Ku hembuskan asap rokokku. Rasanya melegakan isi kepalaku ini. Kupandangi rokok yang ada ditanganku ini. “Aku merokok lagi” pikirku.
***
Dulu, aku bukan perokok, bukan pecandunya pula. Hanya sesekali merokok, itupun kalau ada acara tertentu, seperti jalan-jalan ke daerah yang hawanya dingin. Sekedar penghangat tenggorokan saja.
Saat kuliah, itu mulai berbeda. Terutama ketika aku tinggal di Lab. Suatu malam, tak sengaja kulihat temanku yang sedang asik bekerja didepan komputer, sambil merokok ditemani secangkir kopi dan alunan musik dari winamp ditengah dinginnya AC Lab. Terlihat begitu nikmat. Apalagi ketika dia mengisap rokok dan mulai menghembuskan asapnya. “Ada pelampiasan untuk rasa stress” itu pikirku saat itu.
Kandungan kafein dalam kopi memacu jantung kita hingga membuat rasa kantuk menjadi hilang. Lagu-lagu yang mengalun menceriakan suasana yang sudah suntuk dengan baris-baris program dan buku-buku tentang teknologi ini. Dan rokok, dengan hembusan-hembusan asapnya, membuang semua pikiran suntuk dalam otak kita.
Suatu hari suatu tahun…
“Kamu merokok?“. “Iya” jawabku. “Hanya pada kondisi-kondisi tertentu. Ketika aku bekerja, atau ketika aku sedang stress. Sama seperti saat ini“. “Aku tidak suka cowok perokok“. Aku diam sesaat. “Aku akan berhenti, aku hanya meminta ijin merokok sementara ini. Hanya untuk 2 bulan ini. Setelah itu aku berhenti“. Dia tersenyum “Baiklah, tapi janji ya.“. Aku menganggukkan kepalaku.
Aku masih merokok. Seperti janjiku, aku hanya merokok pada saat aku kerja. Lainnya..tidak !. Terkadang dia bertanya “Ngerokok berapa batang hari ini ?“. Biasanya aku hanya tersenyum, aku hanya bilang “Lagi pusing. Programnya gak jalan lagi“. Dia hanya manyun, dan merajuk.
***
Kemudian…….. dia “pergi”.
***
“Ya aku akan berhenti total merokok“. Itu janji pada diriku sendiri untuk tahun baru ini. Kumatikan rokok terakhirku di tahun itu. Rasanya ada yang berbeda. Ketika kumatikan, aku teringat dia. Aku ingin dia kembali. Melarangku untuk tidak merokok. Merajuk manja ketika aku merokok.
Bodoh, berhenti merokok karena wanita. Tapi setidaknya aku punya alasan untuk berhenti merokok. Teman-teman pasti mentertawaiku, aku tahu itu. Mereka akan berkata “Kenapa kamu tidak berhenti merokok untuk tubuhmu?. Kenapa karena dia ?. Kamu tidak menyayangi tubuhmu sendiri ya ? “. Lalu kenapa kalau aku berhenti karena alasan itu ?. Itu pilihanku sendiri. Tapi biarlah, paling tidak aku tahu mereka masih perhatian terhadapku.
***
Hampir 4 bulan aku berhenti merokok. Menahan-nahan diri untuk tidak merokok. Menolak dengan halus setiap tawaran rokok yang datang.
Sekarang…aku merokok lagi. Kenapa ?. Alasannya sederhana saja, “Aku kehilangan alasan untuk berhenti merokok“. Ya, ya, ya tertawalah semua. Sekali lagi, aku tak peduli. Aku ingin merokok dan alasan yang menghentikan aku untuk berhenti merokok sudah tidak ada. Untuk apa aku tidak merokok kalau gitu ?.
***
Kumatikan rokokku. “Satu batang lagi telah habis“. Kalau aku pikir lagi, sebungkus rokok ini sama dengan satu bulan biaya hosting webku ini. Web dan rokok, sama-sama untuk membuang stress dan sama-sama ada karena wanita.
Kalau kau tak sanggup menerima akibatnya.
Jangan pernah memulai.
Walaupun itu hanya ada dalam pikiran.
Leave a Reply