jamu bli ?….

Pak Pe’i, ini si Apri kok gak gemuk-gemuk ya?. Padahal makannya banyak banget. Kenapa sih?

Pak Pe’i tukang pijat handal dan menyediakan jamu-jamu yang ampuh. Orangnya sudah tua, perawakannya sedang, kulitnya coklat legam dan berbicara dengan logat yang sedikit sumatera. Selalu tertawa dan ceria.

Ia melirikku sepintas dan mulai bertanya macam-macam, terutama tentang penyakit-penyakit ringan yang sering aku alami. Tangannya menyentuh kaki, tenggorokan dan dada gue. Menjelaskan alasan “medis” kenapa gue tetap kurus walaupun porsi makannya cukup besar.

Ya udah pri, minum jamu yang kemarin itu lagi biar sembuh dulu“.

Ok, jamu, semuanya tahu jamu kan? tapi tolong jangan langsung mikir bokep dengan mbo’ jamu sebagai lakon utamanya ya.

Gue jadi inget jamu yang diberi pak Pe’i seminggu lalu. Agak ajaib emang. Gue radang tenggorokan, kalau nelen ludah berasa ada yg “nahan” di tenggorokan. Kayakna tenggorokannya luka. Malam gue minum jamu, paginya …. cespleng, radang gue hilang, nelen ludah lancar-lancar aja, gak berasa ada yang nahan lagi. Hebatlah pokoknya.

Jamunya pahit?….bentar, gue deskripsikan dulu ya?.

Bentuk. Kita tahu jamu bentuknya cair. Ciri-ciri jamu pak Pe’i ini, warnanya coklat bening. Bukan coklat keruh seperti coklat milo yang biasa kita minum. Coklat bening, dengan sedikit “kotoran-kotoran” yang gue gak tahu “kotoran” itu berasal dari benda apa. Jadi bayangkan aja segelas air sungai ciliwung yang berwarna coklat didalam sebuah gelas.

Bau. Letakkan gelas 30 cm dari hidung yang normal, dijamin anda akan mual!. Eh suer, gue baunya aja udah mual banget. Kalo gak demi “Gemuk” gak bakal gue jalanin penindasan terhadap hak asasi untuk mencium bau yang wangi ini.

Rasa. Yah, kalo deskripsi bentuk dan bau udah memuakkan, soal rasa sih kayaknya udah bisa dijabarkan dengan jelas. Mungkin minum jamu ini bisa dimasukkan dalam salah satu tantangan dalam Fear Factor.

Jadi loe bayangin aja, ngeliatnya aja udah eneg, ngebauin dah bikin mual dan kemudian loe harus minumnya segelas setiap malam!.

Berhubung kemampuan gue bertahan dalam hal gak enak ini terbatas, jadi gue tambahin segelas air gula (4 sendok gula + 1 gelas besar air hangat) buat netralisir rasanya. Tapi selain itu, gue punya prosesi tersendiri buat minum ni jamu demi keselamatan dan keamanan bersama.

Pertama, pas nuang jamu dari botol ke gelas, jamu dibayangkan sebagai teh kecampur milo!. Kalo loe bayanginnya tetep air sungai Ciliwung, ntar loe jadiin air cucian lagi. Setelah itu, ambil selembar koran atau tabloid. Letakkan posisi gelas jamu dan gelas air gula berdampingan. Baca koran atau tabloid beberapa saat sampai pikiran-pikiran tentang jamu itu pahit menjadi sedikit pudar. Butuh waktu 5-10 menit untuk konsentrasi pada koran atau tabloid yang anda baca. Semakin cepat anda lupa pada jamu semakin baik, karena prosesinya jadi semakin cepat. Utamakan koran atau tabloid seperti POP, Online, Buah Bibir dan sebangsanya. Gue jamin loe lupa pahit jamu, tapi lebih konsen manisnya “susu” cap nona liar. Setelah itu secepatnya tenggak habis gelas jamu, dan jangan berkosentrasi pada jamu, tapi tetap konsentrasi pada koran atau tabloid yang anda baca tadi. Begitu gelas jamu habis, cepat-cepat minum air gulanya dan jangan lupa sambil berkumur air gula karena terkadang masih tersisa rasa pahit jamunya.

Udah 1 minggu gue minum jamu pahit ini, tapi blom ada tanda-tanda juga gue jadi gemuk. Mungkin udah takdir gue kurus ya? atau apa karena gue masih jomblo?

cinta tidak membuat dunia berputar,
tapi cinta membuat hidup lebih berarti


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *