rasanya seperti baru kemarin menulis tentang hiruk pikuk mencari sekolah buat si ghandar, tapi bulan ini sudah kenaikan kelas aja. eh, bahasa buat anak tk itu apa sih? kenaikan kelas juga kan ya? atau keaikan jenjang? ah, pokokmen begitu. dan berhubung daftar ulang sudah dilakukan desember lalu, kadang saya pikir ini juga masih pergeseran semester. ๐
jadi apa kabar ghandar dalam 1 tahun sekolahnya? wah, kabarnya banyaaakkkk…
sebagai orang yg sempat mengaku sebagai blogger, di sini saya merasa benar-benar sedih. hahaha. habis boro-boro ngupdate perkembangan ghandar, nulis aja ngga pernah. sepertinya keseringan nulis buat client. ๐
kembali ke ghandar. hmmm… apa yang sudah terjadi dalam 1 tahun sekolahnya?
banyak.
sekarang anaknya sudah mulai bisa bergaul, ngga lagi se- solitaire sebelumnya. atau mungkin memang dia sudah melewati fase tumbuh kembang emosinya, sehingga lebih rileks dan berani untuk berinteraksi dengan orang lain, terutama orang dewasa. karena sebelumnya dia sangat pemalu, dan penyendiri. untuk ini sih sebenarnya ngga jauh beda dari saya dan ayahnya ๐ nah, anaknya sekarang jauh lebih ramah dan komunikatif.
lalu, dia juga sudah mulai berkenalan dengan bahasa inggris. kalau ini sih karena sekolahnya memang memakai porsi yang lumayan banyak, sekitar 60% dari bahasa pengantarnya memakai bahasa inggris. saya tidak terlalu memusingkan ketika ghandar hanya bisa mengetahui arti beberapa kata,karena memang ini bukan prioritas di keluarga kami. nanti bisa lah belajar pelan-pelan, pada umur yang pas.
kemudian, ghandar juga sudah bisa membaca. yay!
meski untuk hal ini banyak pro dan kontra, tapi karena lagi-lagi value keluarga kami salah satunya adalah membiasakan membaca dr kecil, yaaa..akhirnya memang ghandar belajar membaca lebih awal, tidak harus menunggu ketika dia sudah mulai SD. toh, kalau dia enjoy, tak jadi masalah juga kan? dimulai dari belajar mengeja huruf – kemudian membaca judul – dan sekarang dia sudah bisa menikmati membaca 1 buku.
dibandingkan kemampuan akademis, saya dan suami lebih khawatir dengan perkembangan emosinya. kami, -setidaknya- harus membekali dengan beberapa pemahaman, atau bersiap untuk segala pertanyaan yang kadang sangat ajaib. kami tetap ingin menjadi source of information atau reference buat ghandar meski dia sudah bersekolah dan terjun di lingkungan yang majemuk dengan berbagai latar belakang yg berbeda.
berbicara tentang lingkungan majemuk, sebenarnya bukan hanya soal ras atau kemampuan ekonomi. lebih dari itu, value yang juga berbeda. jadi, pernah suatu hari si ghandar ngebet banget ingin nonton pertunjukan lumba-lumba di kompleks yang ngga jauh dari tempat tinggal kami, juga sekolahnya. ngebet karena teman-temannya sudah nonton. meskipun saya seringkali bilang ke ghandar, “ngga boleh pengenan, kan ngga semua yang kita mau bisa kita lakukan.” tapi sepertinya hal itu ngga mempan jika menyoal lumba-lumba, karena dia tau biaya masuknya 15rebu dan saya punya uang sejumlah itu. apalagi, -lagilagi- teman-temannya banyak yg nonton. jadilah akhirnya saya katakan, “lumba-lumba tersebut ada di kolam kecil, yang kalau ditonton banyak orang, maka dia akan pusing.” saya mulai menyelipkan rasa iba, atau cinta kasih pada makhluk hidup lainnya.
dan ternyata, dia lebih paham ini. maka tak pernah dia meminta lagi mau nonton lumba-lumba. syukurnya juga, di kelas ghandar tidak ada acara menonton lumba-lumba bersama, -karena ada kelas lain yg melakukan-, dan ini memudahkan saya menanamkan value keluarga kami.
Leave a Reply