Mataku terbuka, terlihat hutan bakau didepanku. Rasa kantuk itu langsung sirna karena aku merasa ada keanehan yang luar biasa diluar nalar. Masih dalam keadaan nyetir aku bertanya-tanya, “Lho mana restoran Utama itu? Mana pom bensin nya? Kok kayaknya belum nyampe ya? Wah kelewatan nih”.
Untuk puaskan rasa penasaran, mobil tetap kulajukan, berkelok, lurus, berkelok lagi sampai pada tanjakan terakhir selepas Paiton, terdapat dua tebing mengapit jalanan dan menurun lurus menuju ke Besuki. Akhirnya pertanyaan itu jadi yakin terjawab, restoran Utama telah lewat, gara-gara aku ketiduran!
Sambil menyusuri jalan ke Besuki, pertanyaan selanjutnya muncul, “Lha siapa yang nyetir tadi ya?”. Ingatan terakhir adalah nun jauh di belakang sana di jalan turun selepas warung-warung PLTU Paiton. Harusnya kan aku celaka?.
Rasa kantuk itu menyerang di Kraksaan, sebuah kota kecil setelah kota Probolinggo. Aku mulai nyetir mobil dari Mojokerto sebelum maghrib. Bersama istri dan adik ku berbuka puasa dulu di Mojosari. Selepas itu melaju ke Gempol, Pasuruan dan Probilinggo. Ketika sampai di Kraksaan, rasa kantuk mendera. Aku berusaha usir itu dengan mencubit pipi, elus-elus rambut, meremas nya dan kadang menampar pipi sendiri.
Menahan kantuk itu sampai Paiton dan aku bertekad untuk berhenti di Restoran Utama yang ada pom bensin nya, ada juga mushola nya dan aku akan tidur disana beberapa menit. Biasanya restoran itu tempat favoritku untuk istirahat ketika mondar-mandir Jawa – Bali.
Posisiku masih di jalanan menanjak samping PLTU Paiton. Ada 2 truk besar berjalan merambat, aku mengikutinya dari belakang dan nggak berani salip karena dulu pernah nyalip trus Polisi tiba-tiba keluar dari sebuah pos didepan sana dan ketilang!. Kapok!.
Truk-truk itu merambat sampai warung-warung PLTU Paiton dan aku tetap mengikutinya, blum bisa salip. Jalanan menurun dan masih berusaha kerasa menahan kantuk. Truk itu masih kuikuti dan kesadaranku tiba-tiba tertuang sesuai di awal tulisan ini. (Silakan baca kembali tulisan ini dari awal).
Aku tidak jadi mampir restoran itu karena aku nggak ingat dan kemungkinan aku tidur berat, sambil nyetir. Jarak antara kehilangan kesadaran dan mulai sadar kurang lebih 3,7 km. Lantas siapa yang belokin mobil ke kiri agar tetap dijalur?, mempertahankan mobil tetap lurus? membelokkan lagi mengarah sampai hutan-hutan bakau itu?.
Untuk meyakinkan diri bahwa memang diriku hilang kesadaran alias tertidur sambil nyetir, aku tanya ke adikku tentang caraku nyetir selepas PLTU. Adikku Dimas bilang, “Aku ya heran mas, tumben nyetir di belakang truk lama sekali dan nggak nyalip-nyalip. Aku nggak tahu klo itu tertidur hahaha”.
Jika kuingat tentang jalur turunan selepas warung PLTU Paiton, dulu pernah terjadi kebakaran bus yang menewaskan seluruh penumpangnya. Bus itu dari arah berlawanan yaitu posisi menanjak, membawa rombongan sepulang dari Bali. Kecelakaan tragis antara truk tronton, Bus dan colt box. (Sumber: http://www.kaskus.co.id/thread/5324… )
Dan dititik itulah aku kehilangan kesadaran, tertidur (?) sampai 3,7 km setelahnya (hutan bakau).
Apakah peristiwaku ini akibat ketarik aura mistis daerah tersebut? Wallahualam aku tidak mengalami mimpi mistis atau kejadian aneh semasa tertidur. Yang jelas, Allah masih menyayangi aku. Itu saja Sekaligus mengingatkan ku untuk kesekian kali agar segera menepi jika kantuk itu datang atau gantian nyetir.
Hati-hati kalau lewat situ ya guys. Tanjakan dan turunan PLTU Paiton! Ternyata sudah ditetapkan sebagai jalur Tengkorak!
Leave a Reply