ini sudah kesekian kalinya saya mengatakan hal itu. tapi hingga bertahun-tahun kemudian, tetap rasanya tak adil untuk mengatakan ini kopi enak – ngga enak, kopi bagus – atau ngga bagus. karena untuk menikmati kopi, buat saya tak cukuplah kopi itu sendiri. di setiap cangkir kopi yang disajikan, ada cerita tentang kopinya sendiri –jenisnya, tanah dia tumbuh, petani yang menanamnya, cara dia dikeringkan, disangrai, hingga menjadi kopi– dan cerita tentang ngopi. yang terakhir inilah yang membuat saya merasa makin tak adil untuk bisa memberikan label tertentu pada kopi yang diminum.
kopi tak berhenti pada apa variannya, bagaimana karakternya, flavour and acidity , tapi juga bagaimana kopi itu disajikan, dimana, oleh siapa dan dalam suasana seperti apa. apakah pada pagi yang setengah mengantuk, pada siang yang gerahnya bikin sakit kepala, atau pada sore yang muram menjelang hujan, seperti sekarang.
dan beruntungnya saya, sekarang ada warung kopi baru yang tinggal jalan kaki dari kantor, 5 – 10 menit sampai. Tanamera Coffee namanya.
warung kopi yang pertama berdiri tahun 2013 ini termasuk baru, tapi memang trend coffee shops belum lama. kalau dulu kita cukup bahagia dengan kopi tubruk seduhan rumah, atau gerai bergambar putri duyung untuk yang lebih fancy, beberapa tahun terakhir ada lebih banyak pilihan tempat ngopi yang menyajikan kopi indonesia yang bukan kopi tubruk. ya bisa juga sih minta ditubruk, di beberapa coffee shop mau melakukannya. beberapa yang agak songong ngga mau. sigh.
Tanamera di Jln. Ahmad Dahlan 16 kebayoran baru ini adalah gerai kedua, yang pertama ada di thamrin. ketika beberapa bulan terakhir saya suka mengunjungi warung-warung kopi untuk memanjakan lidah sekaligus memperluas ensiklopedia (halah!), banyak yang merekomendasikan Tanamera. hanya saja karena lokasinya di daerah thamrin dan di perkantoran, membuat saya enggan. jauh dan bukan tempat ideal saya untuk ngopi kecuali terpaksa. tuh kan, tempat warung kopi juga penting buat saya..
di ahmad dahlan ini tempatnya lumayan nyaman, bukan gedung perkantoran atau ruko, dengan meja yang cukup banyak, di dalam maupun diluar ruangan. dindingnya sebagian besar kaca, kayaknya bakalan pas untuk menikmati hujan kala ngopi. buka dari jam setengah 7 pagi hingga 10 malam, jadi bisa memesan kopi pagi-pagi untuk mengusir kantuk, atau bisa juga menjadi pilihan hangout ketika malam sambil nunggu suami coaching lari. errrrr… itu saya -__-“
sayangnya tak banyak makanan yang disajikan, adanya hanya kue-kue atau roti-roti (?) sebagai pairing kopi. tapi berhubung yang di ahmad dahlan ini jadi satu gedung dengan letter D, sebuah restoran-, mungkin bisa memesan makanannya di situ. saya sendiri tidak mencobanya, dan hanya memesan apple crumble sebagai pendamping daily brew hari ini : Flores Honey.
flores honey meruntuhkan bayangan saya akan kopi manggarai yang karakternya bold alias kuat, karena kopi yang disajikan dengan metode V60 ini sungguh fruity hingga rasanya juicy! halah!
sebenarnya banyak pilihan jenis kopi. dari mandhailing, malabar hingga papua, tapi karena saya yakin akan kesini lagi, bisalah coba yang lainnya kapan-kapan. dan kopi-kopi itu juga dijual dalam bentuk whole bean alias bijian.
yang kurang dari warung kopi ini hanyalah playlistnya, sepi. hanya ada suara mas-mas barista yang lagi ngobrolin mesin kopi dan suara mbak-mbak cempreng yang lagi bahas pengakuan sebagai istri karena dinikahi secara legal. trus ada juga suara mas-mas di sebelah saya, yang usaha nyomblangin mas baristanya dengan teman dia, hanya karena mas baristanya muka arab. apeu banget. trus jadi tahu kalau ada komunitas arab di jakarta sini, jadi tahu kalau cewek arab harus menikah dengan cowok arab (tapi cowok arab bebas mau menikah dengan siapa saja) , dan jadi tahu kalau tuanku imam bonjol dan pangeran diponegoro sesungguhnya adalah orang arab yang karena migrasi , ganti nama jadi nama lokal. endebra endebre yang bikin kening berkerut.
pas ngerasa gengges gini, baru nyadar kalau belum ngidupin 8tracks meski earphone sudah dicolokin dari tadi..
Leave a Reply