“Pri ?..”
“Ya ?” sahutku.
Suatu siang di sudut sebuah cafe di salah satu mal di Jakarta.
“Mau nanya nih“.
“Wah gue blom belajar. Besok aja ya. ”
“Rese !. Serius ni“.
Wajahnya sedikit cemberut.
Kita sudah satu jam disini, menghabiskan satu gelas ice capucinno dan hot chocolate hanya melihat-lihat orang-orang yang dengan semangat berlalu-lalang sambil membawa kantong-kantong besar belanjaan.
“Nanya paan siy ? Segitunya. Bukan mau nembak gue kan?“.
Ia mencubitku keras.
“Duhh sakit. Gila loe nyubit kayak kepiting aja“.
“Abis gue serius loe becanda mulu“.
Wajah cemberutnya semakin terlihat. Sudah menjadi kebiasaannya mencubitku keras kalau aku bercanda saat ia sedang ingin serius.
“Nanya apaan emangnya ?”
“Hmm…Cewek cantik itu kayak gimana ?”
“Cantik ?”
“Iya, yang fisiknya cantik. Cewek tipe eloe lah. Yang gimana ?”
Aku memandangnya serius.
“hmm..gini. Liat cewek yang baju merah itu gak ?. Yang lagi ngobrol didepan itu. Arah jam 9”
Ia memalingkan wajahnya melihat ke sebuah butik.
“Hu uh”
“Gue suka ce yang rambutnya kayak gitu. Rambut sebahu, lurus dan dilayer.”
“Nah, itu yg berdiri disana. Arah jam 6.”
Ia menoleh memperhatikan wanita yang kutunjuk.
“Gue suka yang kulit asia kayak itu. Kuning langsat, bukan putih. Kulit-kulit mojang priangan. Tingginnya sedang, gak pendek dan gak tinggi. Rata-rata orang Indonesialah”
Ia tersenyum.
“Terus ?. Ada lagi ?”
“Bodi proporsional. Jangan gemuk dan jangan kelewat kurus. Setidaknya memperbaiki keturunan gue dengan bodi gue yang slim ini”
“Kurus !”
“Slim !”
“Kurus !”
“Slim !”
“Ah pembenaran aja loe !”
“Biarin !. Pokoknya slim !”
“Ya udah terserah. Trus apalagi ?”
“Nah itu tu“. Sambil kutunjuk seorang wanita yang berjalan cepat sambil membawa tas belanja besarnya.
Reflek ia memalingkan wajahnya, melihatnya dengan intens.
“Jangan dipelototin !”. Sambil kutepuk tangannya.
Ia hanya tersenyum, memamerkan sederet giginya yang berbaris manis.
“Kalo tadi, wajahnya. Gak cantik, gak jelek. Menarik lebih lama. Itu wajah cerdas, plus ditambah kacamata, jadi sexy kan ?”
Ia diam dan sontak dengan wajah terkejut menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Lalu tiba-tiba memukulku lenganku.
Pipinya merona merah. Aku hanya tersenyum.
“Iya, yang cantik menurut aku ya kamu. Semuanya ada di kamu“.
……….
From this moment I have been blessed
I live only for your happiness
And for your love I’d give my last breath
From this moment on
I give my hand to you with all my heart
Can’t wait to live my life with you, can’t wait to start
You and I will never be apart
My dreams came true because of you …….
Leave a Reply