Penulis: Chris Dyer, Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2004)
Bersepeda di Pricetown, makan malam Thanksgiving di New Orleans dan merayakan Natal di Paris. Mengunjungi Bilbao, Roma, Positano, Amsterdan, Vancouver hingga London dan San Fransisco sambil tetap menulis artikel wisata. Pergi dari satu hotel ke hotel lain sambil menikmati kuliner. Sepertinya tidak ada lagi hidup yang lebih menyenangkan daripada yang tengah dialami Kate Bogart, seorang wartawan travel dengan rubrik perjalanan khas bertitel WYWH – Wish You Were Here. Sekilas, dengan jiwa pengelana dan kesenangannya akan kenikmatan traveling yang dikisahkan dalam “Wanderlust”, dunia Kate terasa begitu…. sangat indah (Oke, setidaknya bagiku yang memiliki impian traveling around the world yang tidak- belum – kesampaian). Namun hidup memang tak selalu berjalan mulus. Dalam kenikmatan hidup Kate itu pun masih ada hambatan masalah. Apalagi kalau bukan soal hati dan komitmen.
Kate bukannya tak pernah mencoba. Sekali, dia pernah menikah dengan seorang pencinta alam yang ganteng dan sangat sensitif, Jack McTavish. Tapi lantaran ego dan kecintaan terhadap kegiatan mereka masing-masing ternyata melebihi rasa cinta mereka pada pasangannya, akhirnya kedua pengelana dunia ini pun memutuskan untuk berpisah alias cerai. Kate kembali sibuk dengan dunia travelnya yang nyaman, dan Jack berkelana liar dari hutan ke hutan dan dari gunung ke gunung. Sungguh ajaib rasanya membayangkan dua makhluk bertolak belakang ini pernah bersatu dalam sebuah institusi bernama pernikahan. Jika Jack mencoba menarik Kate untuk berkemah, Kate justru mencoba membuat Jack lebih beradab dengan mengajaknya ke spa. Benar-benar konyol.
Akan tetapi, meski telah berpisah, masing-masing masih menyimpan perasaan dan pernah mencoba menyatukan kembali hati mereka. Namun Kate bertemu dengan seorang mantan fotografer perang yang ganteng, berkepribadian halus, independen dan masih single. Permasalahan hati pun semakin runyam. Terlebih ketika ternyata hubungan Kate dengan Jack tidak benar-benar berjalan mulus. Terlalu banyak kompromi dan tak ada kebebasan dalam hubunga baru itu. Meski Jack berkata tak akan pernah cemburu lagi, nyatanya Kate harus selalu berada di bawah pengawasannya. Jack sangat mencintainya, MESKIPUN ada hal-hal tidak menyenangkan seperti kegiatan bepergian Kate dan sikap mandiri perempuan itu. Namun Milles Maxwell, sang mantan wartawan perang, mencintai Kate KARENA Kate adalah wanita mandiri dan bebas.
Benar-benar asyik menyimak kisah perjalanan Kate dari satu kota ke kota lainnya dalam novel perjalanan ini. Tidak pernah bosan, karena kita sendiri bisa merasakan perjalanan itu secara detail dan lucu. Tokoh-tokoh dalam “Wanderlust” juga sangat berpikiran praktis dan modern. Buku yang sangat ringan untuk bacaan kala santai. Walaupun demikian, masih ada hal-hal yang membuat kening kita berkerut ketika membaca cerita itu. Ibu Kate dan Violet, sahabat Kate, misalnya. Ibu dan sahabat macam apa yang bertaruh mengenai kehidupan cinta seorang Kate Bogart? Juga kedua lelaki Kate – Jack dan Milles tentu saja – begitu tergila-gila padanya. Tapi belakangan semua sosok itu jadi sangat unik dan menarik dan berkepribadian. Meski Jack di sini kupikir agak cengeng, tapi toh ia berhasil menjadi lelaki kuat pada akhirnya dan mampu bersikap bijak. Demikian juga dengan Maxwell. Yah,di luar itu semua, cerita itu sangat “cewek”. Dan aku sendiri bertanya-tanya bagaimana Chris Dyer yang notabene adalah lelaki bisa memasuki dan memahami dunia perempuan sedekat itu.
Rating (***1/2)
Leave a Reply