Tengah malam pukul 00.30.
Aku memacu motorku kencang. Jalanan yang tidak begitu ramai membuatku leluasa untuk melaju dengan cepat diantara malam yang semakin larut. Udara dingin menampar wajahku.
Aku mulai mengurangi kecepatan motorku dan berhenti tepat di garis lampu lalu lintas. Lampu warna merah menyala dengan terang, kontras dengan suasana temaram di jalan ini. Jalan ini adalah perempatan antara jalan Hasanudin dengan jalan Gunung Kawi. Jalan yang siang hari selalu padat dengan kendaraan bermotor karena di ujung Utara jalan Gunung Kawi ini adalah sebuah pasar.
Tanpa sadar aku melihat ke kanan dan tersenyum. Melihat sebuah toko yang membuat ingatkanku melayang tentang rasa rindu yang kupunya dulu.
Di sebelah kiriku seorang bapak-bapak tua duduk diatas motor tuanya dan berkonsentrasi dengan lampu merah. Di belakangku beberapa mobil terlihat sabar menunggu. Kendaraan mulai berdatangan dan dengan tenang menunggu di belakang garis dari lampu lalu lintas. Semua orang mengantri dan menunggu.
Lampu lalu-lintas ini masih berwarna merah, orang-orang masih sabar menunggu dan seperti terlihat asyik memandangi lampu merah itu. Aku merasa orang-orang seperti terhipnotis. Diam dan menunggu lampu berwarna hijau. Padahal kalau saja mereka mau, mereka bisa saja tidak mengindahkan lampu merah itu, melaju menerobosnya karena jalan yang bersimpangan sudah tidak ada kendaraan yang lewat dan polisi lalu lintas juga tidak ada.
Aku jadi bertanya-tanya tentang ini. Apakah mereka berhenti dan setia menunggu lampu lalu lintas itu menjadi hijau karena alam bawah sadar mereka “memerintahkan” untuk tidak menarik gas dan melajukan kendaraan mereka ataukah mereka berhenti dengan kesadaran bahwa lampu lalu lintas ini membantu mengatur mereka berkendaraan agar semuanya selamat sampai di tujuan?
Lalu pertanyaan lain muncul di kepalaku, apa gunanya aku tahu tentang itu? Aku sendiri tadinya berhenti karena melihat lampu merah dan reflek saja menginjak rem dan berhenti di garis lampu lalu lintas ini.
Setelah ku pikir, lebih baik hal-hal kecil seperti ini dikerjakan oleh alam bawah sadar. Sama seperti hal-hal kecil baik lainnya seperti membuang sampah pada tempatnya, meletakkan kembali barang pada tempatnya, menyikat gigi sebelum tidur atau bahkan menolong orang lain yang membutuhkan pertolongan. Alam bawah sadar bertindak cepat dan tanpa kita sadari. Setidaknya dia tidak membuat kita berpikir apakah membuang sampah pada tempatnya akan menghasilkan pahala yang memberi surga dengan bidadari-bidadarinya. Tindakan kita menjadi tulus.
Lampu berubah hijau.
Aku menarik gas motorku kencang, membiarkan angin dingin menerpa wajahku. Kendaraan yang lain juga melakukan hal yang sama. Memacu kendaraannya untuk membawa mereka ke tempat yang mereka inginkan.
Pada akhirnya pertanyaanku tetaplah hanya pertanyaan tanpa jawaban. Tapi yang penting ketika lampu merah semua mau berhenti di garis lampu lalu lintas dan setia menunggu lampu hijau datang bahkan ketika malam yang sepi sekalipun.
Leave a Reply