Beberapa hari yang lalu, saya agak kaget juga mendengar kabar keputusan yang diambil oleh seorang kawan untuk non aktif alias menghapus akun sosial media Facebook yang dia miliki. Padahal selama ini saya kenal dia begitu aktif dalam berbagai layanan di internet mulai dari jejaring sosial, blog, mailing list dan lain sebagainya. Alasan keputusannya untuk berhenti menggunakan layanan Facebook sudah diungkapkan di blognya walau saya tidak begitu detail membacanya. Tapi, apapun alasannya, saya salut atas keputusan yang diambilnya.
Saya kemudian berkaca dan mencoba bertanya kepada diri sendiri, bagaimana dengan diri saya, apakah perlu mengikutinya langkahnya, apakah saya masih nyaman dan betah untuk aktif di jejaring sosial Facebook. Entahlah, mungkin pertanyaan-pertanyaan tersebut terlalu jauh dan belum saatnya bagi saya untuk mengambil keputusan untuk hengkang dari Facebook. Kalaupun merasa tidak betah, mungkin cukup dengan hiatus.
Saya akui, jejaring sosial Facebook memang cukup banyak menyita waktu dan perhatian saya khususnya dalam beberapa tahun belakangan ini. Bahkan tidak terurusnya blog ini bisa dikatakan adanya jejaring sosial Facebook ini adalah salah satu diantara banyak penyebabnya. Saya membayangkan, jika saja Facebook tidak seterkenal sekarang ini, mungkin ngeblog masih menjadi mainan favorit di internet bagi saya.
Kalau diingat-ingat, layanan jejaring sosial Facebook memang terus berkembang, khususnya dalam hal jumlah penggunanya yang kini semakin banyak dan tidak peduli dari golongan manapun. Dulu, pada awalnya saya bergabung di Facebook, mungkin sekitar tahun 2006 atau 2007, jumlah Friend saya di Facebook tidaklah sebanyak ini. Itupun kebanyakan dari kawan-kawan yang memang punya akses ke internet saja. Kini dengan semakin mudahnya akses ke internet, sampai orang yang tidak bisa menggunakan komputer pun bisa menjadi pengguna Facebook. Pada akhirnya, siapa saja bisa bergabung ke Facebook. Ya mungkin memang itulah tujuannya.
Tapi, dengan meluasnya pengguna Facebook termasuk bertambahnya Friend di Facebook, saya merasa sikap dan perilaku saya juga perlu disesuaikan. Contohnya, dulu saya dengan mudahnya mengumpat, menyindir atau istilahnya curcol di Facebook, tapi kini rasanya tidak bisa lagi. Maklum saja kini semua orang sudah ada di Facebook, bisa-bisa menyindir 1 orang malah 10 orang yang merasa tersindir dan lebih banyak lagi yang merasa tersinggung. Susah memang curhat dengan bahasa tulisan, apalagi dengan sudut pandang berbeda dari masing-masing orang.
Apalagi kini Facebook bukan lagi berfungsi sebagai media curcol, tapi lebih jauh lagi Facebook sudah menjadi alat sharing yang begitu besar dan kuat. Sekali kita menyebarkan informasi apalagi yang sensitif, maka dengan mudahnya informasi itu bisa menyebar kemana-mana, hanya dalam hitungan jam bahkan bisa menit. Padahal informasi itu belum bisa dipastikan kebenarannya, apakah sepenuhnya benar, apakah sedikit dibumbui, atau malah sepenuhnya bumbu.
Facebook kini juga bukan hanya dipenuhi informasi yang belum bisa dijamin kebenarannya, tapi juga dipenuhi iklan, baik iklan yang memang dari penyedia Facebook sendiri maupun dari pengguna sendiri yang menjajakan berbagai macam barang atau jasa. Tidak sedikit juga akun pengguna yang kena hack dan digunakan untuk berjualan oleh orang lain.
Dengan berbagai macam hal itu, rasanya kenyamanan di Facebook mulai berkurang. Malah kadang bingung mau ngapain, mau bikin status apa, mau share apa, ujung-ujungnya malah jadi silent reader saja. Satu-satunya yang hal rutin masih saya lakukan di Facebook saat ini adalah upload foto untuk sekedar eksis dan narsis.
Leave a Reply