Masih Amankah Bali ?

Mengingat kembali suasana Bali sebelum tahun 90-an, terasa ada sesuatu yang hilang dan sepertinya sulit untuk kembali lagi, keamanan. Ya, itulah yang sangat berbeda terasa dengan Bali sekarang ini. Beberapa hari terakhir ini berbagai berita yang membuat miris banyak menghiasi media lokal seperti pembunuhan, pencurian dengan kekerasan, perang preman dan lain-lain yang kini serasa sudah terbiasa dan tidak aneh lagi terdengar. Sering kali terdengar khabar kehilangan motor yang diparkir didepan rumah, kasus penusukan majikan, sampai pada perdagangan obat terlarang dan perdagangan manusia.

Dulu semua itu sangat asing dan aneh terdengar jika peristiwa semacam itu terjadi di Bali, bahkan terbayangpun tidak. Semua orang begitu menjunjung tinggi nilai –nilai luhur, moral, dan agama. Setiap orang saling menghormati dan saling peduli dengan sesama, begitu rukun penuh semangat kekeluargaan, gotong royong dan begitu takut akan hukum karmaphala. Semua itu menyebabkan Pulau Bali laksana surga yang penuh dengan kedamaian, keramahan dan keindahannya.

Sungguh jauh berbeda dengan yang terasa saat ini, berbagai macam jenis kejahatan dengan modus yang semakin beragam, berani dan terang-terangan berbuat kejahatan.didepan umum. Sepertinya semua itu bukan hal yang terasa jauh lagi dari keseharian masyarakat Bali. Waktu terjadinya kejahatan pun tidak dipilih –pilih lagi, entah itu pagi,malam, sore, dini hari, bahkan disiang bolong pun semua itu bisa saja terjadi. Tidak memandang hari biasa, bahkan pada hari Raya Agama yang semestinya disucikan berbagai peristiwa memilukan bisa terjadi. Terlebih pada momen pemilihan pemimpin daerah dan wakil rakyat baik dari tingkat desa, kecamatan, Kabupaten , Provinsi maupun pemimpin negara.

Sebuah pengalaman yang cukup membuat cemas saya alami kemarin pagi, disaat saya dan istri baru berangkat bekerja hanya tinggal pembantu dan anak-anak yang masih kecil di rumah. Menurut cerita pembantu dan anak, tiba-tiba datang seorang laki-laki dengan gaya yang cukup meyakinkan mengatakan bahwa kami sudah beberapa bulan ini tidak membayar listrik (padahal sebenarnya kami tidak pernah melalaikan kewajiban tersebut) kemudian menggertak bahwa listrik dirumah kami harus disegel jika hari itu tidak dilakukan pembayaran, menanyakan apakah bisa dilakukan pembayaran atau tidak saat itu. Pembantu begitu ketakutan dan mengatakan bahwa tidak ada uang dirumah dan beranjak ingin menelpon saya dan istri tetapi tiba-tiba dicegah oleh orang itu dan hanya diminta mengatakan no HP kami, setelah diberitahu, orang itu sekali lagi dengan cukup meyakinkan berpura-pura menelpon istri saya. Dari pembicaraan telepon itu dikatakan bahwa kami sudah melakukan pembayaran tepat waktu dan bukti pembayarannya kami taruh dilaci meja dirumah.

Dia mengatakan bahwa kami menyuruh untuk mencari bukti pembayaran tersebut di laci sehingga serta merta pembantu mencarikannya sambil menggendong anak kami yang masih balita. Entah situasinya seperti apa, orang itu ikut masuk rumah dan ikut mencari dengan mengubek-ubek isi meja, lemari dan seluruh ruangan pribadi kami. Orang itu bahkan membuka-buka lemari tempat istri saya menyimpan beberapa perhiasan seadanya seraya berusaha memegangnya, untunglah hal itu sempat dilihat oleh pembantu dan berusaha mencegah untuk agar jangan diambil, anehnya pembantu tidak tergerak untuk curiga lebih jauh sehingga tidak ada niat untuk berteriak minta tolong para tetangga. Sebenarnya rumah kami berada pada lingkungan perumahan yang relatif ramai dengan tetangga yang cukup akrab, bahkan sebagian besar dari mereka adalah anggota polisi. Disaat rumah diubek-ubek tersebut, entah akibat dorongan apa kebetulan istri saya menelpon ke rumah, telepon diambil oleh anak kami yang lebih besar yang masih berusia 5 tahun dan berbicara dengan ibunya. Mengetahui ada komunikasi antara anak saya dan ibunya, dengan sangat terburu-buru orang itu mengatakan bahwa dia harus pergi dan akan datang nanti sore saat kami sudah pulang dan orang itu langsung pergi.

Mengetahui ada kejadian seperti itu, istri dan saya (yang ditelepon istri) merasa cemas  dan bergegas pulang, begitu mencemaskan anak-anak kami yang masih kecil, demikian juga beberapa barang yang cukup penting bagi kami walaupun tidak banyak. Syukurlah mereka dalam keadaan baik-baik saja walaupun sebuah HP LG KC550 raib diambil orang itu. Tidak bisa dibayangkan situasinya seandainya pembantu merasa curiga, berteriak dan orang itu merasa terdesak sehingga membahayakan anak-anak kami, kami bersyukur Tuhan melindungi kami. Dan akhirnya kami mendapat suatu pelajaran yang penting agar selalu WASPADA dan WASPADA..kepada siapapun!!

Pertanyaan tentang keamanan Bali dulu dan sekarang selalu timbul dalam hati saya, entah apanya yang salah, apakah semua ini berhubungan dengan perkembangan Bali yang memang sudah jauh berubah dan apakah moral kita memang sudah jauh terdegradasi sehingga bisa menghalalkan segala cara untuk memenuhi kebutuhan hidup yang semakin kompleks. Ataukah ini ada hubungannya dengan karma kita sebagai masyarakat Bali yang sudah semakin jauh dari nilai-nilai agama dan budaya suci warisan leluhur?

Lalu dimanakah janji Bapak-Bapak pemimpin yang saat kampanye selalu berapi-api akan menjaga keamanan Bali?…Yah, janji tinggalah janji…!!!

Semoga Bapak-Bapak selalu diingatkan dengan apa yang pernah terucap !!!.

Share/Bookmark


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *