Tak perlu antre sama sekali.
Kami bisa langsung mendapatkan pelayanan dari bidan Ni Wayan Darsini ketika sampai di rumahnya Kamis sore lalu. Padahal, kalau di dokter anak, kami harus antre setidaknya satu jam.
Begitu masuk ruang pemeriksaan di rumah sekaligus tempat praktik bidan, anak kedua kami, Satori Nawalapatra, pun ditimbang kemudian disuntik imunisasi. Ketika Satori menangis dan membuka mulutnya lebar-lebar, bidan meneteskan imunisasi lainnya.
Semua tahap tersebut tak sampai 15 menit.
Setelah ngobrol sebentar tentang kemungkinan dan cara mengatasi demam setelah imunisasi, kami pun bayar. Harga untuk pelayanan tersebut hanya Rp 25.000. Padahal itu untuk dua jenis imunisasi, DPT (suntik) dan polio (tetes), plus biaya konsultasi.
Jelaslah, imunisasi di bidan tak hanya lebih cepat tapi juga murah. Ada pula keuntungan lain, jaraknya sangat dekat. Tak sampai lima menit dari rumah kami di Jalan Subak Dalem, daerah pinggiran Denpasar Utara.
Karena itu, bagi kami, imunisasi di bidan jauh lebih bagus dibandingkan ketika imunisasi di dokter anak.
Anak kedua kami sudah berusia dua bulan. Dia sudah dua kali imunisasi di dokter anak. Jadi, kami bisa membandingkannya.
Ketika imunisasi di dokter anak, alasan kami sih karena biar lebih bagus. Meskipun lebih jauh dari rumah, kami pun membawanya ke dokter anak di salah satu rumah sakit ibu dan anak di kawasan Gatsu Tengah, Denpasar.
Pelayanan dokter anaknya sih bagus. Dia bersahabat. Dia juga mau menjelaskan apa saja yang kami tanyakan. Cuma untuk mendapatkan pelayanan itu kami harus antre sekitar satu jam. Bayarnya juga mahal. Konsultasi dengan dokter saja sudah Rp 100.000.
Itu belum termasuk harga obat. Sebagai ilustrasi, untuk imunisasi combo meliputi DPT, polio, dan HiB, pasien harus bayar Rp 500.000.
Padahal, kami hanya bayar Rp 25.000 di bidan meski belum termasuk imunisasi HiB. Kata bidan sih untuk imunisasi HiB hanya bisa di dokter dengan harga sekitar Rp 250.000. Tetap saja lebih murah.
Aku sama sekali tak menyalahkan tarif dokter anak yang lebih mahal dibandingkan bidan. Itu amat wajar. Lha wong pendidikan mereka lebih tinggi. Aku justru mengoreksi diri sendiri. Kenapa juga harus imunisasi atau periksa ke dokter anak. Padahal di bidan juga bisa. Itu saja sih.
Leave a Reply