A Mountain, Mary Jane and Uncle Jim

Serunya packing donasi logistik, donasi dari Bali Friends! :’)

Dear Love,

Itu minggu pagi diantar adik Dina yang sedang liburan, saya menjemput Daihatsu Sport dua pintu milik abang di outlet Mercy Photo Dalung. Dari sana saya langsung menjemput titipan bantuan logistik di bengkel motor Mba Nanda diAbian Base. Setelahnya saya menemui Mas Dodi Christian di bilangan Hayam Wuruk untuk lalu menuju Free School BugBugan, di kampung Bugbugan Kesiman. Disana berkardus kardus donasi logistik sudah menanti dengan manisnya. Wow! saya baru tau kalo ditengah lingkungan urban yang sesak, padat dan begitu sendiri-sendiri itu terdapat sebuah sekolah gratis yang dikelola swadaya oleh anak-anak muda yang luar biasa, saya salut, sekaligus malu.

Dari BugBugan saya diminta menjemput seluruh donasi masker di Twice Bar (TB) yang akan diberangkatkan siang itu juga mengingat kebutuhan masker di kalawan lingkar Merapi sudah menjadi prioritas. Sesampainya di Jalan Legian saya belok kiri memasuki gang Benesari. Damn, gang menuju TB ternyata terlalu riuh untuk dilalui sebuah Daihatsu sport. Saat saya sudah memutuskan berjalan kaki seorang laki laki menawari saya ojek gratis begitu tau kalau saya hendak menuju TB menjemput donasi. Hei SID! you’re rock guys! Jadilah saya naik ojek gratisan menuju TB dan menjumputi masker-masker itu. Lepas legian saya menuju Pasar Amal BIWA dibilangan Istana Kuta Galeria, disana telah menunggu Kak Catila & Ivan Winarno juragan Flora Bali yang menyumbangkan 100 pot Lucky Bamboo nya untuk mensupport penggalangan dana. Tak berapa lama datang pasukan kesayangan saya yang lucu-lucu itu, Family of Scooter Lover (FoSL) Bali. Mereka mengambil alih sales marketing Lucky Bamboo dan berpindah area pemasaran yang lebih macho and so streetful spirit yaitu perempatan lampu merah Dewi Sri, sambil kongkow sore-sore mereka ternyata menjajakan Lucky Bamboo disana.

Kita tinggalkan sejenak FoSL dan bambu-bambu keberuntungannya, saya bergegas menjemput Danar, adik laki-laki sekaligus supir kesayangan saya di bilangan Graha Kerti. Lengan saya nyaris kram, saya butuh duduk dileft seat sepertinya. Dari sana kita melaju meretas penggal jalanan Denpasar yang padat menuju inFocus Studio dibilangan nangka selatan memenuhi undangan sang fotografer senior Mas Bayu Gunadharma. Ya, sore itu Perhimpunan  Fotografer Bali (PFB) sedang mengadakan pertemuan rutin bulanan sekaligus penggalangan dana untuk membantu korban bencana.

Dari inFocus saya dan Danar menuju kediaman Mbak Novi dan Mas Joni di bilangan Banjar Buana, Padang Sambian. Dari Padang Sambian, kami menuju kediaman seorang wartawati Jakarta Post, Mbak Wasti diMonang Maning. Disana kami menerima muatan logistik yang luar biasa banyaknya. Lepas dari Monang-Maning kami unload muatan di Bung Tomo untuk lalu pergi lagi menuju Nusa Dua memenuhi panggilan tetua FoSL Oom Agus Subarsono. Di base camp FoSL kami menerima 2.580.000 rupiah hasil penjualan Lucky Bamboo sore tadi. Waw! siapa yang menyangka ternyata tampang sangar mereka mampu merebut hati para pengguna jalan untuk ikut peduli ๐Ÿ˜€

Jarum jam baru saja melewati garis malam, dan kita masih belum selesai. Lepas dari Nusa Dua kami bertolak ke Kuta dengan terlebih dahulu mampir ke airport untuk mengambil mobil yang ditinggalkan Adik Dina disana. Saya dan Danarpun berkendaraan sendiri-sendiri. Jam satu pagi kami menuju Twice Bar dan sudah ditunggu pasukan SID disana. Seluruh bantuan yang terkumpul di TB pun berpindah tempat kedalam mobil kami. Bung Tomo. Lalu Pulang.

Senin pagi, saya menjemput donasi yang terkumpul di Palapa. Lalu menuju inFocus untuk menerima titipan donasi dari PFB sebesar 2.500.000 rupiah. Bada Dzuhur proses sorting out pun dimulai, Sofi, Oom Heri, Bli Putu, Mas Bogel, Mas Alex, Gendhoet, Mas Tesa, Mba Mirah, Chloe harusnya ada pada foto diatas. Menjelang sore, saat semua donasi sudah terkemas sempurna, saya berkoordinasi ulang dengan beberapa titik pengungsian tujuan, dengan Pak Budi di SMKN 1 Jonggalan (samping pabrik Gula Klaten), Mas Santo di Desa Sumberadi Mlati Sleman dan Ibu Yusi Laman di Dusun Patosan Muntilan. Saat koordinasi terakhir itulah kami menerima permintaan bumbu dapur lengkap dan peralatan dapur umum, mengingat pasar setempat hampir semuanya lumpuh. Setelah berkeliling menuju Pasar Pidada dan Pasar Badung kami justru end up di sebuah supermarket grosir di bilanan Gatot Subroto. Titipan donasi dari FoSL dibuka disini dan dibelanjakan kebutuhan dapur, mulai dari minyak goreng, gula pasir, bumbu masak instan sampai kecap manis ๐Ÿ™‚

8 November 2010, 21.00 WITA. H + 12 setelah erupsi Merapi yang pertama, satu truck penuh berisi logistik, dua relawan, satu relawati pun diberangkatkan dari Bung Tomo I/IG No.11 tak ada ceremony apa apa, selain doa bersama semoga semuanya baik baik saja. Serba seadanya dan begitu sederhana, bahkan Mas Wahyu pun hanya di sangoni 500 ribu rupiah untuk bekal selama diperjalanan dan selama berada di Jogja.

9 November 2010, 16.00 WIB. Truck memasuki pengungsian SMKN 1 Jononalan Klaten. Jumlah pengungsi diSMKN Jogonalan sebnyak 2000 jiwa terdiri dari 450 orang manula, 250 balita, dan 1300 orang dewasa.
21.00 WIB Truck sampai di Dusun Patosan, Muntilan. dan sisa bantuan yang tadinya dialokasikan untuk area tempel dialihkan menuju Kulon Progo.

a note to remember. So little time so much to tell. Ada banyak sahabat yang begitu murah hati yang luput terceritakan, Arie Suriasih dan keluarga, Efi Nurhandari dan keluarga, Rara Supras dan keluarga, Ibu Djowaeni dan Keluarga, Ibu Ayu, Roro, Bunda Sasha dan keluarga. Oh No!. its truly so much people to mention. God blessed you all people! ๐Ÿ™‚


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *