Destiny with sense of humor

Dear rain,

Setengah sembilan malam. Diluar hujan. Lalu lintas disepanjang hari ini mengalun begitu lembut hampir disemua penggal jalan arteri di Bali. Sunset Road, Raya Kuta, ByPass, membuat aktifitas hilir mudik berkeliling hampir diseparuh kota terasa begitu menguras tenaga. Dipaksa sepasukan lapar, saya memutuskan untuk menepi sejenak mengistirahatkan tungkai tungkai kaki disudut kota sebelah sini. Papaya Fresh Galery. Tempat ini selalu saya rindukan untuk fresh foodnya, sushi setnya, lightingnya, playlistnya, green tea mouse cakenya, kenangannya, diskon mautnya dan teriakan kompak ‘Selamat Malam!’ dari supermarket attendatnya yang super ramah lagi lucu. Try my words :’)

Nah, sudut paling nyaman di Papaya ada tepat dipinggir kaca dibelakang outlet bunga, tempat saya duduk saat menulis ini. Meja tinggi menghadap jalan raya & bar stool nya yang jenjang selalu berhasil membuat saya merasa tinggi dan kaya view. Saya bisa melihat lalu lalang jalan raya jauh didepan sana berbatas sebuah kaca bening yang dipenuhi titik titik air hujan. It’s calmly beautiful if you cant imagine :’).

Jika sudah duduk disini, rasanya hanya ingin berlama-lama. Tempat ini terlalu lengang untuk ukuran sebuah supermarket. Seperti kombinasi fast lounge dan groceries. Target marketnya yang mayoritas adalah orang-orang Jepang membuat supermarket ini terasa begitu santun.

Lalu, jika sudah duduk disini diikuti dengan mengeluarkan laptop, itu bisa berarti saya baru akan angkat kaki hengkang pulang saat lampu supermarket mulai dimatikan satu-persatu. Ya, saya baru akan pulang saat fresh gallery ini mulai tutup :’)

Anyway, saya baru saja menerima kunjungan keluarga di long weekend ini, menyenangkan dan begitu menyegarkan. Bersamaan itu saya juga menerima satu dua kabar yang membuat kelopak mata saya menghangat. Emotionally unstable membuat saya sejenak tadi mengetikan keyword ‘Does everything really happen for a reason?’ dikotak pencarian Google. Sebuah keyword yang jika dieja digaris waktu pasti akan saya beri hashtag #TanyaSemesta. 10 detik, dan hasil pencarian itu muncul. Saya tertegun, dibaris keenam hasil pencarian, saya mendapati tulisan saya sendiri. Tulisan yang saya tulis di tiga tahun yang silam. Ragu sayapun akhirnya mengkliknya dan tak kuasa untuk senyum-senyum sinting sendirian akhirnya. Rasanya seperti bertanya sendiri lalu diarahkan Semesta untuk menyadari jika saya sebenernya sudah punya jawabannya. Ajaibnya, jawaban itu saya tulis ditiga tahun yang silam. Posting itu tak menjawab, tapi sukses membuat saya tersenyum.

“…Does everything really happen for a reason?or they are just ideas we use to placate ourselves during times of pain and stress?..”

Ah sial, lampunya sudah mulai dimatikan. Secangkir hot cappuccino, berkotak-kotak sushi, namamu dikotak komen ditiga tahun yang lalu. Dan saya sadar, jika jalan itu merupakan jalan berputar yang panjang yang baru saja saya lewati dari tiga tahun silam menuju hari ini. Selamat malam! Terimakasih! Sampai Jumpa!. Ah cara supermarket attendant itu mengucap salam mengusir saya pulang selalu menggemaskan. Baiklah saya pulang sekarang!

a note to remember. Loving you in silence. I ♥ Google! :’)


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *