Mendekatkan Ababil dengan Idolanya

Tiba-tiba salah satu anak menjerir histeris. “Whaaaaa!” teriaknya.

Kami semua langsung menyoraki. Tapi, Jeni, salah satu anak di Naknik Community ini pede habis. “Biarin,” serunya pada lima anak lainnya.

Malam itu mereka dan aku di ruang perpustakaan rumah kami. Perpustakaan ini memang jadi tempat anak-anak di gang kami, tergabung dalam Naknik Community, untuk berkumpul. Kadang sekadar ngobrol atau main. Kadang untuk belajar bersama seperti malam itu.

Kali ini mereka belajar tentang jejaring internet. Mereka semua sudah punya Facebook dan biasa menggunakannya. Blog bersama juga ada meski jarang diperbarui. Nah, kali ini mereka belajar Twitter, jejaring sosial yang melahirkan demam di mana-mana.

Menggunakan tiga laptop dengan internet dari android sebagai access point, enam anak ini pun belajar membuat akun Twitter satu per satu. “Biar keren,” alasan mereka ketika ketika aku tanya untuk apa bikin Twitter.

Dan, inilah mereka, @ayusugiantari, @isantika,  @agusnaknik, @wilnaknik, @meirisma, dan @shannyshamanta. Kecuali @meirisma yang sudah punya akun jauh-jauh hari sebelumnya, lima anak lain baru bikin malam itu.

Lalu, mereka follow siapa? Pertama-tama tentu saja mereka aku paksa follow @antonemus dan @balebengong. Kapan lagi bisa memaksa orang untuk jadi follower kalau bukan malam ini. Hahaha..

Setelah mereka follow aku dan @balebengong, mereka langsung mencari nama-nama yang tak aku kenal sama sekali. Begitu ketemu, langsung mereka histeris. Aku tanya siapa sih yang difollow. “Personil semes,” jawab mereka.

Oalah. Ternyata mereka langsung berburu personil SM*SH, boyband yang lahir dan besar di jejaring sosial juga. Aku tak tahu persis bagaimana sejarah SM*SH ini. Namun, yang pernah aku tahu, mereka besar juga karena aktif di jejaring sosial, seperti YouTube dan Twitter.

Dan, sangat mungkin, anak-anak baru gede labil (ababil) seperti para tetanggaku inilah yang membesarkan boyband semacam SM*SH ini.

Begitulah. Jejaring sosial memang terasa benar memutus jarak antara idola, seperti SM*SH, dengan para penggemarnya, misalnya anak-anak gang di pinggiran Denpasar ini. Melalui jejaring sosial seperti Twitter, anak-anak ini jadi merasa lebih dekat dengan idolanya, sesuatu yang sangat susah mereka jangkau di dunia nyata.

Maka, Jeni dan Tata, dua abege yang masih SD ini jejingkrakan tak karuan setelah mengikuti akun para idolanya. “Enak banget, ya. Jadi langsung tahu mereka,” kata Tata.

Foto diambil dari sini.


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *