Keberagaman

Acara nonton tv ketika kami didudukan bersama didepan sebuah layar yang menyuguhkan adegan perang-perangan dan kekerasan yang berlandaskan RAS tertentu, bakal dipastikan akan muncul mimik muka yang tersenyum atau malah tertawa. begitulah yang terjadi ketika kami dalam satu rumah munggil sedang bersantai melihat tv keluarga yang menyuguhkan adegan-adegan seperti diatas.

keberagamanrumah munggil kami hanyalah gubuk yang dengan keyakinan kesederhaan dan kebersamaan, kami bisa membangun suatu kelompok yang saling berbagi dalam lingkungan keluarga. untuk sebagian orang, rumah kami sering disebut-sebut sebagai rumah yang campur aduk dalam berbagai urusan. termasuk didalam hal urusan mendasar manusia yaitu agama. entah kenapa oleh kedua orang tua kami, dari kecil kami dididik untuk mengenal bagaimana menghargai dan menjunjung tinggi hak orang perorang dalam wilayahnya masing-masing.

ternyata ketika saya sadari bahwa dalam hal prinsip, setiap orang mempunyai tanggung jawab sendiri-sendiri. entah dengan siapa orang tersebut akan menyerahkan tanggung jawabnya, yang pasti, orang lain tentu tidak akan turut campur dalam hal tersebut.
dan disitulah dalam ranah kekeluargaan, orang tua kami tidak pernah memaksa untuk mengikuti suatu ikhwal tertentu dari suatu ajaran tingkah laku yang dituangkan dalam ajaran agama.

kami dari kecil diperbolehkan untuk memilih sesuai nurani kami. kebebasan yang sebebas-bebasnya seperti cerita dari adik-adik menurut orang tua kami. mereka bermain bersama teman-temannya, dan pada suatu kondisi menjelang sore. teman-temannya tersebut membubarkan diri satu persatu. ceritanya mereka mencari tahu kenapa mereka pada pulang menjelang mahgrib. dan ikutlah mereka bersama temannya yang ternyata mereka bertujuan untuk ke mushola untuk mengaji.
dilain tempat, ibu sudah khawatir dengan kedua putra putrinya yang belum juga pulang dari main ketika malam semakin gelap.
selepas mengikuti teman-temannya untuk beraktifitas di mushola, dua orang ceria ini berlarian masuk kedalam rumah dengan masing-masing satu permintaan. yang satu minta sajadah dan kopiah, yang satunya lagi berharap dibelikan rukok dan sajadah. sedangkan ekpresi bapak-ibu melihat kedua anaknya yang merengek-rengek minta sesuatu tersebut hanya mengiyakan.
ternyata setelah mereka berdua makan, bapak dengan dandanan rapi sudah duduk diatas motor untuk berangkat membelikan keperluan yang mereka minta.

kehangatan bagaimana kami berbagi juga tercermin dari bagaimana kami merayakan hari raya masing-masing. ketika musim lebaran tiba, kedua orang tua kami sudah pasti membelikan semua anak-anaknya baju baru. tanpa membedakan siapa yang merayakan, kami sekeluarga akan berkumpul dan bersama-sama merayakan lebaran.
begitu juga ketika hari raya galungan atau kuningan. dengan sabarnya ibu akan membantu bagaimana kami memakai selendang dan baju beserta mempersiapkan perlengkapan ke pura.
terkadang kami bersama-sama berangkat dan diakhiri dengan menonton drama gong khas bali yang selalu ada di setiap perayaan hari raya di pura blambangan yang jaraknya tidak begitu jauh dari rumah kami.

dan untuk saat ini, hanya kebersamaan dan kebahagiaan yang selalu kami jaga. keberagaman membuat kami saling belajar bagaimana kami bertanggung jawab terhadap diri kami sendiri dan nilai tersebut malah semakin membuat bagaimana kami mengerti akan esensi ajaran tingkah laku yang dituangkan dalam ajaran kitab suci.
Selamat belajar kawan..


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Hosted by BOC Indonesia