Sepertinya orang Amerika tidak bisa tenang. Apalagi pejabatnya.
Tak heran jika rombongan dari pemerintah Amerika Serikat yang bawaannya paling gawat dibanding rombongan pejabat negara lain. Jika rombongan pejabat dari negara lain hanya dikawal sesama diplomat, maka rombongan Menteri Luar Negeri Amerika, Hillary Clinton selalu dikawal tim pengamaman dipolomatik alias Diplomatic Security (DS).
Aku ikut dalam rombongan Hillary Clinton ini sebagai embedded blogger atas undangan Kedutaan Besar Amerika. Jadi, aku bisa ikut ke pertemuan mana saja yang dihadiri Hillary selama empat hari di Bali untuk ikut pertemuan menteri luar negeri anggota ASEAN.
Karena itu, aku bisa melihat dari dalam bagaimana gawatnya pengamanan pejabat Amerika oleh DS ini. Sejak hari pertama, ketika penjemputan Hillary, suasana gawat itu amat terasa bagiku. Anjing pelacak, tim pendeteksi dan penjinak bom, ratusan pengawal berbadan tegap dan berkaca mata hitam. Bagiku, semua itu mempertegas rasa tak nyaman tersebut.
Penampilan para DS ini juga amat kelihatan. Mereka berpostur rata-rata di atas 185 cm dan berambut cepak. Karena itu mereka menonjol di antara peserta pertemuan lain yang sebagian besar orang Asia. Sikap para pengawal yang terus menebar pandangan siaga ke mana-mana serta tak pernah senyum jadi penanda lainnya.
Gawatnya tim pengamanan ini juga terlihat saat rombongan kendaraan, rata-rata sih sampai 17 mobil, bergerak. Di beberapa mobil, terlihat para pengawal ini membawa senjata laras panjang. Aku bukan ahli senjata seperti ini. Jadi tak tahu apa jenis senjata tersebut. Poinku cuma bahwa adanya senjata laras panjang pada rombongan ini menambah suasana tegang dalam rombongan.
Pertanyaan di kepalaku, ketika rombongan pejabat tinggi dari negara lain biasa saja, kenapa dari Amerika begitu gawatn ya?
“Biasalah. Makin banyak ngurusi orang lain ya makin banyak musuhnya juga. Jadi, mereka makin takut sendiri,” jawab seorang teman.
Jawaban teman itu mungkin bisa mewakili perasaan orang Amerika plus pejabatnya. Negara adi daya ini dikenal juga sebagai polisi dunia. Bawaannya pengen ikut campur urusan negara lain.
Di Indonesia saja, melalui CIA, mereka sudah dikenal ikut campur dari seluruh orde, Lama, Baru, Reformasi, juga hingga saat ini. Buku Membongkar Kegagalan CIA karya Tom Weiner bisa jadi rujukan campur tangan Amerika ini di hampir semua benua.
Tak heran jika banyaknya campur tangan ini juga memicu banyaknya lawan. Ada lawan yang kalem, tapi tak sedikit pula yang melawan secara frontal. Maka, selama Amerika masih juga senang campur tangan negara lain, selama itu pula pejabatnya ke mana-mana akan penuh dengan pengawalan.
Jadi, di balik kedigdayaannya, sebenarnya pejabat Amerika itu penuh ketakutan. Seperti sekarang.
Foto diambil dari Pakistan for Peace.
Leave a Reply