Twitlines on May 10. Let me twit, for I believe it can be means something one day 🙂
Jiwa manisku,
Itu seminggu yang lalu (10/5) diselewat subuh, ketika seperti biasa saya dan Efi bersiap lari pagi. Langit masih ungu ketika kami meluncur naik motor menuju Sanur berhotpants ria dengan begitu unyu. Saya mendekap Efi hangat seperti biasa. Bertukar cerita tentang mimpi apa semalam dan obrolan bantal apa yang dilewatkannya dengan sang suami sebelum tidur semalam. Semua terasa seperti biasa subuh itu. Satu hal yang tak biasa adalah bentang langit ungu disebelah timur, arah yang kami tuju. Puluhan kali wira-wiri melewati penggal jalan yang sama diselepas subuh menuju bentang langit yang sama membuat saya paham betul seperti apa rupanya. Pagi itu langit timur bernoda. Ada tiga, noktah kecil bersinar lebih terang dari sinaran bintang muncul dalam formasi segitiga tidak sama sisi. Buat saya itu tak biasa. Masih dengan posisi tangan kiri memeluk Efi, tangan kanan saya merangkai sebaris twit melalui handphone seperti terbaca dalam screen shot diatas. Demikian.
Seminggu berlalu, dan diselewat senja beberapa menit yang lalu (16/5), seperti biasa demi mengisi waktu menunggu lalu lintas beranjak lengang,saya duduk manis di meja kerja. Sekotak Choco Crunch, seliter green fields dingin, mangkok, sendok dan internet. News hopping mendamparkan saya pada sebuah halaman berita harian National Geographic yang membuat saya menyingkirkan mangkok sereal menjauhi dagu saya. Formasi bintang dalam artikel itu…
Ya, tiga bintang kecil yang saya lihat diselewat subuh diseminggu yang lalu itu ternyata adalah tiga plane.t Jupiter, Venus dan Merkurius yang sedang berada dalam posisi seperti dekat dan bisa dilihat dengan mata telanjang dijam jam menjelang matahari terbit. Posisinya langit sebelah timur, 30 – 45 derajat diatas horizon. Merupakan sebuah kesempatan langka bisa menyaksikan empat dunia membentuk formasi seperti dekat itu. Formasi cantik yang jarang terjadi ini masih bisa dilihat sampai akhir bulain Mei dengan tingkat kecerlangan yang semakin menurun mendekati akhir bulan, begitu isi artikel yang diunggah The night sky guy untuk Nat Geo Daily News.
Sebelum akhirnya saya menulis post ini, saya terjebak dalam lamun yang manis. Senyum-senyum sendiri mengeja sadar, mengakui tentang satu hal. Tentang betapa terkadang kita tidak benar-benar tahu apa yang sedang kita lakukan, apa yang sedang kita lihat, apa yang sedang kita jelang. Tentang betapa yang kita butuhkan untuk bisa menjalani segalanya dengan lebih baik ternyata dibutuhkan lebih dari sekedar sadar, kita juga butuh tahu.
Sejenak tiba-tiba saya bisa merasakan detak jantung saya sendiri. Lalu bagaimana jika ternyata ada yang tidak saya benar-benar tahu dari apa yang tengah saya jalani dan saya rasakan saat ini? ya, saat ini, saat saya sedang mengunyah choco crunch banjir susu ini. Bagaimana jika ternyata hari ini saya sedang berjalan beriringan dengan sebuah kesempatan langka yang tak akan terjadi dalam sekali waktu hidup saya.
a note to remember. enjoying the feeling of missing you is heaven. but nothing I want more right now than telling you how much I miss you. So you know, I know, we know, what’s been going on..
Leave a Reply