan ini.

Pastilah bagi investor dan antek-anteknya di Bali, Gendo “sing sedeng pluasin” memang Bajingan!!! Bajingan yang memberi teror terhadap rencana yang telah mereka susun. Bajingan yang siap merampok aneka proyek yang akan mereka dapatkan dan bajingan biadab yang merusak rencana pesta mereka saat proyek ini berjalan.

Gendo memang bajingan!

Bagi saya, dan teman-teman yang sering ada dalam barisan massa aksi untuk menyuarakan penolakan terhadap reklamasi teluk Benoa, Gendo itu anak muda Bali yang bertampang rock, sedikit urakan dalam berbicara (kadang keras kalau sudah menyindir penguasa antek-antek investor) tetapi saat ini dia adalah daily hero yang dimiliki Bali.

Empat tahun bergerak dan bergerak terus. Tidak kenal siang atau malam. Mendekati para pemimpin adat. Memberikan kajian-kajian akademis. Mengorbankan waktu bersama keluarga. Menghemat waktu tidur dan bahkan menahan rasa sakit di badan.

Semua itu dilakukan oleh Gendo bajingan! Demi tanah kelahirannya…

Gendo berorasi dalam sebuah aksi tolak reklamasi di Kedonganan. Foto Anton Muhajir.

Gendo berorasi dalam sebuah aksi tolak reklamasi di Kedonganan. Foto Anton Muhajir.

Semangat Puputan
Saya sungguh tidak tertarik dengan tuduhan kontra intelejen yang mengembuskan isu Gendo adalah provokator bayaran untuk menggagalkan rencana reklamasi Teluk Benoa karena persaingan bisnis.

Boleh saja Gendo memang bajingan sebelumnya tetapi saat ini Gendolah yang mau dan rela melakukan kerja untuk bumi Bali.

Dalam pemahaman saya sebagai orang Bali, mereka yang berlaku curang terhadap tanah Bali yang telah ditanami panca datu oleh Rsi Agung Markandeya, akan mendapat bencana dalam hidupnya.

Tanah Bali juga telah mendapatkan pasupati dari Ida Mpu Kuturan yang maha bijak untuk menjaga ajeg Bali ini dengan Desa Adatnya. Karena itu setiap ada rencana yang bisa mengakibatkan Bali kembali gonjang-ganjing maka taksu beliau akan hadir kembali.

Begitu juga roh dari yang Maha Suci Dang Hyang Niratha sepertinya telah meresapi jiwa-jiwa krama Bali yang bergerak terus di jalanan. Ketenangan dan kewibawaan yang terpancar dalam setiap aksi sekiranya berasal dari restunya yang telah lama mengamati prabawa Teluk Benoa dari pulau Serangan.

Jadi, saya hanya mau bilang kepada para penguasa yang masih buta hati dan tuli. Hati-hatilah dengan rencanamu mereklamasi teluk Benoa. Bajingan Gendo itu tidak hanya satu! Gendo telah membelah semangat perlawanannya kepada ratusan ribu krama Bali yang sudah pasti akan mempertahankan keyakinannya terhadap teluk Benoa dengan semangat Puputan!

Hentikan sekarang juga rencana busuk itu sehingga kelak engkau masih bisa mengumpat Gendo sebagai Bajingan dengan sisa senyum di bibir. [b]

The post Bajingan Itu Bernama Gendo appeared first on BaleBengong.


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *