Yeay! Siang ini kembali berpetualang di *ehem* RS Sanglah. Setelah hampir 1 minggu vakum, memang adaptasi perlu saya lakukan lagi. Bagaimana tidak, baru masuk saja harus menegangkan urat karena parkir. Kemudian ngurusin surat ijin yg perlu ekstra sabar karena *lagi-lagi* harus menunggu. Setelah menarik nafas panjang saya mencoba untuk menghapykan diri. Surat balasan sudah ditangan, intinya penelitian saya diberikan ijin dengan syarat tidak menganggu perawatan pasien dan membayar uang administrasi sebesar Rp 150.000 (silaken, yg mau penelitian disini kudu siap-siap dana seperti yg tertulis yeeah) okay, okay, okay dan sayapun meninggalkan ruangan diklit setelah bapak made yang baik memberikan kabar jike esok saya bisa datang lagi untuk urus ethical clereance.well..ga ada jawaban lain selain “inggih bapak”
Seperti yang lalu-lalu sayapun menyempatkan diri untuk singgah di ruang cempaka barat, berusaha membiasakan menyerap suasana sekitar. Hari ini berbincang dengan bapak yang sedang panik karena istrinya melahirkan bayi prematur.
Wajah sang bapak tampak lelah, jelas saja sudah 2 hari ia tak dapat tidur dengan tenang. Sejak dokter memberitakan bahwa bayinya terkena sakit kuning. Tanpa saya tanya lebih lanjut bapak ini bercerita tentang istrinya yang malam itu pulang kerja dan mengeluh sakit perut. Awalnya mereka tak berencana melahirkan di rumah sakit, cukup di puskesmas saja. Namun keadaan berkata lain, si bayi mungil harus mendapatkan perawatan intensif. Dengan muka masih menunduk dan tangan melipat-lipat kertas iapun bertanya pada saya, ” dik apakah anak saya akan tetep idup?”. saya hanya bisa menjawab , “kita percayakan pada tenaga medis pak. mari berdoa untuk yang terbaik “. Ahh…bapak ini tersenyum dan malah minta maaf pada saya atas kegalauannya dan kepanikannya, maklum anak pertama, katanya pada saya.
Dari bangku panjang saya pindah ke bale bengong, ada sekumpulan bapak-bapak yang sedang berkeluh kesah satu sama lain. Seorang bapak sedang bercerita, sambil sesekali asap rokok mengepul dari mulutnya. “haduh, tiyang sing ngelah pis. dije ngalap pis pang bek nah?” Ungkapnya sambil tertawa. Tak berapa lama, ia menelepon kerabatnya dan terdengar percakapan lewat loudspeaker. “nah abe be malu 500 kayangene yen ade abe je bien” “nah nah makasi bli nah“. Setelah menutup telepon ia bercerita lagi pada orang-orang di bale bengong. “mih dewa ratu be dadi nak lacur bek jleme jumah ne gelem” ungkapnya sambil mengacak-acak rambutnya,
Di sudut ada sepasang suami istri sedang berbincang. si istri terlihat menitikkan air mata, menceritakan kebingungan apakah anaknya yang sakit kuning akan diajak pulang atau tidak. Si suami berusaha menenangkan, mengusap tangan istrinya. Ada raut bingung dalam wajahnya. Dan memang iapun bercerita tentang keadaan pekerjaannya dan keuangan yang sudah tak bagus lagi.
Huh, hari ini saya semakin banyak belajar dari kehidupan orang lain. Belajar bahwa kehidupan rumah tangga tak hanya memerlukan cintaaah tapi persiapan mental, spiritual, material dan al al lainnya yang memadai.
Menikahlah saat siap.
NB: Neeh…kan…untung ga langsung pulang. Di telpon lagi disuru balik lagi ke diklit. Alamak, god bless me good, dan cerita ini diakhiri dengan ketersesatan saya menuju ruang litbang….. #nyebakGoarGoar
Leave a Reply