Tag Archives: Satori
Obrolan Pagi: Tuhan, E’ek, dan Hantu
Surealisme Cerita Bani untuk Adiknya
Ironi Senyum Semringah para Penjarah
“Ini siapa, Yah?” tanya Satori pas kami lagi sarapan.
Dia menunjuk foto utama di halaman Hukum dan Politik koran Kompas yang aku baca dua hari lalu. Ada tersangka korupsi Gubernur Sumatera Utara Gatot Pujo Nugroho sedang ditahan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Gatot diapit polisi dan pengacaranya. Dia tersenyum semringah dengan mengenakan rompi oranye ala tahanan KPK. Kamera-kamera fotojurnalis merekam mereka.
“Ayah, ini siapa? Kenapa dia?” Satori kembali bertanya dengan setengah berteriak karena aku masih fokus m.
“Maling ditangkap polisi,” jawabku agak asal.
Bingung juga mau jawab apa. Kalau aku bilang koruptor, anakku yang baru berumur tiga tahun itu juga belum tentu mengerti. Maka, maling mungkin jawaban yang lebih tepat untuknya.
“Kok malingnya ketawa-ketawa?” dia lanjut bertanya.
Nah, kalau ini aku benar-benar tak tahu jawabannya. Sejak lama aku sudah menanyakan hal sama, kenapa para koruptor itu sebagian besar suka tersenyum lebar ketika masuk media meskipun mereka jadi tersangka.
Sepanjang jalan menuju tempat kerja, aku masih menanyakan dua ha itu: apakah tepat koruptor disebut maling dan kenapa mereka suka tersenyum meskipun jadi tersangka?
Selama ini, mereka yang melakukan korupsi telanjur disebut sebagai koruptor. Padahal perilaku mereka sebenarnya maling uang rakyat. Mereka menjarah hak orang lain untuk kepentingan pribadi. Maka, jika tak disebut maling, mereka bisa juga disebut penjarah atau garong.
Disadari atau tidak, kata “koruptor” adalah penghalusan atau eufemisme dari kata maling, penjarah, dan garong itu.
Parahnya lagi, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pun, koruptor ini pun diartikan sebagai orang yang melakukan korupsi; orang yang melakukan penyelewengan (penggelapan) uang negara (perusahaan) tempatnya bekerja. Halus sekali.
Kata penyelewengan dan penggelapan itu abstrak. Mari coba bedah satu per satu.
Penyelewengan berasal dari kata seleweng. Berikut makna seleweng menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia daring.
se·le·weng /seléwéng/, me·nye·le·weng v menyimpang dr jalan yg benar (dl arti kiasan spt menyimpang dr tujuan atau maksud, tidak menurut perintah, menyalahi aturan, memberontak, berzina);
me·nye·le·weng·kan v menyalahgunakan sesuatu: – uang negara;
pe·nye·le·weng·an n 1 proses, cara, perbuatan menyeleweng; penyimpangan; pengkhianatan; penyalahgunaan; 2 Huk penyimpangan tanpa landasan (dasar)
Begitu pula kata penggelapan, dari kata dasar gelap.
ge·lap a 1 tidak ada cahaya; kelam; tidak terang: — benar kamarmu itu; 2 malam: hari sudah — , ayo cepat tidur; 3 tidak atau belum jelas (tt perihal, perkara, dsb); samar: tt benar atau tidaknya soal yg dihebohkan itu, bagi saya masih –; 4 rahasia (tidak secara terang-terangan); tidak halal atau tidak sah; tidak menurut aturan (undang-undang, hukum) yg berlaku: perdagangan –;
peng·ge·lap·an n 1 proses, cara, perbuatan menggelapkan: ~ di kota itu terpaksa dilakukan untuk menjaga keamanan kota; 2 ki penyelewengan; korupsi: kasus ~ uang di instansi itu sedang diteliti;
Dua kata di atas, penyelewengan dan penggelapan, hanya memperhalus makna “korupsi”. Padahal jelas-jelas bahwa korupsi itu mencuri uang negara atau perusahaan.
Penggunaan kata koruptor seolah-olah membuat mereka istimewa. Sebab korupsi lalu dianggap sebagai tindakan kejahatan elite, berkelas. Ada semacam stratifikasi tindak kejahatan di mana korupsi kemudian dianggap kejahatan kelas atas.
Maka, para maling berdasi ini pun tak perlu malu ketika tertangkap melakukan korupsi. Buktinya, mereka tetap tersenyum lebar ketika ditangkap dan dibawa ke depan media. Gatot hanya salah satunya.
Gitar untuk Ulang Tahun Satori
Ah, kenapa pula aku lupa untuk menulis ini?
Tentang ulang tahun Satori, anak kedua kami, tiga hari lalu. Ini ulang tahun dia yang kedua. Kami merayakan di rumah saja.
Dia juga mungkin belum mengerti tentang ulang tahun. Jadi ini semacam formalitas kecil-kecilan di keluarga. Biar tidak diskriminatif karena ulang tahun kakaknya yang ketujuh dirayakan agak istimewa tahun lalu.
Senin sore kemarin, kami merayakan di perpustakaan. Bunda menyiapkan kue. Bani dan aku menyiapkan kado. Bani memberikan mainan serangga yang bisa diputar biar bisa berjalan.
Aku membelikan gitar mainan. Niatnya sih gitar beneran atau gitar kecil alias ukulele. Tapi kok ya lumayan mahal, sekitar Rp 300.000. Tak tega juga sama duit untuk membeli barang mahal yang pasti belum bisa digunakan. Hehehe..
Akhirnya, kami membeli gitar plastik saja. Murah meriah. Hanya Rp 35.000. Itu pun Satori sudah keliatan senangnya begitu kado diberikan. Penuh gaya, dia mengalungkan tali gitar itu lalu memainkan senar gitar itu keras-keras.
Inilah alasan kenapa kami berniat banget membelikan gitar untuk Satori. Dia senang banget bergaya ala gitaris ini. Tidak tahu kenapa. Dia sering sekali melakukannya.
Di rumah, misalnya, dia memainkan raket kami maupun raket plastiknya serupa gitar. Gagang raket dipegang dengan tangan kiri, lalu senar raket dipegang dengan tangan kanan di bawah ketiaknya. Raket pun jadi gitar.
Begitu pula kalau di luar rumah. Ketika Bali Blogger Community (BBC) bikin Bloody Valentine, Satori juga sibuk main gitar sama raketnya. Dengan cuek bebek dia genjreng-genjreng gitar di lapangan. Tak terusik sama sekali ketika orang-orang yang lewat godain atau motret dia. Begitu pula ketika anak-anak junior BBC lain mengajak dia main.
Hal serupa sering dia lakukan di banyak tempat.
Sepertinya, apresiasi Satori terhadap musik memang bagus. Tiap kali kami ajak nonton acara musik, dia antusias. Senang dan ikut bergoyang.
Maka, barang kali gitar plastik mainan akan membuatnya lebih serius main gitar.
Selamat ulang tahun, Satori. Semoga beneran nanti kamu bisa main gitar. Tak seperti ayahmu yang gagal seberapa pun belajar untuk bisa memainkannya.