Kalau membuat target program, sesuaikanlah dengan kemampuan. Tak usah muluk-muluk berharap mengubah sesuatu yang tak bisa langsung kita pengaruhi.
Begitulah pesan penting dalam lokakarya Pemantauan dan Pendokumentasian Dampak dan Pengaruh Program. Lokakarya di Cilacap, Jawa Tengah ini diadakan Misereor, lembaga donor dari Jerman. Pesertanya para mitra Misereor dari berbagai wilayah, seperti Cilacap, Jambi, Jakarta, Yogyakarta, Bali, Flores, Timur, hingga Papua.
Aku ikut mewakili VECO Indonesia, tempatku kerja paruh waktu. Misereor salah satu yang mendukung program kami selain lembaga donor lain seperti DGOS, Novib, dan lain-lain.
Dalam lokakarya yang akan berjalan selama tiga hari pada 30 Mei – 2 Juni itu, sekitar 20 peserta belajar bagaimana memantau dampak program. Dari sini aku kemudian baru tahu bagaimana membedakan output (keluaran), outcome (hasil), dan impact (dampak), dalam sebuah program.
Selama ini, banyak yang ingin mendapatkan dampak, padahal dia bukan sesuatu yang bisa kita pengaruhi langsung.
Ini contohnya. Dalam program tentang pertanian berkelanjutan. Target yang ingin dicapai mungkin naiknya taraf hidup petani. Tapi, naiknya taraf hidup ini sebenarnya dampak, bukan keluaran atau hasil. Untuk mencapai dampak tersebut, banyak faktor yang berpengaruh, tak bisa hanya dari satu faktor, dukungan dari lembaga pelaksana program.
Peran yang bisa dimainkan lembaga pelaksana program hanya dari keluaran dan hasil, bukan dampak. Keluaran ini, misalnya, adanya kegiatan yang dilaksanakan. Lalu, hasil antara lain adanya sejumlaj petani yang ikut program. Soal apakah petani itu kemudian menerapkan ilmu baru atau tidak, itu bukan wilayah yang bisa dikendalikan lembaga pelaksana program. Si lembaga hanya bisa memengaruhi, tak bisa melaksanakan.
Ruwet? Mungkin contoh lain ini lebih membantu.
Anggaplah kita membuat rujak. Input yang kita gunakana adalah cabe, petis, gula, garam, buah, dan bahan-bahan lain yang kita gunakan. Keluaran dari input-input ini adalah rujak. Lalu, hasilnya adalah rasa pedas.
Nah, soal apakah orang suka atau tidak itu bukan kita yang tentukan. Orang suka atau tidak itu dampak. Kita hanya bisa memengaruhi tapi tak bisa mengendalikannya. Usaha yang bisa kita lakukan hanya sampai pada tingkat meracik bumbu berdasarkan bumbu yang ada. Kita tak bisa memaksa orang menyukainya.
Pelajarannya kemudian, sesuaikanlah target kerja dengan asupan alias input yang kita punya. Kalau memang baru belajar berdiri ya tak usah berharap bisa berlari. Cukuplah belajar jalan dulu setelah itu. Ini yang namanya realistis.
Foto diambil dari sini.
Leave a Reply