selanjutnya apa?

jarum jam sudah menunjukkan angka tujuh, dan yang lainnya di angka dua. di luar nampak mulai gelap, suara klakson mobil bersahutan seolah ingin segera didahulukan. bebal menafikkan pandangan mata dimana kukira mobil – mobil lainnya berjejer tak bergerak di depan. tapi memang seperti itulah penduduk jakarta. entah mereka pada buta, atau memang enggan untuk melihat adanya kemacetan dan terus saja menekan klakson yang tak lebih menambah penat belaka.

satu gelas dengan ampas kopi, gelas lain berisi air putih yang hampir tandas, dan satu piring menyisakan tiramisu yang (lagilagi) kukira sudah hampir kering.

sesekali melihat layar ponsel. sama saja, riuh dimana -mana. manusia berkicauan, tanpa tahu siapa yang akan mendengarkan. dan akupun terkadang demikian. hanya untuk memuntahkan lompatan pikiran, ide, sarkasme dan kadang tak lebih hanya ingin menarik perhatian.

jadi ingat perkataan seorang teman beberapa waktu yang lalu, “kamu tau…kamu tak cocok melakukan apa yang kamu lakukan sekarang.”

dan demi hari aku makin paham apa yang dia katakan. dunia terlalu riuh, dan seringkali kukira aku tak ada disitu. pesan seperti deretan iklan yang muncul sesekali lalu tenggelam. pikiran tak ubahnya sebuah celethukan tanpa pikir panjang. emosi menguap seiring dengan kata yang ditumpahkan di linamasa. lalu selanjutnya menghilang.

tak ada lagi sepi, tak ada lagi ruang untuk bermain dengan kata – kata. semua menjadi begitu tergesa. persis seperti apa yang terjadi dijalanan di luaran sana.

selanjutnya apa?

aku seruput kopi, tegukan terakhir. satu jam tanpa deadline, satu jam yang begitu sunyi. dan kembali, aku meragukan diriku lagi..


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *