↓ For English version please scroll down
Jika anda menyukai musik padat-berat, blues-rock menjadi tarekat, berhasrat hebat pada psikedelik dan Black Sabbath, maka Suri adalah opsi lokal yang tepat sebagai kandidat.
Setelah pada tahun 2010 merilis album mini, Kisah Kasih Lokalisasi, yang mendapat sambutan cukup hangat, kelompok yang tadinya berformat kuartet dan kini berganti jadi trio ini baru saja beberapa pekan silam menerbitkan album penuhnya, Mothology. Menurut Drexx (drum), Rito (biduan, gitar), dan Gandung (bas), sedikit berbeda dengan album sebelumnya, di komposisi mutakhirnya ini mereka secara musikal makin dewasa, kian berkarakter, lebh mentah, tambah stoned. Memang, jika dibandingkan dengan karya sebelumnya, gaya bersenandung Rito lebih berkerak wiski dan kualitas rekaman serta sound yang lebih bernas akibat dihadirkannya sosok penting di skena jazz, Riza Arshad, menjadi penjaga gawang untuk mixing dan mastering.
Lewat kumpulan tembang terbarunya ini Suri banyak berkisah soal dinamika kehidupan, kemarahan, pemecahan masalah, introspeksi diri, dan, sudah tentu, yang berbau candu.
Mulai mengibarkan bendera pada Oktober 2008, setelah banyak bereksperimen dengan pelbagai anak pinak musik cadas, akhirnya pilihan grup asal Jakarta ini jatuh pada genre daur ulang yang dikenal sekarang sebagai stoner rock—dengan Kyuss dan Electric Wizard sebagai pembuka jalan. Kiprah mereka mulai dikenal publik setelah menerbitkan promo-demo Tiga Puluh pada 2009, lalu split album bersama Serigala Jahanam, Gurun Nestapa, di bawah label Yes No Wave, kemudian Kisah Kasih Lokalisasi yang dirilis secara swadaya.
Dengarkan beberapa lagunya pula simak terus sepak terjang mereka lewat myspace.com/suritheband lalu ikuti detik demi detik dinamika geraknya di Twitter via @_SURI_.
English version
If psychedelia, heavy blues, and Black Sabbath are your tunes of choice, then Suri will make you right at home. A few weeks ago they released their first full-length album titled Mothology. Compared to the previous albums, this new record is stronger in character, mature, rawer, and a lot more stoned stoner rock. The presence of a jazz virtuoso, Riza Arshad, who did the mixing and mastering also created a better, heavier sound.
Originally a quartet, the group was formed in Jakarta in 2008. They started getting attention from the rock scenesters via their promo-demo Tiga Puluh in 2009. Followed in 2010 by a split album with Serigala Jahanam, Gurun Nestapa, released by Yes No Wave label and then self-released Kisah Kasih Lokalisasi EP which opened the door to a bigger audience.
Listen and look very closely at what they are up to via myspace.com/suritheband and Twitter @_SURI_.
________________________
*This article was firstly published on The Beat (Jakarta) #62, April 16-29, 2012
Leave a Reply